Kerajaan Bima menjadi salah satu kerajaan Islam yang pernah ada di Nusa Tenggara Barat. Mendapat pengaruh Hindu dari Mataram Kuno, sementara Islam diperkenalkan oleh Demak, Ternate, dan Gowa-Tallo.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kerajaan Bima menjadi salah satu kesultanan yang pernah ada di Nusa Tenggara Barat. Bagaimana transformasi Kerajaan Bima dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha menjadi kerajaan Islam?
Menurut beberapa sumber, Kerajaan Bima awalnya adalah sebuah federasi kelompok masyarakat Suku Mbojo -- yang dipimpin oleh para ncuhi (penguasa lokal) -- yang menganut paham makamba dan makimbi yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Marapu. Kemudian datangnya seorang musafir dari Kerajaan Medang yang dikenal sebagai Sang Bima.
Dialah yang memperkenalkan Hindu dari Jawa dan kemudian mendirikan Kerajaan Bima pada 709 Masehi. Di Bima, Sang Bima menikah dengan putri setempat bernama Indra Tasi Naga dan keturunan mereka inilah yang kelak menjadi raja-raja di Kerajaan Bima.
Sang Bima kemudian kembali ke Jawa, tapi dia berjanji akan mengirimkan anaknya untuk menjadi pemimpin. Karena itulah, untuk sementara kepemimpinan diserahkan kepada Ncuhi Dara yang ketika itu adalah penguasa wilayah Tengah.
Janji Sang Bima ditepati dan datanglah dua anaknya yang bernama Indra Jamrud dan Indra Kumala. Keduanya datang dengan membawa La Gunti Rante sebagai identitas yang menandakan bahwa mereka adalah putra Sang Bima.
Indra Jamrud sendiri dikenal sebagai sebagai sosok pelaut dan neyalan yang ulung. Sementara Indra Kumala adalah sosok yang mahir dalam bidang pertanian. Sebelum diangkat menjadi raja, keduanya diasuh oleh para penguasa lokal. Indra Jamrud diasuh oleh Ncuhi Dara, sementara saudaranya olehNcuhi Dorowuni, penguasa wilayah Timur.
Seiring berjalannya waktu, Indra Jamrud yang kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ruma Sangaji. Nama Bima sendiri disebut berasal dari Indra Jamrud sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Bima, perintis Kerajaan Bima.
Indra Jamrud membangun istana pertamanya dengan nama Asi Wadu Perpati.
Lalu ke mana perginya Indra Kumala? Konon dia menghilang di salah satu mata air yang terletak di timur Kota Bima sekarang, yang dikenal sebagai situs Oimbo, yang secara harafiah diartikan sebagai tempat hilangnya Indra Kumala.
Singkat kata, datangnya masa Islam di Bima. Sekitar 1540-an, datangnya para penyebar Islam dari Jawa utusan Kesultanan Demak. Sunan Giri Prapen mengemban tugas berat itu, tapi tidak dilanjutkan karena Sultan Trenggono meninggal dunia pada waktu yang bersamaan.
Tak berselang lama, datangnya para penyebar Islam dari Kesultanan Ternate dan dari Kesultanan Gowa-Tallo dari Makassar. Hingga akhirnya,Kerajaan Bima menjadi kesultanan setelah rajanya yang bernama La Kai masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Kahir. Pada 1640, Kerajaan Bima menjadi kerajaan Islam, menjadi sebuah kesultanan.
Msa kejayaan Kesultana Bima terjadi pada masa raja terakhir, Sultan Muhammad Salahuddin. Mengutip Kompas.com, dia berhasil mengembangkan Islam secara pesat. Hal tersebut terjadi, karena Sultan Muhammad Salahuddin menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama Islam.
Sultan Muhammad Salahuddin juga membangun sejumlah sarana dan prasarana untuk beribadah, tak lupa juga mengembangkan fungsi ibadah yang menjadi pusat pengkajian ilmu juga agama.
Raja jugamengembangkan pendidikan formal yang dilakukan dengan mendirikan sejumlah madrasah di wilayahnya. Sultan Muhammad Salahuddin merupakan anak dari Sultan Ibrahim. Sultan Ibrahim adalah seseorang yang selalu memperhatikan kehidupan dan juga pendidikan agama.
Pada 1951, tepat wafatnya sultan ke-14, yaitu Sultan Muhammad Salahuddin, Bima memasuki zaman kemerdekaan dan status kesultanan diganti dengan pembentukan daerah swapraja dan swatantra yang selanjutnya berubah menjadi daerah kabupaten.