Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) berkolaborasi dengan Pfizer Indonesia (Pfizer) melakukan sosialisasi pentingnya pencegahan pneumonia lewat forum dialog bertajuk 'Sayangi Paru untuk Haji dan Umrahmu: Cegah Pneumonia Melalui Vaksinasi'.
Forum dialog diadakan secara hybrid yang dipusatkan di Hotel Manhattan Jakarta, Rabu (30/4/2025).
"Alhamdulillah, pada hari ini, AMPHURI didukung Pfizer Indonesia mengadakan forum dialog kesehatan, sebuah pertemuan anggota dengan pakar kesehatan terkait pentingnya vaksinasi Pneumonia bagi jemaah haji dan umrah,” kata Firman Ketua DPP AMPHURI Firman M Nur.
Menurut Firman, forum dialog tersebut digelar sebagai upaya nyata AMPHURI dan Pfizer untuk berkontribusi positif bersama para pelaku usaha PIHK/PPIU yang tergabung dalam AMPHURI dalam rangka turut melindungi dan menguatkan imunitas masyarakat yang hendak melakukan perjalanan ibadah ke Tanah Suci, baik haji maupun umrah.
Setiap tahun tercatat lebih dari 2 juta umat muslim dari penjuru dunia menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, meskipun di musim haji tahun ini Arab Saudi merilis hanya ada 1,3 juta orang saja.
Sementara di musim haji 1445H/2024M lalu, ada sekitar 241.000 jemaah haji di antaranya berasal dari Indonesia.
Sementara untuk umrah, di tahun 1445H/ 2024M, setidaknya Indonesia mengirimkan lebih dari 1,5 juta jemaah umrah.
“Boleh jadi, orangorang yang datang ke Saudi tentunya kondisinya berbedabeda, mulai dari usia, kesehatan, kerentanan terhadap penyakit dan kebersihan, hal ini besar kemungkinan bedampak terhadap kesehatan jemaah,” katanya.
Jemaah Haji Indonesia Memiliki Risiko Kesehatan TinggiMenurut Firman, Indonesia merupakan satu negara dengan jumlah jemaah haji dan umrah terbanyak di dunia setiap tahunnya.
Tidak hanya itu, Indonesia pun memiliki masa tunggu yang panjang untuk menunaikan ibadah haji, mayoritas jemaah berada pada usia 41 tahun ke atas.
Tak heran bila jemaah haji asal Indonesia, terutama rentang usia 5170 tahun memiliki risiko kesehatan yang tinggi.
“Berdasarkan demografis jemaah haji, sekitar 64 persen dari total jemaah memiliki faktor risiko dan gangguan kesehatan yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam melaksanakan ibadah haji,” kata Firman.
Dari data tersebut sebanyak 65 persen jemaah lakilaki dan 63 persen jemaah perempuan memiliki risiko tinggi.
Memang, harus diakui, kata Firman, bahwa pelaksanaan ibadah haji dan umrah melibatkan kerumunan massa yang sangat padat dan perubahan suhu yang drastis.
Halhal ini dapat meningkatkan terjadinya risiko infeksi saluran pernapasan.
Tahun 2024, Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa pneumonia merupakan penyakit terbanyak yang diderita oleh jemaah haji Indonesia selama menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan rumah sakit di Arab Saudi pada musim haji 2023, dengan total 1.248 kasus.
Firman menjelaskan pneumonia adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas global, terutama pada kelompok rentan seperti lansia dan individu dengan kondisi kesehatan yang mendasar.
Dalam konteks perjalanan internasional, termasuk haji dan umrah, maka risiko pneumonia bisa meningkat akibat paparan lingkungan ekstrem dan interaksi dalam kerumunan besar.
Sejauh ini, lanjut Firman, meskipun vaksinasi pneumonia tersedia, kesadaran akan penyakit ini dan pentingnya pencegahan masih rendah, khususnya pelaku perjalanan haji khusus dan umrah (PIHK/PPIU).
