TRIBUN-BALI.COM - Dana pihak ketiga atau DPK perorangan di perbankan terlihat kian menyusut. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada Februari 2025 DPK perbankan mencapai Rp 8.612,5 triliun atau tumbuh 5,1 persen secara tahunan (YoY).
Berdasarkan golongan nasabah, DPK dari nasabah perorangan pada Februari hanya sebesar Rp 3.998,7 triliun atau terkontraksi 1,8% YoY. Capaian ini terlihat menurun dari posisi Januari dengan DPK perorangan yang mencapai Rp 4.012,3 triliun.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, penyebab terus menyusutnya DPK perorangan di antaranya adalah peningkatan pembiayaan konsumsi rumah tangga yang diambil dari tabungan dan peralihan ke instrumen investasi lainnya seperti ke emas maupun surat berharga.
“Tren ke depannya sepertinya masih menurun bila melihat perkembangan situasi ekonomi saat ini, orang akan lebih berinvestasi ke emas dibanding menyimpan dalam bentuk tabungan. Pembiayaan kebutuhan rumah tangga dari tabungan juga masih akan tetap tinggi selama daya beli dan penghasilan masyarakat belum membaik,” ungkap Trioksa, kemarin.
Menurutnya, bank perlu menawarkan instrumen yg menarik kepada nasabah sehingga dapat tetap mempertahankan dananya di bank misal dengan membuat gimmick hadiah yang dapat menarik perhatian masyarakat.
SVP Retail Deposit Product Sales Bank Mandiri Evi Dempowati juga mengakui, saat ini simpanan masyarakat menengah ke bawah masih menghadapi tantangan akibat tekanan ekonomi, seperti meningkatnya biaya hidup dan melemahnya daya beli. Menurutnya, fenomena “makan Tabungan” masih terjadi di segmen tertentu.
Walau demikian, pada posisi Maret 2025 Bank Mandiri masih tetap mencatatkan pertumbuhan positif di DPK segmen nasabah perorangan dengan kenaikan 5% YoY dengan kontribusi utama berasal dari produk tabungan yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 9% YoY pada segmen perorangan.
Di tengah kondisi ekonomi yang masih dinamis, tren simpanan masyarakat menengah ke bawah diperkirakan akan tetap fluktuatif. “Meskipun ada potensi tekanan dari inflasi dan peningkatan angka PHK, Bank Mandiri tetap optimis dapat menjaga pertumbuhan DPK dengan menargetkan pertumbuhan double digit di tahun 2025,” kata Evi.
Untuk mencapai target tersebut, Bank Mandiri mengimplementasikan beberapa strategi, antara lain digitalisasi layanan perbankan dengan Livin’ by Mandiri untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan nasabah ritel dalam mengelola simpanan, pengembangan produk tabungan yang lebih fleksibel dengan fitur dan insentif menarik agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, Bank Mandiri juga secara konsisten menghadirkan berbagai inisiatif, baik dalam bentuk program akuisisi nasabah baru, program loyalitas, maupun campaign untuk mendorong intensitas transaksi dari nasabah. Dengan strategi tersebut, pihaknya optimis dapat menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga yang sehat.
Sementara Kepala Divisi Retail Funding BTN Frengky Rosadrian menyebut, perlambatan pertumbuhan DPK memang mencerminkan kondisi tabungan masyarakat di mana masih rendahnya daya beli masyakarat dan penggunaan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat.
Walau demikian, DPK perorangan di BTN tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,5% per Maret 2025 jika dibandingkan dengan posisi Maret 2024. Peningkatan ini disebut Frengky sejalan dengan strategi pertumbuhan bisnis digital di sisi ritel.
“Pada kuartal kedua 2025, kami berharap tren DPK perorangan terus akan membaik dengan mendorong aktivitas menabung dan transaksi digital meskipun masih menghadapi tantangan global dan domestik,” ujarnya.
Dalam menggenjot DPK di segmen perorangan, pihaknya telah menerapkan beberapa strategi seperti, melakukan campaign dan optimalisasi bale by btn untuk akuisisi serta transaksi nasabah.
BTN juga melakukan review berkala untuk memastikan bahwa produk dan layanan BTN agar sesuai dengan kebutuhan Nasabah. Untuk kebutuhan investasi di segmen perorangan, BTN juga mendorong produk investasi berjangka seperti Tabungan BTN Siap dan eDeposito. (kontan)
Sinyal pengetatan likuiditas perbankan kembali menyala. Ini tercermin dari perlambatan laju kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan pertumbuhan DPK per Maret 2025 hanya mencapai 4,75% secara tahunan alias year on year (YoY). Ini menjadi pertumbuhan paling lambat selama 2025.
Seperti diketahui, DPK perbankan per Januari 2025 mampu tumbuh hingga 5,51% YoY. Laju pertumbuhannya pun semakin meningkat di Februari 2025 yang mencapai 5,75% YoY.
Secara rinci, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada instrumen tabungan yang mencapai 7,74% YoY. Dilanjutkan dengan giro yang tumbuh 4,01% YoY dan deposito yang tumbuh 2,89%. “Rasio Likuiditas perbankan pada Maret 2025 tetap memadai,” ujar Mahendra, Kamis (24/4).
Hanya saja, kondisi likuiditas tersebut perlu menjadi perhatian. Mengingat, pertumbuhan kredit perbankan di periode yang sama jauh di atas pertumbuhan DPK yaitu sekitar 9%. Tak hanya itu, jika melihat beberapa rasio alat likuid ada penurunan secara bulanan. Per Maret 2025, AL/NCD perbankan berada di level 116,05?n AL/DPK berada di 26,22%.
Sebagai gambaran, pada Februari 2025, AL/NCD perbankan masih ada di level 116,76%. Sementara itu, untuk AL/DPK juga masih berada di level 26,35%. “Hal itu tetap jauh di atas threshold masing-masing di 50?n 10%,” tambahnya. (kontan)