TIMESINDONESIA, PEKANBARU – Meminjam istilah dari Bahasa Rusia, Glasnost (Keterbukaan) dan Perestroika (Pembaharuan), ternyata Kota Pekanbaru sudah berbenah dan sudah menjalankan sebuah era dimana Pemerintah Kota dan Seluruh Masyarakat Kota Pekanbaru dengan heterogenitasnya bahu-membahu untuk membuat Kota Pekanbaru jadi contoh perkembangan kota modern dari sisi visi masyarakatnya.
Gebrakan pemerintah kotanya dalam mengembangkan Kota Pekanbaru yang tentunya bisa jadi contoh buat Kota dan daerah lain di lndonesia.
Glasnost dalam Bahasa Rusia artinya Transparansi dan Keterbukaan. Sebuah kebijakan keterbukaan pada semua bidang termasuk kebebasan informasi pada lnstitusi Pemerintahan di Uni Sovyet dibawah Presiden Mikhail Gorbachev pada tahun 1990-1991.
Kebijakan Glasnost dicetuskan Gorbachev sebagai tanggapan atas kemerosotan ekonomi dan politik yang terjadi di Uni Sovyet saat itu. Glasnost dibuat untuk mengurangi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang mengelola pemerintahan di Uni Sovyet.
Sejak Glasnost ditetapkan, media di Uni Sovyet mulai berani memberitakan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara baik di bidang ekonomi dan politik yang sebelumnya selalu dirahasiakan oleh pemerintah dengan Kebijakan Tirai Besi (sangat tertutup).
Sementara itu, Perestroika dalam Bahasa Rusia adalah Reformasi Birokrasi dan Ekonomi dimana pada saat itu ekonomi Rusia mengalami kemerosotan. Presiden Gorbachev mereformasi birokrasi dan ekonomi dengan meningkatkan otonomi daerah dari yang selama ini dibawah komunisme semuanya serba tersentral (terpusat). Selain itu, juga untuk menyaingi perekonomian Amerika Serikat dan Jepang yang berkembang pesat sejak tahun 1970-an.
Perestroika dianggap sebagai awal mula gerakan demokrasi menuju reformasi di Uni Sovyet. Juga bertujuan untuk memisahkan ideologi komunisme untuk pertama kalinya dan menuju realitas keterbukaan. Gorbachev mencoba merestrukturisasi negaranya, tapi justru memicu perpecahan di Uni Sovyet yang akhirnya secara resmi bubar pada tanggal 26 Desember 1991.
Uni Sovyet tercerai berai menjadi negara-negara pecahan seperti Rusia, Ukraina, Belarusia, Lithuania, Latvia, Slovenia, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Türkmenistan dan Kirgistan setelah sebelumnya tergabung dalam negara Federasi yang bernama Uni Sovyet.
Dampak positifnya, dengan adanya liberalisasi dan otonomi di berbagai negara pecahan tersebut mereka mengembangkan ekonomi dengan potensi yang ada di masing-masing negara tersebut.
Saat ini negara-negara tersebut semakin berbenah menjadi negara maju. Artinya ada dampak positif dari kebijakan Glasnost dan Perestroika yang dikembangkan oleh Mikhail Gorbachev.
Di Kota Pekanbaru, Era Keterbukaan dan Reformasi juga sedang berlangsung saat ini. Dengan heterogenitas masyarakatnya yang cukup tinggi sangat diharapkan perkembangan kota dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan visi masyarakatnya semakin baik sehingga diharapkan Kota Pekanbaru bisa menjadi contoh nyata kota yang akan berkembang menjadi Kota Metropolitan.
Dari hasil Pilkada Serentak beberapa waktu lalu, terlihat ada Good Willing (niat baik) dari masyarakat Kota Pekanbaru untuk tidak lagi memilih pemimpinnya (dalam hal ini walikota) berdasarkan latar belakang etnis, namun lebih ke figur tokoh yang mampu membuat pembaruan yang ujungnya pada kemajuan Kota Pekanbaru.
lni terlihat dari komposisi penduduk Kota Pekanbaru pada Sensus Penduduk terakhir tahun 2020 berdasarkan etnis/suku: Minang (40,96%), Melayu (23,10%), Jawa (15,70%), Batak (11,04%), Tionghoa (2,50%), Lain-lain (6,70%).
