Arung Palakka adalah pahlawan bagi rakyat Bone, tapi di sisi lain dia kerap dianggap sebagai pengkhianat karena bersekutu dengan VOC. Pernah bantuk Mataram kalahkan Trunojoyo juga.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Berbicara tentang Arung Palakka adalah berbicara tentang dua sisi mata uang yang berbeda. Di satu sisi dia adalah pahlawan bagi rakyat Bone, di sisi lain dia dianggap sebagai pengkhianat.
Terlepas dari dua perdebatan itu, rasanya semua sepakat, dialah yang membawa Kesultanan Bone menjadi salah satu kerajaan Islam yang diperhitungkan di Nusantara, khusus Sulawesi Selatan.
Arung Palakka adalah Sultan Bone ke-15. Dia berkuasa dari1672 hingga 1696 M. Sepak terjang Arung Palakka dimulai ketika dia masih berstatus sebagai pangeran. Dia berhasil memerdekakan rakyatnya dari Kesultanan Gowa-Tallo.
Arung Palakka resmi memerintah setelah ditandatanganinya Perjanjian Bongaya antara VOC dan Kesultanan Makassar. Dia membawa Bone mencapi puncak kejayaannya.
Dengan begitu, tentu saja dia adalah pahlawan bagi rakyat Bone. Tapi di sisi lain, dia kerap dianggap sebagai pemberontak dan pengkhianat karena bersekutu dengan VOC untuk melawan hegemoni Makassar.
Arung Palakka lahir di Soppeng pada 15 September 1634, sebagai putra dari La Maddaremmeng Matinro’e Ri Bukaka, raja Bone ke-13. Pada masa pemerintahan ayahnya, Kerajaan Bone ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa dan statusnya tidak lagi menjadi kerajaan yang merdeka.
Selain itu raja beserta keluarganya dibawa ke Makassar sebagai tahanan dan diperlakukan seperti budak. Ketika itu usia Arung Palakka sekitar 11 tahun.
Di Makassar, keluarganya dipekerjakan sebagai pelayan istana KaraengPattingalloang, mangkubumi Kerajaan Gowa. Beruntung bagi Arung Palakka, karena Karaeng Pattingalloang menyukainya dan memberinya pendidikan yang layak seperti seorang pangeran.
Meski begitu, Arung Palakkan tetap menaruh dendam kepada Makassar, terutama kepada Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang naik takhta pada1653. Sultan Hasanuddin pernah mengerahkan orang Bugis Bone untuk menggali parit di sepanjang pelabuhan Makassar. Itulah yang membuat Arung Palakka berniat membebaskan rakyatnya yang dipekerjakan secara paksa.
Tapi sayang, upaya Arung Palakka untuk memberontak pada 1660 gagal. Dia pun terpaksamelarikan diri bersama pengikutnya hingga ke Batavia dan disambut baik oleh VOC.
Bersama Cornelis Speelman yang asli Belanda dan Kapiten Jonker, mantan panglima dari Maluku, Arung Palakka mulai membuktikan bahwa dirinya adalah sosok yang dapat diandalkan dan menguntungkan VOC. Arung Palakka bahkan membantu VOC dalam menaklukkan berbagai wilayah di nusantara.
Pada 1666, Arung Palakka bersama 1.000 pasukan yang terdiri dari orang Bugis dan tentara VOC, berlayar menuju Gowa. Satu tahun kemudian, Sultan Hasanuddin akhirnya menyerah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya.
Peristiwa tersebut juga secara resmi membebaskan Kerajaan Bone dari kekuasaan Gowa. Meski Arung Palakka berjasa sebagai pahlawan Bone, banyak juga yang menganggapnya sebagai pengkhianat karena telah bekerja sama dan membantu VOC, yang notabene adalah penjajah asing, untuk menyerang Makassar.
Setelah kemenangan melawan Gowa, Arung Palakka dinobatkan sebagai sultan Bone ke-15 pada 1672. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaan dan secara resmi menggantikan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan.
Selama periode kekuasaannya, Kerajaan Bone mampu memakmurkan rakyatnya dengan potensi yang beragam seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan. Kekuatan militernya juga semakin kuat, setelah belajar dari lemahnya pertahanan mereka saat kalah menghadapi Kerajaan Gowa.
Untuk memastikan dominasinya di Sulawesi Selatan, Arung Palakka juga melakukan serangkaian kampanye militer. Arung Palakka pun berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Bugis hingga mendapat julukan "De Koning der Boeginesen" dari VOC.
Upayanya untuk membantu VOC terus berlanjut ketika dirinya telah duduk di singgasana Bone. Hal inilah yang membuat pengikut dan pangeran Bone menjadi kesal.
Setelah dua dekade lebih berkuasa, kesehatan Arung Palakka mulai menurun dan akhirnya meninggal pada 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontoala, Gowa. Pasca kematian Arung Palakka, takhta Kerajaan Bone jatuh ke tangan La Patau Matanna Tikka, Matinroe ri Nagauleng.
Bantu Mataram Islam padamkan pemberontakan Trunojoyo
Selain VOC, Mataram Islam juga mendapat bantuan dari pasukan Bugis pimpinan Arung Palakka saat menumpas pemberontakan Trunojoyo. Pada 1674, Trunojoyo berhasil mengalahkan pasukan Mataram di Jawa Timur dan mendeklarasikan dirinya sebagai raja Madura dan Jawa Timur.
Trunojoyo juga mengancam kekuasaan VOC di Batavia dan Banten. VOC yang merasa terancam kemudian meminta bantuan Arung Palakka dan pasukan Bugis untuk menghadapi Trunojoyo.
Arung Palakka yang ingin memperluas pengaruhnya di Jawa bersedia membantu VOC dengan syarat mendapatkan sebagian wilayah Jawa Timur sebagai hadiah. Pada tahun 1676, Arung Palakka dan pasukan Bugis tiba di Jawa dan bergabung dengan pasukan VOC dan Mataram.
Perang antara Trunojoyo dan gabungan VOC-Bugis-Mataram berlangsung selama dua tahun. Trunojoyo sempat menguasai beberapa kota penting seperti Surabaya, Kediri, dan Madiun. Namun, dia akhirnya kalah karena kekurangan persenjataan.
Dengan bantuan Arung Palakka, VOC berhasil mengalahkan pemberontakan Trunojoyo dan memperkuat posisinya di Jawa. Arung Palakka adalah salah satu tokoh sejarah yang memiliki peran penting dalam memerdekakan rakyat Bone dari penjajahan Kerajaan Gowa.
Terlepas dari segala kontroversi yang meliputi dirinya, Arung Palakka dikenal sebagai ahli perang yang mumpuni. Dia mampu membebaskan rakyatnya dari penjajahan Gowa dan membawa Kerajaan Bone ke puncak kejayaan.
Arung Palakka juga menjalin hubungan baik dengan VOC untuk menguntungkan dirinya sendiri--itulah kenapa dia disebut sebagai pengkhianat. Arung Palakka meninggal pada tahun 1696 di Bontoala, Makassar, dan dimakamkan di samping makam ayahnya di kampung Lamatti, Soppeng.
Dia digantikan oleh putranya, La Patau Matanna Tikka, sebagai Sultan Bone ke-16.