Fenomena terlelap singkat atau microsleep hendaknya menjadi perhatian bersama untuk pengguna kendaraan. Terutama bagi profesi sebagai pengemudi travel atau angkutan umum yang kerap melintas di jalan tol.
Kecelakaan mengenaskan menimpa mobil travel di ruas tol Cisumdawu KM189 pada pukul 10:15 WIB pekan ini. Menurut keterangan kepolisian, pengemudi diduga mengalami kantuk ketika kendaraannya sedang melaju 120 km/jam.
"Diduga kurang konsentrasi, mobil travel mau menyalip ke kanan ke lajur cepat menabrak bagian belakang truk boks, yang kena bagian kiri Hiace," ujar Kanit PJR Tol Cisumdawu, AKP Dasep Rahwan ketika dikonfirmasi.
Pendiri sekaligus Instruktur Jakarta Defensive Driving Cosultant (JDDC), Jusri Pulubuhu mengingatkan bahaya gejala mengantuk ketika berkendara dalam durasi yang cukup lama. Terutama saat melewati jalan dengan karakteristik panjang dan lengang.
"Masih dilakukan investigasi oleh polisi terhadap sopir yang sedang dirawat. Kalau menurut keterangan sementara diduga mengantuk atau lebih tepatnya microsleep, sebenarnya gejala kantuk atau tertidur itu banyak sekali faktornya," buka Jusri kepada kumparan.
Dirinya menambahkan, gejala microsleep sangat umum dialami oleh setiap pengemudi. Ini terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas atau pekerjaan yang berulang terus-menerus dan monoton dalam periode waktu lama.
Perbesar
Kecelakaan maut yang melibatkan truk box dan mobil travel di Tol Cisumdawu KM 189,Selasa (29/4/202). Foto: PJR Cisumdawu
"Jadi microsleep tidak hanya terjadi saat mengemudi, sebenarnya bisa karena aktivitas lainnya. Tapi dalam konteks ini, mengemudi di jalan tol seperti Cisumdawu yang karakteristik jalannya panjang dan lengang, serta pemandangan monoton menyebabkan kejenuhan," imbuh Jusri.
Microsleep saat berkendara, terutama ketika pada kecepatan tinggi yang sering dijumpai angkutan umum atau travel di Indonesia, mengandung risiko yang amat tinggi. Ini juga menyangkut lemahnya cara antisipasi pengemudi angkutan umum di dalam negeri.
"Microsleep itu terjadi begitu cepat, hanya sekitar 5-10 detik. Tetapi masalahnya, apabila ini terjadi saat kita bergerak pada kecepatan tinggi, maka potensi dampaknya sangat mengerikan. Bayangkan saja, misalnya saat sedang dalam posisi berkendara dengan kecepatan 100 km/jam, lalu terjadi microsleep itu kita sudah melewati sekitar 27 meter dengan keadaan mata tertutup. Bagaimana kalau lebih dari itu," papar Jusri.
Perbesar
Ilustrasi mengantuk saat berkendara. Foto: GBJSTOCK/Shutterstock
Jusri turut menyoroti sistem jam kerja perusahaan angkutan umum seperti travel atau bus antar kota antar provinsi yang mengganggu waktu istirahat pengemudinya. Menurutnya, ini yang membuat pengemudi kerap alami microsleep hingga masuk Automatic Behavior Syndrome atau ABS.
“Paling fatal kalau sudah masuk ke ABS, itu enggak bisa disikapi seperti microsleep. Sederhananya ABS itu kelelahan yang sangat berat,” terangnya.
Biasanya, ABS ditandai dengan rasa kantuk yang sangat besar, bahkan melakukan pola istirahat tidur singkat 15 menit hingga 30 menit atau power nap, minum kopi, konsumsi permen, hingga menggosok-gosok mata sudah tidak ampuh lagi.
Apabila pengemudi sudah melihat tanda-tanda keletihan yang berat seperti ABS, disarankan untuk berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan. Sebab, dikhawatirkan akan menimbulkan potensi kecelakaan yang lebih besar.
"Ada risiko lainnya seperti highway hypnosis. Cara agar tidak terjebak fenomena ini dengan menstimulus indra penglihatan, pendengaran, dan sebagainya. Jadi mengemudi tidak hanya sekadar melihat, tetapi juga rutin membaca situasi dan persiapan mitigasinya," pungkas Jusri.
Jika sudah mengalami tanda kelelahan akibat mengemudi dalam waktu lama dan kurang istirahat, sebaiknya segera mencari rest area terdekat untuk ambil waktu rehat dengan cara tertidur pulas selama 5 hingga 45 menit.
***
kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park.
Forum diskusi ini menghadirkan para pemangku kepentingan, termasuk pemimpin industri, profesional, dan perwakilan pemerintah, untuk berdiskusi serta berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif berkelanjutan.