TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, berbagi kisah dan berkelakar soal ijazah palsu.
Hal itu disampaikannya dalam acara Halal Bihalal yang digelar Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (IKALUIN Jakarta), Minggu (27/4/2025).
Dalam suasana santai, Abdul Mu'ti mengenang pengalamannya saat menyelesaikan studi pascasarjana di UIN.
"Dan tentu banyak senior saya di UIN, sebagian juga dosen saya ketika di pasca UIN. Saya lulus tahun 2008, Pak Asep (Rektor UIN). Jadi saya lulus enam tahun plus berapa bulan, karena harusnya saya lulus bulan Juli tapi saya baru ujian September karena harus menunggu, doktor yang memang belum lulus pada waktu itu," kata Abdul Mu'ti, di Auditorium Harun Nasution, UIN Jakarta.
Ia mengungkapkan bahwa kelulusannya pun berlangsung di masa-masa terakhir perpanjangan waktu atau "injury time".
"Jadi saya lulus dengan waktu memasuki injury time, harusnya Juli diperpanjang sampai September, ujian terbuka itu Desember. Tapi insyaallah saya lulus beneran dan ada ijazahnya," kelakarnya yang disambut tawa hadirin.
Tak berhenti di situ, Abdul Mu'ti juga membagikan sebuah cerita jenaka yang pernah disampaikan kepadanya oleh almarhum KH. Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang sempat akrab dengannya.
"Ini penting menurut saya, karena dulu ada jokes-nya Pak Hasyim Muzadi itu. Saya kebetulan aktivis Muhammadiyah yang dekat dengan Pak Hasyim. Pak Hasyim kalau dengan saya sering bertukar canda," ujar Mu'ti.
Ia lalu mengisahkan cerita tentang seorang kepala daerah yang mengadu kepada Kiai Hasyim karena sering didemo masyarakatnya.
"Beliau sempat cerita ke saya, seorang kepala daerah didemo oleh masyarakatnya kemudian mengadu ke Pak Kiai Hasyim. 'Kenapa kamu didemo terus?' tanya Kiai Hasyim. Dia jawab, 'Iya Pak, mereka menuduh ijazah saya palsu.' Lalu Pak Kiai tanya, 'Yang bener gimana?' Dia jawab, 'Waktu saya beli, kata yang jual asli, Pak.' (hahaha)," ucap Abdul Mu'ti, yang kembali mengundang gelak tawa audiens.
Kelakar tersebut menjadi bagian dari penekanan Abdul Mu'ti tentang pentingnya integritas dalam dunia pendidikan.