Turis Asing dan Domestik yang Melancong ke Banten Wajib Kenakan Tenun Khas Suku Baduy
willy Widianto May 04, 2025 03:33 PM

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Turis atau wisatawan yang melancong ke Desa Adat Suku Baduy, Banten wajib mengenakan pakaian adat khas Suku Baduy. Hal tersebut kini sedang dikaji.

Pemerintah Kabupaten Lebak bersama DPRD setempat berencana mengkaji aturan tentang kewajiban pengunjung wisata untuk memakai pakaian adat Suku Baduy. Bupati Lebak, Hasbi Jayabaya, mengatakan pihaknya masih mengkaji kemungkinan tersebut.

“Ini sedang kita kaji,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan bahwa saat ini Pemkab Lebak sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) mengenai kewajiban memakai batik Lebak.

“Mungkin ke depan bisa juga kita Perdakan atau buat Peraturan Bupati (Perbup) untuk penggunaan tenun Baduy,” jelasnya.

Namun, ia menyampaikan kekhawatirannya jika pengunjung belum terbiasa mengenakan pakaian adat Suku Baduy.

“Tidak semua orang terbiasa memakai pakaian adat. Tiba-tiba diwajibkan, ya jangan juga,” ujarnya.

Yang lebih penting menurutnya adalah pemberdayaan UMKM di kawasan Baduy, baik bagi wisatawan maupun Pemkab Lebak sendiri.

“Tapi ini masih kita kaji,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Lebak, Juwita Wulandari, mengatakan pihaknya juga akan mengkaji usulan tersebut.

“Baduy ini adalah ciri khas Lebak, jadi perlu juga dipertimbangkan. Tapi tentu akan kita kaji dulu,” ujarnya.

Menurutnya, jika aturan itu dianggap penting untuk menjaga identitas budaya lokal, maka tidak ada alasan untuk tidak menerapkannya.

“Kalau memang dirasa perlu, kenapa tidak? Tapi tetap harus melalui kajian,” tegasnya.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak, Effendy mengatakan aturan resmi mengenai wisatawan wajib kenakan baju adat khas Suku Baduy memang belum ada. Tetapi dirinya mendukung jika ke depan ada aturan terkait pakaian adat bagi pengunjung.

Hal ini dinilainya penting untuk menjaga kelestarian budaya Baduy dari pengaruh luar.

“Kalau pengunjung yang datang ke Baduy diwajibkan memakai pakaian adat, budaya Baduy bisa terus lestari,” katanya.

“Apalagi Baduy sudah dikenal secara nasional maupun internasional,” sambungnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, menurutnya, dibutuhkan pembahasan internal oleh pemerintah daerah karena menyangkut identitas budaya lokal.

“Perlu ada diskusi bersama di internal pemerintah, karena ini menyangkut identitas yang harus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya.

Ia juga menilai, jika aturan ini diterapkan, justru bisa menjadi daya tarik wisata tambahan.

“Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. Sekarang saja pengunjung sudah membludak, apalagi kalau ada aturan itu,” jelasnya.

“Contohnya waktu musim durian kemarin, antreannya sampai 4 kilometer, macet juga,” tambahnya.

Anggota Komisi X DPR RI, Adde Rosi Khoerunnisa, mendukung adanya aturan yang mewajibkan pengunjung wisata memakai pakaian adat Baduy saat berkunjung ke wilayah tersebut. “Saya sangat mendukung dan setuju dengan adanya aturan bahwa pengunjung harus memakai pakaian adat Baduy ketika ke sana,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa salah satu alasan dukungannya terhadap aturan tersebut adalah sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Baduy.

“Kenapa? Karena masyarakat Baduy memakai pakaian adat hampir setiap hari—pagi, siang, dan malam,” katanya.

“Lalu kenapa pengunjung yang datang ke Baduy tidak bisa menghargai apa yang dipakai masyarakat setiap hari?” sambungnya.

Politisi Partai Golkar itu memberikan contoh bahwa Yogyakarta telah menerapkan kebijakan serupa.

“Misalnya, wisatawan yang ingin masuk ke Borobudur harus memakai kain dan tidak boleh berpakaian tidak sopan,” jelasnya.

Menurutnya, aturan semacam ini bisa menjadi hal positif jika diterapkan di Baduy.

“Minimal pengunjung berpakaian sopan, akan lebih bagus lagi jika mereka memakai kain khas Baduy,” ungkapnya.

Bahkan, menurutnya, aturan tersebut juga akan menguntungkan UMKM masyarakat Baduy.

“Pengunjung, baik dari dalam maupun luar Banten, bisa membeli produk mereka. Kemudian produk itu bisa langsung dipakai di lingkungan Baduy,” jelasnya.

Meski begitu, ia meyakini bahwa masyarakat Baduy mampu menjaga tradisi dan budaya mereka di tengah banyaknya wisatawan yang datang.

“Saya rasa keteguhan masyarakat adat Baduy dalam menjaga kebudayaannya masih sangat kuat,” ujarnya.

“Saya juga sempat berbincang dengan duta besar Korea yang hadir, dan mereka sangat menghormati masyarakat Baduy,” tambahnya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.