Karbohidrat atau Protein, Mana Lebih Banyak Diberikan pada Porsi Makan Anak?
kumparanMOM May 03, 2025 02:20 PM
Makanan bergizi seimbang menjadi fokus orang tua agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik. Bila mengikuti panduan Isi Piringku yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, tidak hanya diatur panduan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, tetapi juga porsi makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dalam satu hari.
Dikutip dari laman Ayo Sehat Kemenkes, dalam sekali makan terdapat 50 persen makanan pokok dan lauk pauk, serta 50 persen diisi dengan sayur dan buah.
Untuk makanan pokok terdiri dari karbohidrat yang bisa dari beras, jagung, sagu, kentang, umbi-umbian, gandum, dan produk olahan lainnya. Sedangkan lauk pauk berasal dari sumber hewani (daging merah, unggas, ikan, telur, susu, dan produk olahannya) dan nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe).
Nah Moms, beberapa ibu yang khawatir tentang pertumbuhan anaknya, misalnya mengejar berat dan tinggi badan, akhirnya kerap memberikan porsi protein yang lebih banyak. Apalagi, di media sosial, narasi menyebut protein hewani dengan porsi dobel bisa membantu pertumbuhan yang lebih optimal.
Meski dobel protein hewani memiliki manfaat yang baik untuk si kecil, tetapi yang paling penting adalah porsi seimbang, Moms. Dan yang utama, porsi karbohidrat disarankan tetap lebih banyak dibandingkan protein. Apa alasannya?
Alasan Karbohidrat Tetap Perlu Lebih Banyak dalam Porsi Makan Anak
Protein berperan dalam pertumbuhan anak, termasuk membantu pemeliharaan otot, kulit, dan juga organ tubuh lainnya. Tetapi, benarkah protein harus diutamakan dalam porsi makan anak?
Menurut dokter spesialis anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A, komponen yang paling banyak dibutuhkan sesuai Isi Piringku adalah karbohidrat, dengan komposisi 50-60 persen.
Perbesar
Ilustrasi anak makan nasi dan telur. Foto: Shutter Stock
"Sisanya terdiri dari lemak, yaitu sekitar 20-30 persen, dan protein 15-20 persen. Dan ada lagi vitamin dan mineral. Jadi, pada anak-anak yang masih mengalami masa pertumbuhan, mereka membutuhkan semua komponen, hanya saja memang porsinya berbeda-beda," jelas dr. Aisya kepada kumparanMOM.
Sebaliknya, beberapa orang tua juga masih menganggap karbohidrat sudah cukup bagi anak-anaknya, tetapi sebaliknya protein justru diabaikan.
"Karena di budaya kita itu banyak orang tua yang mikirnya 'Ya udah yang penting makan nasi', dan sering mengesampingkan lauknya, yaitu yang harus diutamakan adalah protein hewani," tutur dr. Aisya.
Untuk anak yang mengalami masalah pertumbuhan seperti stunting, gizi kurang, atau bahkan malnutrisi, maka makanan tidak bergizi seimbang dikhawatirkan dapat menghambat penanganan masalah kesehatan mereka.
"Misalnya, kalau si kecil enggak makan karbohidrat, dan hanya makan protein, maka protein yang masuk akan dibakar menjadi energi untuk beraktivitas sehari-hari. Tetapi, kalau dia juga makan karbohidrat sesuai porsinya dan ada protein yang masuk, maka yang dibakar menjadi energi adalah karbohidratnya, sedangkan proteinnya akan disimpan dan digunakan untuk pertumbuhan, serta menjadi otot," tutur dokter yang praktik di RS UNS Surakarta itu.
Oleh karena itu, yang paling penting adalah memastikan porsi makan anak diberikan seimbang, baik itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral. Dan ingat, kebutuhan setiap anak bisa berbeda tergantung usia si kecil.
Contohnya porsi lemak. Anak berusia di bawah dua tahun dengan berat badan ideal, maka kebutuhan lemaknya sebesar 50 persen dari total kalori harian. Sementara anak berusia dua tahun ke atas, maka disarankan porsi lemaknya sepertiga dari kebutuhan kalori harian.
"Selain memperhatikan komposisi dari kebutuhan kalori harian, jangan lupa selalu patuhi feeding rule atau pemberian makan sesuai panduan IDAI," tutup dia.