Menjajal Perahu Eretan Kali Cagak Andalan Warga di Jakarta Utara
kumparanNEWS May 03, 2025 04:40 PM
Gemercik aliran air bersahut dengan deru motor yang perlahan menaiki perahu yang akan menyeberangi Kali Cagak. Bukan didayung, tapi ditarik manual oleh 'nakhoda' dengan tangan yang menggenggam tambang yang membentang selebar sungai di atas kepalanya.
Kira-kira begitulah potret rutinitas warga yang menyebut penyeberangan itu sebagai 'jalan pintas' dari Kapuk Muara untuk ke kawasan Muara Angke hingga Muara Karang. kumparan pun mencoba menapaki jalur harian warga ini, menjajal langsung transportasi alternatif yang mereka andalkan pada Sabtu (3/5) pagi.
Tak ada panorama istimewa dari atas kapal, kecuali tol yang menjulang di kanan-kiri, seakan mengurung area penyeberangan. Air kali berwarna cokelat, sesekali dihiasi sampah yang mengapung, menemani perjalanan sekitar semenit itu.
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Tarifnya Rp 2 ribu untuk penumpang tunggal—sama jika tak membawa motor— atau Rp 3 ribu jika membonceng orang.
Salah satu penarik perahu adalah Bambang (bukan nama asli). Pria paruh baya ini bekerja sendiri saat giliran jaga.
Ia menarik tali, mengatur keseimbangan kapal, sekaligus memungut ongkos dari penumpang. Sistem kerjanya, bergantian setiap tiga jam, dari pukul 03.00 hingga 22.00 WIB.
"Kalau pagi, 2 [perahu] yang jalan, karena motor bisa antre panjang," ujar Bambang di atas kapal.
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Ia bekerja bersama 3 orang lainnya dalam sehari. Dari total tiga kapal, dua aktif beroperasi pada jam sibuk. Satu kapal disiagakan sebagai cadangan. Setiap kapal memiliki kapasitas maksimal menampung 11 motor dan pengendaranya.
Perahu eretan ini menjadi tulang punggung yang menghubungkan dua area yang dibelah kali setiap hari. Operasionalnya berhenti bila banjir atau aliran kalinya sedang deras.
"Di sini kalau banjir, kali bisa meluap sampe setinggi lutut orang dewasa. Ya itu berhenti," kata Rama (44), warga bantaran sisi kali yang ada di Pluit Karang Barat, Penjaringan.
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi perahu eretan untuk menyeberang Kali Cagak yang ada di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Titik penyeberangan ini berada di wilayah Pluit Karang Barat, menghubungkan kawasan Kapuk Muara yang ada di seberangnya. Berdasarkan pengakuan warga, keberadaan perahu eretan ini sudah ada sejak kawasan PIK masih berupa hutan.
Kini, kawasan itu telah bertumbuh pesat. Rumah-rumah mewah didirikan berbagai pengembang di sana. Akses cepat berupa tol pun dibuat bagi mereka. Melupakan warga asli yang tak memiliki banyak pilihan untuk melintasi kali selebar sekitar 50 meter itu.
Di tengah pesatnya pembangunan, perahu eretan ini tetap setia melayani mereka yang tak punya akses tol atau mobil pribadi—menyambung hidup lewat seutas tali yang ditarik dengan tangan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.