TRIBUNNEWS.COM - Di tengah prosesi misa pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Lapangan Santo Petrus, terjadi sebuah pertemuan yang tak terduga antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Pertemuan ini berlangsung di luar basilika, di mana kedua pemimpin tersebut berbicara selama kurang lebih 15 menit.
Misa pemakaman yang dihadiri oleh lebih dari 200.000 umat ini dipenuhi oleh suasana duka dan penghormatan.
Namun, di antara momen yang khidmat tersebut, Trump dan Zelensky tampak serius berdiskusi, meski sekitar mereka dipenuhi dengan doa dan penghormatan untuk Paus Fransiskus.
Laporan dari Politico menyebutkan bahwa pertemuan ini dianggap sebagai langkah awal menuju perdamaian yang lebih luas di Ukraina.
Walaupun tidak ada konfirmasi pasti mengenai topik yang dibicarakan, sumber-sumber di sekitar pertemuan mengindikasikan bahwa diskusi antara Trump dan Zelensky difokuskan pada penyelesaian perang yang berkepanjangan.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah kemungkinan gencatan senjata yang adil dan efektif.
Sejak awal konflik, Zelensky telah berusaha mencari dukungan dari negara-negara Barat untuk memperkuat posisinya melawan agresi Rusia.
Di sisi lain, Trump, meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda, dikenal karena pendekatan pragmatisnya dalam diplomasi internasional.
Trump juga menyampaikan pentingnya menekan Rusia dengan lebih banyak sanksi ekonomi.
Dia mengingatkan Zelensky bahwa meskipun Amerika Serikat tetap mendukung Ukraina, solusi damai mungkin memerlukan kompromi dari kedua belah pihak.
Dalam pandangannya, negosiasi damai antara Ukraina dan Rusia dapat dilakukan jika kedua negara bersedia menurunkan ketegangan.
Zelensky, di sisi lain, menegaskan pentingnya Rusia untuk bertanggung jawab atas agresinya dan segera mengakhiri pendudukannya di wilayah Ukraina.
Dia mengakui bahwa dialog merupakan kunci untuk mengakhiri konflik, meskipun tetap menolak untuk berkompromi terkait integritas teritorial Ukraina.
Meskipun berlangsung dalam suasana tenang, respons dunia terhadap pertemuan Trump dan Zelensky sangat beragam.
Banyak pengamat politik menganggap inisiatif ini sebagai langkah diplomatik yang penting, sementara yang lain merasa pertemuan ini terlalu tergesa-gesa mengingat ketegangan politik internasional yang masih tinggi, terutama terkait hubungan AS dengan Rusia.
Menurut Reuters, beberapa analis politik menilai bahwa Trump, meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden, tetap memiliki pengaruh signifikan dalam politik internasional.
Gaya diplomasi Trump yang berani dan terkadang kontroversial bisa memicu dinamika baru dalam upaya perdamaian di Ukraina.
Banyak analis melihat pertemuan ini sebagai upaya Trump untuk memposisikan dirinya sebagai tokoh kunci dalam penyelesaian konflik, dengan harapan bisa menjadi mediator antara Ukraina dan Rusia di masa depan.
Jika langkah diplomatik ini berhasil, Trump berpotensi menciptakan citra sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan krisis besar, yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dalam politik domestik menjelang Pemilu 2028.
Pertemuan Trump dan Zelensky di Roma mengirimkan sinyal positif bahwa ada ruang untuk diplomasi, meskipun situasi di Ukraina masih sangat tegang.
Meskipun tidak ada kesepakatan konkret yang dicapai, banyak yang berharap bahwa percakapan ini dapat menjadi batu loncatan menuju dialog yang lebih intensif antara pihak-pihak yang terlibat.
Seiring dengan upaya menuju perdamaian, harapan agar dialog terus berlangsung menjadi penting untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama ini.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).