TRIBUNNEWS.COM - Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan berdoa di Raudhah menjadi salah satu momen spiritual yang sangat dinanti oleh jamaah haji maupun umrah, terutama saat berada di Madinah.
Raudhah adalah area suci yang terletak antara mimbar Nabi Muhammad SAW dan makam beliau, dikenal sebagai salah satu tempat paling mustajab untuk berdoa.
Biasanya para jamaah Haji akan diberi kesempatan untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan berdoa di Raudhah.
Namun, banyak pertanyaan muncul dari kalangan jamaah wanita, apakah boleh ziarah ke makam Nabi dan Raudhah saat sedang haid?
Para ulama memiliki pandangan yang berbeda mengenai hukum wanita haid berada di dalam masjid, termasuk untuk tujuan ziarah.
Mengutip dari Buku Panduan Manasik Haji 2025, para ahli fikih (fuqaha) telah membahas persoalan hukum berdiam diri (al-muktsu/المكث) di masjid bagi wanita yang sedang haid, berikut penjelasannya:
Mazhab Maliki mengharamkan secara mutlak bagi wanita haid untuk lewat atau berdiam diri (al-muktsu) di dalam masjid.
Kecuali ada kebutuhan yang sangat mendesak seperti takut/menghindari ancaman atau kezaliman.
Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi'i membolehkan orang junub, wanita haid dan nifas masuk dan berjalan di dalam masjid.
Namun ini dengan syarat darah haid terjaga untuk tidak menetes, tetapi tidak boleh berdiam diri.
Mazhab Hambali memperbolehkan orang junub, wanita haid dan nifas "berjalan" di masjid ketika darah belum berhenti dan aman tidak akan menetes dan mengotori masjid.
Namun tidak boleh berdiam diri.
Akan tetapi, jika darah haid atau nifas telah terhenti (mampet),wanita tersebut boleh berdiam diri di dalam masjid.
Imam Ahmad, al-Muzani, Ibnu al-Mundzir berpendapat boleh berjalan ataupun berdiam diri dalam masjid karena
orang muslim itu tidak najis.
(Farrah)