Saya Kuliah Ekonomi Syariah agar Kampung Saya Terhindar dari Jerat Riba
Husnul Hatima May 04, 2025 05:20 PM
Assalamualaikum wr.wb
Saya lahir dan besar di sebuah kampung sederhana di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Kampung yang dikelilingi bukit hijau, suara ayam di pagi hari, dan keramahan tetangga yang saling sapa tiap bertemu. Namun di balik kehangatan itu, saya menyaksikan kenyataan yang menyakitkan—banyak orang di kampung saya hidup dalam jeratan utang berbunga tinggi, yang mereka sendiri tidak pahami sebagai riba.
Saya masih ingat dengan jelas, seorang ibu tetangga saya yang meminjam uang dari seseorang untuk membiayai sekolah anaknya. Pinjaman Rp1 juta, tetapi dia harus mengembalikan hampir dua kali lipat hanya dalam waktu beberapa bulan. Ketika dia tak mampu bayar tepat waktu, dia dipermalukan di depan umum, dijadikan bahan omongan, bahkan akhirnya menjual satu-satunya kambing miliknya. Sayangnya, cerita seperti ini bukan satu atau dua saja. Banyak yang terjadi di kampung saya, dalam diam dan keterpaksaan.
Riba: Bahaya yang Terlihat Normal
Di masyarakat kami, banyak yang belum paham apa itu riba. Mereka hanya tahu “kalau pinjam ya harus kembalikan lebih.” Itu dianggap wajar. Mereka tidak sadar bahwa sistem ini membuat mereka semakin miskin, tertindas, dan tidak punya kendali atas hidupnya sendiri. Tidak ada yang menjelaskan kepada mereka bahwa riba adalah dosa besar, dan juga sistem yang tidak adil dalam ekonomi.
Saya mulai membaca dan mencari tahu lebih banyak tentang riba. Saya temukan bahwa dalam Islam, riba tidak hanya haram, tapi juga merusak tatanan sosial. Sistem bunga membuat yang punya uang semakin kuat, dan yang butuh uang semakin tertekan. Dalam hadits disebutkan, “Riba itu memiliki 70 cabang dosa, yang paling ringan seperti menzinai ibu kandung sendiri.” (HR. Ibnu Majah). Itu bukan peringatan biasa. Itu adalah sinyal betapa berbahayanya riba bagi kehidupan umat.
Perbesar
suasana kehidupan masyarakat kampung yang masih banyak bergantung pada utang berbungga tinggi.
Saya Memilih Merantau demi Ilmu yang Menyelamatkan
saya lakukan untuk membantu kampung saya? Saya bukan ustazah, bukan orang kaya, bukan tokoh masyarakat. Tapi saya bisa belajar. Saya bisa mencari ilmu yang selama ini belum pernah benar-benar sampai ke kampung saya—ilmu tentang Ekonomi Syariah.
Dengan tekad dan restu orang tua, saya meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Jakarta, sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya kuliah di Universitas Pamulang, mengambil jurusan Ekonomi Syariah. Awalnya tidak mudah. Saya harus menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, tinggal jauh dari keluarga, mengatur keuangan yang pas-pasan, bahkan pernah menangis karena rindu rumah
Perbesar
saya bersama teman-teman Syariah Ekonomi
Perbesar
Perjuangan menuntut ilmu di Jakarta ditempuh oleh Husnul demi membekali diri agar bisa mengedukasi kampung halamannya kelak
Tapi saya ingat lagi tujuan saya: saya ingin agar kampung saya tidak lagi terjebak dalam riba. Saya ingin mereka punya pilihan keuangan yang halal, adil, dan menenangkan. Saya ingin mereka tahu bahwa ada sistem ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam, yang membawa berkah dan bukan beban.
Ekonomi Syariah, Jalan Tengah untuk Umat
Selama kuliah, saya belajar bahwa sistem keuangan Islam bukan hanya soal larangan riba, tapi juga menawarkan solusi. Ada konsep mudharabah (bagi hasil), murabahah (jual beli yang adil), dan zakat yang memperkuat solidaritas sosial. Semua ini dirancang agar ekonomi tumbuh tanpa menindas, dan keberkahan hadir di tengah-tengah masyarakat.
Saya membayangkan suatu hari nanti, saya bisa kembali ke kampung saya, membuka koperasi syariah kecil, membantu petani dan pedagang mengakses modal tanpa bunga, mengedukasi masyarakat tentang cara menabung dan berinvestasi secara halal, bahkan mungkin menjadi penggerak gerakan anti-riba di desa saya.
Saya membayangkan suatu hari nanti, saya bisa Harapan untuk Masa Depan Kampung Saya
Saya menulis ini karena saya yakin, perubahan itu dimulai dari kesadaran. Saya percaya bahwa ilmu yang saya cari saat ini akan bermanfaat bukan hanya untuk saya sendiri, tapi juga untuk mereka yang selama ini hidup dalam kegelapan riba tanpa disadari. Saya tahu perjalanan ini panjang. Tapi saya tidak akan menyerah.
Saya berharap, teman-teman yang membaca kisah saya, terutama yang juga berasal dari kampung atau daerah, bisa ikut tergerak. Bukan semua orang harus jadi ahli ekonomi syariah. Tapi kita semua bisa berperan menyebarkan pemahaman yang benar. Kita bisa menjadi cahaya kecil di tempat kita
Perbesar
Ekonomi Syariah hadir sebagai jalan keluar yang adil dan penuh keberkahan bagi umat
Karena riba adalah nyata, bahayanya nyata, tapi solusi juga nyata—dan Islam sudah menawarkannya sejak ribuan tahun lalu. Tinggal kita, umatnya, yang harus bangkit dan menyadarkan.
Tentang Penulis
Husnul Hatima adalah mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah di Universitas Pamulang. Lahir dan besar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, ia merantau ke Jakarta dengan niat mulia: membawa perubahan ke kampung halamannya agar masyarakat bisa terhindar dari jeratan riba. Ia percaya, ilmu ekonomi syariah adalah jalan menuju keberkahan dan keadilan bagi umat.
wasalamualaikum wr.wb
Semoga teman-teman jadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang lain:)