Paus Fransiskus meninggal dunia karena pneumonia bilateral, ini adalah sebuah kondisi yang kerap menyerang orang lanjut usia.
Intisari-Online.com - Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun di Vatikan, Senin (21/4) waktu setempat. Kabar meninggalnya Sri Paus disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrel, Camerlengo Gereja Romawi Suci.
Apa penyebab Paus Fransiskus meninggal dunia?
Mengutip Kompas.com, Paus Fransiskus meninggal dunia setelah menderita pneumonia bilateral dan telah dirawat selama 38 hari di rumah sakit. Kondisinya sempat membait sehingga Sang Paus dibawa kembali ke kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, untuk melanjutkan pemulihan.
Bapa Suci juga sempat muncul muncul di hadapan puluhan ribu umat Katolik pada Paskah, Minggu (20/4). Pneumonia bilateral yang diderita Paus Fransiskus sering kali memang ditemukan pada seseorang yang sudah lanjut usia.
Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan serius. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai penyakit pneumonia bilateral yang sempat menyerang Paus Fransiskus sebelum tutup usia.
Penyebab pneumonia bilateral
Menurut Healthline, pneumonia bilateral atau pneumonia ganda adalah infeksi paru-paru yang menyerang kedua sisi paru. Infeksi ini menyebabkan kantung udara (alveoli) terisi cairan atau nanah sehingga dapat mengganggu pernapasan.
Meskipun bukan istilah medis yang resmi, kondisi ini menunjukkan infeksi dengan jangkauann yang lebih luas dibandingkan dengan pneumonia yang hanya ada di satu sisi. Menurut Verywell Health, pneumonia bilateral cenderung lebih berbahaya dibandingkan pneumonia unilateral (satu sisi).
Hal itu disebabkan jika pneumonia hanya terjadi pada satu sisi paru, maka sisi lainnya dapat berfungsi sebagai pengganti sementara selama masa pemulihan. Hal itu tidak berlaku pada pneumonia bilateral yang terkena infeksi pada kedua sisi paru.
Masih dari sumber yang sama, infeksi pneumonia bilateral dapat disebabkan oleh jamur, bakteri (Streptococcus pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae), serta virus (influenza dan coronavirus). Terdapat juga faktor lain yang membuat pneumonia lebih berisiko terjangkit oleh pasien, yaitu usia yang ekstrem (di bawah 2 tahun atau di atas 65 tahun), dan penyakit kronis seperti diabetes, asma, serta jantung.
Kemudian, imunitas rendah, kebiasaan buruk seperti merokok, serta malnutrisi juga dapat memperkuat risiko penyakit pneumonia.
Gejala pneumonia bilateral
Ada beberapa gejala pneumonia bilateral yang dirasakann tubuh.
1. Batuk berdahak
2. Sesak napas atau napas yang terlalu cepat
3. Demam tinggi, bahkan hingga menggigil
4. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
5. Bibir/kuku berwarna kebiruan
6. Kelelahan yang ekstrem
7. Detak jantung yang cepat
8. Perubahan kemampuan berpikir dan kebingungan, terutama pada lansia.
Sementara itu, pada kasus pneumonia berjenis interstisial bilateral, penurunan fungsi paru dapat terjadi lebih parah dari pneumonia bilateral. Pneumonia interstisial bilateral adalah pneumonia yang lebih parah dari pneumonia biasa. Hal itu disebabkan pneumonia ini mempengaruhi hingga ke jaringan yang ada di sekitar alveoli.
Gejala pneumonia interstisial bilateral hampir sama dengan pneumonia bilateral, namun dapat melibatkan sesak napas yang lebih parah, serta tanda-tanda peradangan seperti penurunan fungsi paru-paru.
Bagaimana mencegah pneumonia bilateral?
Ada beberapa pencegahan yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi potensi menderita pneumonia.
1. Vaksinasi (pneumokokus dan influenza)
Vaksin pneumokokus melindungi tubuh dari Streptococcus pneumoniae. Vaksin influenza membantu mencegah flu berat yang dapat berkembang menjadi pneumonia, terutama pada orang dengan daya tahan tubuh rendah.
2. Hindari kebiasaan merokok
Rokok dapat merusak silia, yaitu rambut halus di saluran napas yang bertugas membersihkan kotoran dan mikroba dari paru-paru. Merokok juga melemahkan sistem kekebalan tubuh yang dapat mempermudah terkena infeksi.
3. Mencuci tangan sebelum makan
Jika tidak mencuci tangan, kuman bisa masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, atau mata, lalu menjangkau saluran napas.
4. Hindari kontak dengan orang sakit
Pneumonia sering ditularkan melalui droplet atau percikan air liur saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Kontak dekat dengan orang yang sakit (terutama di ruang tertutup) meningkatkan risiko tertular kuman penyebab pneumonia. Sistem imun seseorang yang sehat pun bisa kewalahan jika terpapar kuman dalam jumlah besar secara langsung.