Imbas Harga Kelapa Meroket, Omzet Warung Nasi Padang Anjlok 50 Persen
kumparanBISNIS May 03, 2025 03:20 PM
Dalam beberapa waktu terakhir, harga kelapa bulat mengalami lonjakan signifikan di sejumlah pasar wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa.
Kini harga kelapa bulat meroket hingga Rp 25.000 per butir. Padahal sebelumnya harga rata-rata di pasaran Rp 10.000 per butir.
Akibat mahalnya harga kelapa, sejumlah warung makan padang menyiasati situasi ini dengan berbagai cara.
Penjual Nasi Padang di Jalan Raya Citayam, Kabupaten Bogor bernama Bahri mengatakan kelapa butir sangat dibutuhkan sebagai bahan baku utama bumbu masakan. Menurutnya, kenaikan harga kelapa butir memukul omzetnya.
"Turun 50 persen pendapatan harian mas, ini kelapa kan mahal, udah mahal jarang, makin was-was kita," ucap Bahri ketika ditemui kumparan, Sabtu (3/5).
Dia menyebut, saat ini harga kelapa parut mencapai Rp 20.000 per butir tergantung ukuran. Ia sudah menyetok kelapa lewat pengepul langganannya tetapi harganya memang sudah tak bisa ditawar lagi.
Kata Bahri, kenaikan harga kelapa ini berdampak langsung ke menu-menu di warungnya. Warung nasi Padang milik Bahri mendominasi penggunaan kelapa seperti rendang, dan gulai.
"Kira kurangin rendang, semua yang dasarnya kelapa kita kurangin jumlahnya. Sementara lah," lanjut dia.
Biasanya, warung nasi Padang milik Bahri membuat rendang sebanyak 200-250 porsi, maka dari itu dibutuhkan sekitar 20-25 kg daging dan santan dari 40 hingga 75 butir kelapa parut.
Sekarang, Bahri hanya menyetok untuk 60-100 porsi rendang, dia membeli 12 hingga 30 butir kelapa parut.
"Gulai juga (berkurang), ayam goreng yang pake kelapa juga berkurang, gitu," sebut Bahri.
Bahri enggan menaikkan harga seporsinya meski harga kelapa meninggi. Sejak tiga tahun lalu, dia memutuskan untuk membuat paket harga Rp 12.000 untuk satu porsi nasi lengkap lauk rendang atau ayam bakar.
"Enggak mau naikin harga mas, udah dari dulu, langganan banyak soalnya. Enggak enak sama mereka, mending kita kurangin ini aja," imbuhnya.
Warung Nasi Padang di Jalan Raya Citayam, Kabupaten Bogor, Sabtu (3/5/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warung Nasi Padang di Jalan Raya Citayam, Kabupaten Bogor, Sabtu (3/5/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
kumparan juga menemui penjual Nasi Padang lainnya. Hanya berjarak 50 meter dari Stasiun Citayam, kumparan mendatangi warung Nasi Padang milik Akbar (44).
Akbar bilang, sejak Idul fitri 2025 dia mulai mengurangi penyajian menu rendang. Keputusan ini diambil akibat melonjaknya harga kelapa di pasaran, yang menjadi bahan utama dalam pembuatan rendang.
"Dari Lebaran kemarin udah dikurangi rendang. Dari puasa malah kayaknya ya, mahal kelapa, ke mana-mana (dampaknya) jadinya," tutur Akbar.
Tak hanya itu, Akbar juga menyiasati penggunaan kelapa dengan mengubah cara memasak ayam bakarnya.
Biasanya ia menggunakan batok kelapa dan arang untuk membakar ayam yang memberikan cita rasa khas, kini ia beralih menggunakan pan khusus bakaran dan gas.
Meski lebih hemat, Akbar mengakui rasa ayam bakar buatannya jadi berkurang. Hal ini pun berdampak pada menurunnya minat pembeli terhadap menu ayam bakar di warung nasi Padang miliknya.
"Kalo semuanya paling ya emang tetep nurun, 30 persen lah (harian). Harga semuanya lagi mahal bahan-bahan," jelasnya.
Warung Nasi Padang di Kawasan Stasiun Citayam, Sabtu (3/5/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warung Nasi Padang di Kawasan Stasiun Citayam, Sabtu (3/5/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Di tempat berbeda, kumparan juga menyambangi penjual Nasi Padang di kawasan Pondok Cina, Depok bernama Imah. Kata dia, sejak Ramadan kemarin sudah merasakan dampaknya.
Menurut Imah, lonjakan harga kelapa membuatnya lebih efisien dalam penggunaan bumbu masakan. Untuk menyiasatinya, ia kerap mengurangi takaran kelapa agar tetap bisa menjual nasi lengkap dengan pilihan rendang seharga Rp 20.000 per porsi tanpa harus menaikkan harga jual.
"Ya kita kurangin bahan yang pake bahan kelapa atau santan, bisa tapi dikit-dikit. Emang berubah pasti rasanya (rendang), tapi konsekuensi kan," tutur Imah.
Meski tetap mempertahankan harga, Imah mengakui pendapatannya menurun setiap bulan.
Ia tidak menyebutkan secara rinci seberapa besar kerugian yang dialami, namun menyayangkan harga komoditas kelapa bisa melonjak begitu tinggi.
Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk menstabilkan harga kelapa, mengingat dampaknya sangat dirasakan oleh pelaku usaha kuliner, khususnya rumah makan nasi Padang yang sangat bergantung pada bahan tersebut.
"Harapannya sih udah jangan mahal lagi ya, kerasa lumayan, kadang harga (komoditi) telur, ayam, daging suka naik. Ditambah kelapa juga enggak turun," imbuh Imah.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.