SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Kabupaten Bangkalan belum juga bisa meredam laju penambahan sampah yang terus menggelinding bak bola salu. Dan celakanya, bola salju sampah itu semakin membesar.
Gelombang penolakan hingga penghadangan truk sampah sampai saat ini masih mewarnai dan seolah menegaskan, pekerjaan rumah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangkalan selama beberapa tahun terakhir belum pernah selesai.
Video penghadangan truk sampah oleh warga di Kabupaten Bangkalan kembali beredar luas mewarnai linimasa sosial media sejak Sabtu (19/4/2025) malam.
Dalam video itu, warga yang mayoritas kaum emak-emak menyoraki truk sampah. Keterangan dalam video itu, lokasi kerumunan warga itu terjadi di Dusun Debeng, Desa Bulung dan Desa Bragang, Kecamatan Klampis.
Saking bingungnya, Sekretaris DLH Bangkalan, Yudistira Adi Nugroho ketika dikonfirmasi berkaitan video viral itu, tidak bisa menjelaskan apakah lokasi pembuangan sampah tersebut masuk wilayah Desa Bulung atau Desa Bragang.
“Waduh tunggu Senin saja ya, sekarang masih konsolidasi. Saya kurang jelas di mana tepatnya truk itu akan menuju. Namun sebelumnya, kami sempat menempatkan sampah di Desa Bragang,” singkat Yudis ketika dihubungi SURYA, Minggu (20/4/2025).
Kepala Desa Bragang, Busiri menjelaskan, aksi penghadangan truk sampah itu terjadi antara pukul 7 pagi hingga 8 pagi, Sabtu (19/4/2024). Lokasi pembuangan sampah disebutkan Busiri memang berada di Desa Bragang, namun berbatasan dengan Kampung Debeng, Desa Bulung, Kecamatan Klampis.
“Aksesnya melewati Kampung Debeng, di situ ada sekolah MI di pagi hari, madrasah diniyah di waktu siang. Nah itu terganggu dengan pembuangan sampah,” ungkap Busiri melalui sambungan selulernya.
Ia mengaku, hingga saat ini DLH Bangkalan tidak ada koordinasi dengan Desa Bregeng berkaitan dengan pembuangan sampah.
Sekitar tiga bulan sebelumnya, pihaknya pernah menutup kegiatan pembuangan sampah di Desa Bregeng karena masyarakat terganggu bau tidak sedap.
“Dari DLH tidak ada (komunikasi), tiba-tiba datang, miskomunikasi saja. Saya berharap ada koordinasi dan mudah-mudahan ada jalan keluar. Itu kan urusan pemerintah, masak pemerintah tidak bisa mengatasi itu. Kan punya segalanya, baik anggaran, punya birokrasi, punya dinas,” pungkas Busiri.
Sebelumnya, aksi protes berkaitan sampah juga dilakukan warga Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi pada 23 Januari 2025 lalu.
Pasalnya, sampah berserakan di sejumlah pekarangan rumah warga setelah sampah dari titik pembuangan terseret luapan air sungai akibat derasnya air hujan.
Kondisi itu mengharuskan para petugas DLH dalam tiga hari terakhir berjibaku membersihkan sampah yang berserakan di pekarangan rumah, sawah, dan kebun cabai dan jagung milik warga setempat.
Seperti diketahui, persoalan sampah di Bangkalan berawal setelah warga menutup satu-satunya TPA di Desa Buluh, Kecamatan Socah pada 21 Februari 2020 silam.
Penutupan dilakukan karena Pemkab Bangkalan dinilai tidak serius dalam upaya mengelola sampah. Sehingga tumpukan sampah menebar bau dan mencemari sumber mata air warga.
Sejak saat itu, DLH berpindah-pindah membuang sampah dengan sistem sewa. Seperti halnya di Desa Bunajih, Kecamatan Labang untuk dijadikan TPA dengan nilai kontrak sekitar Rp 400 juta per tahun hingga Maret 2022.
Berakhirnya masa sewa, DLH harus angkat kaki dan berpindah menempatkan sampah. Seperti halnya di kawasan Wisata Bukit Jaddih, Desa Parseh, Kecamatan Socah.
Setelah berjalan sekitar dua pekan, warga kemudian menolak dengan cara menghadang laju truk sampah pada 27 Juli 2023 silam.
Setelah itu, tempat pembuangan sampah dilakukan DLH dengan cara berpindah-pindah dan mendapatkan penolakan warga. Mulai dari Kecamatan Kwanyar, Tanjung Bumi, Arosbaya, hingga yang terbaru di Kecamatan Klampis.
Keberadaan TPS 3R yang digaungkan DLH Bangkalan selama ini tidak sebanding dengan semakin tingginya produksi sampah setiap tahunnya. Hingga tahun 2021, produksi sampah di Bangkalan telah menyentuh 60 ton per hari.
Tumpukan sampah sempat terkonsentrasi di beberapa titik, bahkan Kota Bangkalan ibarat dikepung sampah pada 23 Juli 2023 silam.
Tumpukan-tumpukan sampah terkonsentrasi di belakang Stadion Gelora Bangkalan, Jalan Letnan Sunarto, hingga di Jalan RA Kartini. Setelah ramai menjadi sorotan warga, DLH kini membuang sampah ke Desa Ombul, Kecamatan Arosbaya.
Menanggapi video viral warga menghadang laju truk sampah di Kecamatan Klampis, Wakil Bupati Bangkalan, Moch Fauzan Ja’far mengungkapkan, persoalan sampah memang masih menjadi pekerjaan rumah pemda saat ini.
“Untuk di Kecamatan Klampis, pembuangan itu tepatnya berada di Desa Bulung, dengan yang punya lahan dan kepala desa tidak ada masalah. Termasuk dengan masyarakat sekitar juga tidak ada masalah karena mempekerjakan warga sekitar,” ungkap Fauzan kepada SURYA.
Ia memastikan telah terjadi miskomunikasi di lapangan sehingga berujung penghadangan truk sampah oleh warga. Saat ini, lanjutnya, sedang dilakukan konsolidasi sambil menunggu dari pemerintah untuk memfinalkan lahan permanen untuk sampah.
Pekerjaan rumah soal sampah, lanjutnya, nantinya tidak hanya dibuang begitu saja meski di sana ada petugas pemulung. Pemkab Bangkalan ingin pengolahan, treatmen, dan prinsip pembuangan residu akhir yang maksimal.
"Sehingga tidak menimbulkan bau, sejauh ini memang belum maksimal treatmennya. Saya juga mohon maaf karena urusan sampah ini tidak sederhana, sebenarnya bisa bernilai sangat ekonomis,” pungkas Fauzan. *****