TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani membantah konsorsium LG membatalkan proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi senilai 11 triliun won atau sekitar 7,7 miliar dolar AS di Indonesia.
Menurut dia, LG telah selesai berinvestasi di Indonesia yang meliputi ekosistem pertambangan, pengolahan nickel matte, nikel sulfur, prekursor, katoda, anoda, battery cells, cells pack, hingga recycle battery dengan nilai investasi Rp 9,8 miliar dolar AS
"Jadi memang berita yang kemarin mereka mundur, itu bukan mundur oh semuanya, enggak. Mereka (LG) sudah melakukan dan sudah selesai di GV nomor 4, senilai Rp1,1 miliar dolar," kata Rosan dalam Konferensi Pers mengutip YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (23/4/2025).
Rosan bilang untuk bernegosiasi di proyek besar seperti dilakukan LG ini membutuhkan waktu yang lama. Namun akhirnya proyek investasi ini digantikan partner lain meskipun komitmennya tetap sama.
"Kami juga ingin berinvestasi ini berjalan, jadi oleh sebab itu memang diputuskan untuk proyek ini tetap berjalan, tetapi memang digantikan oleh partner lain," ucap Rosan.
"Dengan partner lain ini juga sudah berjalan, diskusinya, jadi kami dan pihak dari LG tetap komitmen berinvestasi di bidang-bidang lainnya, dan ini pun masih juga terbuka untuk berinvestasi di bidang yang sama," sambungnya.
Sebelumnya, Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG resmi membatalkan proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi senilai 11 triliun won atau sekitar 7,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 129,8 triliun di Indonesia.
Informasi ini dilaporkan oleh kantor berita Yonhap News Agency pada Jumat (18/4/2025). Konsorsium ini mencakup LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp., serta sejumlah mitra lainnya.
Sejak awal, mereka menggandeng pemerintah Indonesia dan BUMN untuk membangun ekosistem baterai EV dari hulu ke hilir, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor katoda, hingga pembuatan sel baterai.
Namun, proyek ambisius tersebut kini dibatalkan menyusul perubahan lanskap industri kendaraan listrik secara global.
Fenomena "EV chasm", yakni perlambatan permintaan kendaraan listrik di pasar dunia, menjadi salah satu pemicu utama.
"Melihat kondisi pasar dan lingkungan investasi saat ini, kami memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut," ujar seorang eksekutif LG Energy Solution kepada Yonhap.
Meski membatalkan proyek tersebut, LG memastikan tetap melanjutkan bisnis yang sudah berjalan di Indonesia.
Salah satunya adalah pabrik baterai EV milik PT HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, hasil kerja sama antara LG dan Hyundai Motor Group.