Menanggulangi TBC Demi Masa Depan Kesehatan Masyarakat yang Lebih Baik
Poetri Hanzani April 29, 2025 05:34 PM

GridHealth.id -Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Indonesia dan dunia. Penanggulangan TBC sangat penting dilakukan karena penyakit ini tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga dapat menyebar luas di masyarakat jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang paru-paru. Gejala umum TBC meliputi batuk berkepanjangan (lebih dari dua minggu), batuk berdahak atau berdarah, demam, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan, dan kelelahan.

STOP TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Medco Foundation dan PR konsorsium Pena Bulu STPI, serta didukung Kementerian Kesehatan RI, menyelenggarakan Press Conference dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2025.

Kegiatan ini sebagai bentuk pernyataan sikap, lembaga-lembaga yang selama ini komitmen dalam penanggulangan TBC, menyikapi situasi yang kurang ideal di tahun 2025, seperti pembekuan dana USAID maupun efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah RI.

Menanggapi hal tersebut, Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia, Muhammad Hanif S.E dalam sambutannya menegaskan pentingnya kegiatan ini karena diperlukan peran semua pihak perlu terlibat untuk penanggulangan TBC.

“Disini ada beberapa komunitas TBC. Mereka adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan penguatan edukasi masyarakat. Dengan bekerja bersama, kita bisa mengubah narasi TBC dari tantangan menjadi kemenangan,” ujarnya.

dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA selaku Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI menyampaikan bahwa penemuan kasus TBC dalam 2 tahun kebelakang lebih tepatnya pada masa COVID-19 terbengkalai sehingga estimasi kasus TBC di tahun ini meningkat hingga 1.090.000.

Meskipun demikian, namun penanggulangan TBC nasional memiliki Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 menegaskan bahwa semua pihak memiliki peran dalam penanggulangan TBC. Sehingga penemuan kasus di tahun 2024 sudah lebih baik.

“Pemerintah terus berkomitmen, sekarang TBC sudah menjadi isu prioritas dan sudah disampaikan juga oleh Presiden Prabowo di berbagai media, bahwa Indonesia komitmen dalam eliminasi TBC,” tutur Tiffany.

Namun tentu tantangan dalam eliminasi TBC masih ada di masyarakat seperti stigma dan akses layanan yang belum merata.

“Stigma dan hoax di masyarakat masih sangat banyak, seperti target pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk kontak erat jadi tantangan yang harus diberikan pada orang sehat tapi sudah terinfeksi. Sehingga capaiannya masih rendah,” tambah Tiara.

Pada kesempatan yang sama, disampaikan oleh dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI dalam Konferensi Pers Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, “Komunitas menjadi peran kunci di masyarakat karena mereka bersentuhan secara langsung dengan pasien maupun penyintas TBC.

Banyak organisasi yang bergerak di penanggulangan TBC seperti Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dan PR Konsorsium Penabulu-STPI, tempat kami berjuang untuk memberikan dukungan pada pasien TBC, melakukan advokasi ke pemerintah, dan melibatkan swasta untuk upaya penanggulangan TBC. Dalam komunitas juga menjadi wadah untuk para pasien/penyintas mengadukan masalah sosial yang dialami dengan mengakses LaporTBC, sehingga pasien/penyintas TBC bisa merasa aman”, ungkap dr. Henry.

PR Konsorsium Penabulu- STPI yang dihadiri oleh dr. Betty Nababan National Program Director PR Konsorsium Penabulu STPI menyebutkan, komunitas yang dibawah PR bertujuan untuk melibatkan dan menggerakkan semua Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk bisa menjadi subrecipient mengelola dana dari Global Fund.

“Karena tidak bisa bergantung dengan tenaga medis saja, sehingga komunitas membantu mendorong kegiatan TBC. Ada 229 sub recipient yang berperan dalam melakukan penanggulangan TBC yang bisa dilakukan komunitas seperti skrining kasus kontak TBC. Kemudian komunitas juga melakukan rujukan ke layanan kesehatan agar dilakukan konfirmasi positif atau tidak,” terang dr. Betty.

dr. Betty juga menyampaikan, PR Konsorsium untuk menggerakkan semua kader agar dapat memberikan TPT pada kontak erat pasien dalam kegiatan SIKAT TPT.

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu pemerintah yang cakupan TPT-nya baru mencapai 19% per Maret 2025.

Dalam kesempatan yang sama juga terdapat komunitas bernama Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) diwakili oleh Ir. Yani Panigoro sebagai Ketua PPTI.

PPTI bekerja dengan mengisi kekosongan dari kegiatan yang tidak bisa didanai oleh Global Fund. Seperti edukasi berbasis komunitas dan mendorong deteksi dini & mendorong pasien melakukan pengobatan.

Semua pihak memiliki peran dalam penanggulangan TBC. Oleh karena itu, peran lintas sektor sangat diperlukan untuk memperkuat penanggulangan TBC di Indonesia. Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 mengusung tema “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”, sebagai bentuk apresiasi terhadap para penyintas, tenaga kesehatan, dan relawan yang terus berjuang di tengah keterbatasan.

Selain Konferensi Pers dan Talkshow Kesehatan “AKSI TBC”, rangkaian kegiatan ini dimeriahkan dengan Art Exhibition “Cerita dalam Lensa” yang dibuka secara umum dimulai dari 28 April 2025 - 30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building, Jakarta Selatan.

Pameran seni ini menampilkan 25–40 karya terbaik yang menggambarkan cerita perjuangan penyintas TBC, tantangan sosial, stigma, serta kekuatan komunitas dalam menghadapi penyakit ini.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.