BANJARMASINPOST.CO.ID - Di balik lalu-lalang orang dan aktivitas jual beli di Pasar Minggu Jalan Pasar Baru, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, seorang pria paruh baya duduk di emperan toko tanpa alas. Dengan sabar, Yusni alias Iyus Kaset menunggu pembeli.
Sesuai julukannya, Yusni menjual kaset yang menjadi koleksinya.
Bagi sebagian orang, pita magnetik penyimpan lagu zaman dulu (zadul) tersebut mungkin sudah terlupakan. Bahkan banyak generasi sekarang yang tidak tahu apa itu kaset. Tapi tidak bagi Yusni. Pria berusia 59 tahun ini masih mengoleksi kaset dari lagu-lagu, yang populer pada tahun 1970-an hingga 1990-an.
Kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan, membuat hampir sebagian besar orang sudah berpindah dari kaset ke musik digital. Tak ayal, kaset pun semakin terlupakan.
Setiap orang yang ingin memutar musik tak lagi harus menyiapkan kaset atau kartu memori. Hanya lewat smartphone dan koneksi internet, semua judul lagu dan penyanyi dapat ditemukan dan diputar. Tanpa harus membeli kaset dan alat pemutarnya seperti tape dan dvd.
Meskipun sudah jarang digunakan untuk memutar musik, bagi sebagian orang, kaset jadul ternyata masih dicari untuk diputar atau sekadar untuk dikoleksi.
Yusni termasuk orang yang masih mengoleksi kaset. Ada ribuan kaset dimilikinya. Kebanyakan ia simpan di rumah di Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Banjarmasin Timur.
Setiap Minggu pagi, Iyus menggelar lapak untuk menjual koleksinya di pasar tersebut. Sementara untuk hari lain, ia hanya menunggu pembeli di rumah.
“Yang dibawa ke pasar hanya sebagian kecil. Di rumah ada sekitar tiga ribu kaset,” kata Yusni.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia terpaksa menjual koleksinya. Kaset-kaset itu berisi lagu dari berbagai penyanyi dan genre, mulai dari dangdut, pop, hingga rock Indonesia dan Barat berbagai generasi.
Harganya pun cukup terjangkau. Untuk setiap kaset, Yusni menjualnya Rp 5 ribu. Namun untuk kaset lagu tertentu mahal. Tergantung usia atau sulit mudahnya didapat.
Misalnya kaset band lawas seperti grup musik rock AKA dan SAA yang populer pada tahun 70-an, Yusni menyebut harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. “Harganya mulai Rp 5 ribu saya jual. Ada juga yang lebih mahal Rp 100 ribu sampai 300 ribu,” tuturnya.
Yusni berjualan kaset di kawasan tersebut sejak sekitar 20 tahun lalu. Pada hari-hari biasa, ia hanya menunggu pembeli di rumah.
Di rumah, lemari setinggi orang dewasa penuh dengan kaset yang merupakan koleksiYusni sejak muda.
Meski peminatnya kian berkurang, ada saja yang masih mencari kaset Yusni baik di pasar maupun datang langsung ke rumah.
Tak hanya kaset, Yusni juga memiliki ratusan tape. Pemutar kaset itu masih berfungsi baik. Harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Kebanyakan pelanggan Yusni adalah kolektor. Tak sedikit pula penjual kaset dan tape seperti dirinya. “Mereka yang beli dari saya menjualnya secara online,” ujarnya.
Dari berjualan kaset dan tape itulah, Yusni mendapatkan penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari untuk makan dan kebutuhan rumah tangga lain.(rizki fadillah)