Grid.ID - Anak perempuan pasangan Uya Kuya dan Astrid Kuya, Cinta Kuya, selalu jadi korban bully alias perundungan. Fakta yang menyedihkan baru terungkap dari sang bunda, ternyata Cinta Kuya sudah menjadi korban bully, sejak ia duduk di bangku sekolah.
Dulu, kata Astrid, Cinta sering menjadi korban bully di sekolah lantaran ia sering meminta dispensasi kepada pihak sekolah untuk menjalani pekerjaannya sebagai artis cilik. Rupanya, tak sedikit teman-teman seangkatan Cinta, yang iri dengan keleluasaan yang diberikan sekolah untuk cinta.
Sayangnya, cerita kelam tentang bully di sekolah itu, baru diceritakan Cinta kepada ibunya, setelah Cinta berusia dewasa. Saat itu, Cinta menceritakan pahitnya masa-masa sekolah di usia belianya kepada sang bunda, saat mereka berdua melakukan sesi deep talk antara ibu dan anak.
“Dari kecilnya dia sering terluka karena omongan orang, dia sebagai artis cilik,” kata Astrid Kuya saat jadi bintang tamu di acara Rumpi No Secret Trans TV, Minggu (4/5/2025).
“Dia di sekolah dapat perlakuan (bully) dari temannya yang mungkin iri, mungkin ya, dulu Cinta waktu sekolah bisa izin,” kata Astrid.
“Itu juga baru tahu setelah kita deep talk umur 19-20 tahun kayaknya, baru,” kata Astrid.
Nyatanya, pengalaman pahit karena dibully tak berhenti begitu saja ketika Cinta lulus dari sekolah. Anak kedua Uya Kuya itu tetap menjadi korban bully oleh netizen bahkan sampai saat ini. Cinta sering dianggap tak bisa merawat diri dan kerap dibanding-bandingkan dengan anak dari artis lain.
Melihat putrinya menjadi korban bully oleh netizen karena memiliki penampilan yang berbeda, Astrid mengaku kesal. Ia sakit hati karena putrinya menjadi tak percaya diri akibat opini yang dibentuk oleh masyarakat sosial.
“Pasti kesal, anak disakiti, orangtua pasti merasa sakit 10 kali lipat, cyberbully ini dia merasakan sejak lama,” kata Astrid. “Dikatain kok aura magrib, rambut gak pernah disisir,” kata Astrid.
“Sedih, terluka, tapi gue selalu ngomong kalian harus selalu kuat, fight.”
“Apapun masalah yang dihadapi, terluka ya terluka, hidup pasti terluka, but you need to stand up, itu yang gue omongin ke Cinta dan Nino.”
“Bohong kalau hidup gak ada masalah, masalah lu harus dihadapi,” kata Astrid.
Beruntung, kini Cinta memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri, Amerika Serikat. Di sana, Astrid melihat perubahan drastis di diri Cinta. Cinta yang tadinya tak percaya diri, kini lebih bisa berekspresi dan mengeksplorasi kegemarannya.
Menurut Astrid, satu hal yang dirasa paling berubah dari diri Cinta adalah putrinya itu sudah berani untuk berbicara perihal perundungan alias bully. Terlebih, di sana Cinta memiliki teman-teman yang pola pikirnya jauh lebih terbuka dan menerima Cinta apa adanya.
“Aku akui perubahan diri Cinta itu ketika pindah ke Amerika. Dia berteman dengan teman yang lebih open minded dan pacarnya yang encourage dia untuk gak terlalu mikirin,” kata Astrid.
“Di sana kan dia main surfing, dia gak insecure lagi, mau rambut dan kulitku kayak apa, dulu di Jakarta dia insecure, kalau di sana dia benar-benar explore dirinya, apa yang dia suka,” kata Astrid.
“Awal-awal itu kan badan dan kulitnya jadi tan, buat dia (dibully karena berkulit tan) gak penting, buatku juga,” kata Astrid cuek.
“Lama-lama dia merasa I need to stand out, awalnya didiemin, tapi lama-lama kok makin menjadi, ‘aku harus ngomong mah’, kalau kamu merasa dirugikan dan tersakiti, omong ke orang-orang,” katanya.
“Dia ngomong bukan mau membalas, tapi mau memberi tahu, dia kan kuliah psychology, kalau kata-kata mereka itu menyakiti orang yang diomongin, dia mau membuat netizen itu aware saja,” kata Astrid.