Simak tradisi perayaan Hari Raya Galungan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali.
Hari Raya Galungan diadakan setiap 210 hari sekali yang dihitung berdasarkan wuku.
Berdasarkan kalender Pakuwon, Galungan berlangsung selama 10 hari.
Ini merupakan hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).
Biasanya umat Hindu di Bali sudah memulai persiapan tradisi Galungan sejak tiga hari sebelumnya.
Dikutip dari TribunBali.com, masyarakat umat Hindu di Bali biasanya memulai rangkaian acara Galungan dengan membersihkan purapura di sekitar wilayah mereka.
Selanjutnya mereka biasanya akan melakukan sembahyang untuk menyucikan dan membersihkan diri.
Hari Raya Galungan biasanya ditandai dengan adanya penjor atau janur kuning yang dipasang di sepanjang jalan di daerah Bali.
Penjor terbuat dari batang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa, padi, dan kotak khusus untuk sesaji yang disebut canang.
Penjor merupakan gambaran sebuah lambang Bhatara Mahadewa yang beristana di Gunung Agung atau Bhatara Siwa.
Penjor ini nantinya akan ditancapkan di depan pintu masuk saat Penampahan sore agar saat Galungan masih dalam keadaan segar.
Tradisi lainnya yang khas saat perayaan Galungan adalah Ngejot.
Ngejot merupakan kegiatan saling memberi atau berbagi pada orang lain.
Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai pada saat Galungan berlangsung.
Masyarakat biasanya membagikan berbagai hal, seperti buah, jajan, hingga olahan daging saat Penampahan.
Tradisi Ngejot dilakukan bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan antar umat Hindu.
Setiap perayaan Galungan, masyarakat umat Hindu di Bali juga melakukan perang Jempana.
Jempana atau tandu nantinya membawa usungan sesajen dan simbol dari dewata diarak ke pura untuk didoakan.
Keseruan ini bertambah saat para pengarak beradu ketika perjalanan menuju pengarakan Jempana ini.
Mereka larut dalam suasana trance dengan iringan gamelan yang menghentak ketika perjalanan.
Biasanya satu hari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu akan merayakan Penampahan.
Saat Penampahan, umat Bali akan menyembelih hewan babi sebagai wujud syukur.
Menurut Wakil Ketua PDHI Bali Pinandita Ketut Pasek Swastika, memotong babi saat Penampahan bermakna untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat manusia.
Daging babi tersebut tidak hanya dinikmati, tapi dihaturkan kepada Tuhan karena semua itu ciptaan Tuhan.
Ini merupakan rangkaian wajib saat Penampahan di setiap Hari Raya Galungan ini.
Ngurek juga merupakan satu tradisi yang khas dilakukan umat Hindu di Bali.
Ngurek berasal dari kata urek yang berarti melubangi atau menusuk.
Saat Ngurek, beberapa orang akan berada dalam kondisi kerasukan dan akan berusaha melukai dirinya sendiri.
Ngurek ini biasanya dilakukan dengan menggunakan senjata tajam, misalnya seperti keris suci yang disebut sebagai luk kesiman.
Selain 5 tradisi di atas, masih ada beberapa rangkaian tradisi lain yang akan dilakukan umat Hindu di Bali dan sekitarnya.