Pada Pilkada Serentak 27 Oktober 2024 lalu, ternyata warga Kota Pekanbaru dengan komposisi di atas lebih memilih figur tokoh daripada latar belakang etnis sebagai walikotanya.
Dimana pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar memperoleh suara terbanyak 164.041 (46,54%). Dengan keterpilihan yang cukup signifikan pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar akhirnya dilantik menjadi Walikota/Wakil Walikota Pekanbaru pada 20 Februari 2025 lalu.
lni menunjukkan bahwa Warga Kota Pekanbaru semakin terbuka dan bisa menerima perbedaan untuk bersama-sama membangun Kota Pekanbaru.
lni juga adalah sejarah sejak lndonesia merdeka Kota Pekanbaru dipimpin seorang walikota dari yang pertama Datuk Wan Abdul Rahman pada tahun 1946 sampai dengan Firdaus pada tahun 2022, Kota Pekanbaru selalu dipimpin oleh Walikota dari Etnis Melayu.
Baru tahun inilah Kota Pekanbaru dipimpin oleh seorang Walikota dengan latar belakang selain etnis Melayu, juga bukan dari etnis yang populasinya terbanyak di Kota Pekanbaru.
lni menunjukkan bahwa warga Kota Pekanbaru semakin terbuka, tidak lagi melihat faktor etnis sebagai pertimbangan yang paling dominan, namun lebih melihat figur tokoh yang dengan visi dan misinya yang lebih bisa diterima dan diprediksi mampu membawa Kota Pekanbaru ke arah perkembangan yang lebih baik.
Demikian juga Walikota terpilih dinilai mampu merangkul semua kalangan dari berbagai etnis untuk menunjukkan bahwa perbedaan adalah asset berharga yang bisa digunakan untuk membangun Kota Pekanbaru dengan kolaborasi yang bersinergi.
Banyak gebrakan yang dilakukan oleh Walikota terpilih di awal masa jabatannya: Pertama, menurunkan tarif parkir kendaraan roda dua dari Rp. 2.000,- menjadi Rp.1.000,- dan kendaraan roda empat dari Rp. 3.000,- menjadi Rp. 2.000.
Kedua, menertibkan tempat pembuangan sampah di beberapa sudut kota yang masih bergerakan.
Ketiga, gerak cepat memperbaiki jalan rusak sebagai contoh pada H+2 Lebaran beliau langsung terjun di Jalan Lobak yang sebagian badan jalan ada yang longsor, padahal masih cuti lebaran.
Keempat, menertibkan perusahaan-perusahaan yang menahan ijazah karyawannya.
Kelima, mengaktifkan kembali air mancur di Tugu Selais di Jalan Sudirman dalam upaya memperindah kota.
Beberapa action yang beliau lakukan di awal masa jabatannya yang belum genap 100 hari. Penulis melihat pemimpin yang seperti ini yang dibutuhkan masyarakat Kota Pekanbaru, tanpa ada pencitraan yang dilakukan.
Pemimpin yang dekat dengan masyarakatnya, rajin turun ke bawah melakukan sidak dan segera melakukan action begitu melihat ada yang urgent harus diperbaiki, fokus pada hal kecil tapi berdampak besar di masyarakat dan tidak formil.
Di awal kita sudah lihat baik dari sisi visi masyarakat Kota Pekanbaru dan keterbukaan dan pembaharuan action yang dilakukan Walikota Kota Pekanbaru cukup memberikan gambaran bahwa Kota Pekanbaru siap berkembang ke arah yang lebih baik dan lebih maju lagi.
Semoga apa yang dilakukan Bapak Walikota Pekanbaru bisa menginspirasi seluruh masyarakat Kota Pekanbaru untuk bersama-sama menciptakan kota yang semakin nyaman bagi warganya.
***
*) Oleh : Said Fauzi Assegaff, SPi., Pengamat Sosial, Politik dan Olahraga.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.