TIMESINDONESIA, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dengan menyelenggarakan wisuda tahun akademik 2024/2025 sesi ketiga di Gedung Olahraga (GOR) Kampus B UNJ, pada Rabu, (23/4/2025). Lokasi ini tidak hanya memiliki standar internasional, tetapi juga ramah terhadap penyandang disabilitas.
Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa UNJ terus berupaya memberikan ruang yang setara bagi seluruh mahasiswanya, termasuk mahasiswa dengan kebutuhan khusus. Sejak orientasi mahasiswa baru hingga akhir masa studi, mahasiswa penyandang disabilitas turut hadir dan berpartisipasi aktif, baik dalam kegiatan akademik maupun non-akademik.
Pada sesi wisuda kali ini, dua mahasiswa disabilitas dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) angkatan 2020, turut diwisuda. Mereka adalah Rovan Januariza, mahasiswa dengan disabilitas netra low vision, dan Rohmat Nurhadi, mahasiswa dengan disabilitas netra total (total blind). Di tengah tantangan mengikuti perkuliahan, Rovan dan Rohmat membuktikan mereka dapat menyelesaikan studi sarjananya.
Rovan mengungkapkan bahwa tantangan terbesar selama menempuh pendidikan adalah dari segi lingkungan dan komunikasi. "Dalam pendidikan inklusif, komunikasi menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman bagi kami. Saya sangat terbantu dengan adanya Relawan Disabilitas (Redis) UNJ dan fasilitas kampus yang mendukung kemandirian saya selama kuliah. UNJ ini adalah kampus inklusif yang mendukung para disabilitas," ujarnya.
Rovan juga mengapresiasi bahan ajar dalam bentuk digital yang dapat dibaca dengan screen reader. Hal ini memudahkan proses belajar mandiri di luar bantuan teman. Ia juga membagikan pengalaman berkesan selama kuliah, termasuk momen keakraban dengan teman-teman melalui canda dan tawa.
Ia berharap ke depannya UNJ bisa menambah guiding block dan kamar mandi khusus disabilitas di setiap fakultas untuk mendukung mobilitas mahasiswa penyandang disabilitas.
Sementara itu, Rohmat menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas pencapaian gelar sarjana. "Alhamdulillah, saya bangga dan senang, meskipun ada rasa berat karena gelar ini membawa tanggung jawab baru setelah kehidupan kampus. Ke depan, saya bercita-cita menjadi guru dan ingin memperdalam ilmu komputer," ungkapnya.
Rohmat juga mengakui tantangan yang dialaminya, khususnya selama pandemi, karena kecenderungannya yang pendiam. Namun, ia berhasil melewati semua itu berkat dukungan dosen, teman-teman, keluarga, dan sahabat. Ia pun menegaskan peran penting Redis UNJ dalam mendampingi dan membimbingnya sejak awal perkuliahan hingga kelulusannya.
Keduanya berpesan kepada seluruh mahasiswa penyandang disabilitas untuk tetap semangat, berani bertanya, dan terus berusaha meraih mimpi melalui pendidikan. (*)