Tips Cegah Pneumonia Bagi Jemaah Haji dan UmrahDiketahui dalam forum dialog bertajuk 'Sayangi Paru untuk Haji dan Umrahmu: Cegah Pneumonia Melalui Vaksinasi' turut dihadirkan tiga pembicara yang kompeten di bidangnya.
Mereka di antaranya Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD KAI FINASIM, selain seorang akademisi sekaligus juga dokter spesialis penyakit dalam.
Pembicara lainnya, Dr dr Endy Muhammad Astiwara MA AAAJI FIIS, seorang akademisi dan dokter yang sekaligus pelaku usaha perjalanan haji khusus dan umrah.
Hadir pula pembicara dari Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaji) Kementerian Kesehatan yang diwakili dr Enny Nuryanti MKM, seorang dokter yang pernah bertugas sebagai Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Mekah maupun Madinah.
Menurut dr Enny Nuryanti, dalam pemaparannya mengungkap cuaca panas di Arab Saudi yang mencapai suhu 3943 derajat celsius dapat memicu beberapa penyakit terutama penyakit pernapasan.
“Pneumonia merupakan penyakit terbanyak jemaah Indonesia yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan RS Arab Saudi," katanya.
Kata dia, Pneumonia berawal dari infeksi saluran pernafasan atas atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bisa dipicu cuaca panas.
"Selain itu, kebanyakan jemaah saat beribadah tak bisa menghindarkan diri dari kerumunan, sehingga mudah tertular ISPA,” kata dr Enny.
Karena itu, dr Enny mengimbau jemaah haji untuk tetap mengenakan masker saat beribadah atau beraktifitas.
Terlebih para lansia, lebih rentan karena kondisi tubuhnya juga berisiko tinggi.
Selain itu, dr Enny juga mengimbau pada jemaah haji untuk tetap menjaga imun tubuh dengan banyak mengkonsumsi vitamin, makanan bergizi, istirahat yang cukup serta minum air putih dan oralit untuk menjaga cairan tubuh.
Sementara Ketua Bidang Kesehatan AMPHURI Dr dr Endy M Astiwara, menyampaikan menilik data yang dirilis Puskeshaji, menunjukan bahwa Pneumonia merupakan penyebab paling umum dari kunjungan ke RS saat ibadah Haji
Karena itu, dr Endy menyarankan vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit pneumonia pneumokokus.
Di mana vaksin pneumokokus ini membantu melindungi terhadap beberapa dari lebih dari 90 jenis bakteri pneumokokus.
"Dengan melakukan vaksinasi Pneumonia sebelum menunaikan ibadah haji maupun umrah, maka akan sangat bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit pneumonia, terlebih karena bertambahnya usia," kata dr Endy.
Kemudian lanjut dr Endy, vaksinasi juga dapat mencegah resistensi antibiotik, menurunkan risiko infeksi dan penyakit pneumonia akibat adanya penyakit penyerta serta mengurangi risiko infeksi pneumonia yang dapat menyebabkan perlunya rawat inap.
Sebagai pembicara pamungkas Prof Dr dr Iris Rengganis Sp PDKAI dalam pemaparannya mengingatkan pentingnya pemberian vaksin pneumonia bagi para calon jemaah haji dan umrah Indonesia yang ingin beribadah di Tanah Suci.
Pasalnya, vaksinasi ini dapat memberikan imunitas bagi para calon jemaah haji maupun umrah.
“Pemberian vaksin pneumonia bisa memberikan kekebalan dan mengurangi potensi tertular dari infeksi bakteri pneumokokus yang berbahaya selama melaksanakan ibadah haji maupun umrah,” tegasnya.
“Hanya dengan vaksinasi saja, kita bisa menurunkan risiko penularan hingga 2,1 sampai 2,2 kali lipat lebih efektif," imbuhnya.
Prof Iris pun kembali meyakinkan bahwa vaksinasi pneumonia ini telah terbukti efikasinya BPOM sehingga aman diberikan kepada calon jemaah haji dan umrah di Tanah Suci. (*)