Revolusi Disiplin Ala Dedi Mulyadi: Kirim Tukang Mabuk dan Suami Tak Nafkahi Istri ke Barak Militer
Eko Sutriyanto May 08, 2025 09:56 AM

TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meluaskan cakupan program pelatihan disiplin di barak militer tidak lagi hanya menyasar pelajar bermasalah. 

Kini program itu menyasar kalangan orang dewasa, mulai dari aparatur sipil negara (ASN) yang malas, bapak-bapak peminum miras hingga suami yang abai terhadap nafkah keluarga.

Program yang semula dikritik karena mengirim pelajar 'nakal' ke barak militer, kini berubah menjadi semacam gerakan revolusi karakter lintas usia.

“Kita tidak bisa membiarkan penyimpangan sosial terus terjadi hanya karena pelakunya sudah dewasa.

ASN yang malas, suami yang tidak bertanggung jawab, tukang mabuk  semua akan ditertibkan melalui sistem pembinaan yang disiplin,” kata Dedi saat ditemui di Kantor Gubernur Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Rabu (7/5/2025).

Program pelatihan di barak sebelumnya menargetkan pelajar dengan kebiasaan buruk seperti merokok, tawuran, bermain gim secara berlebihan, hingga balapan liar.

Mereka kini menjalani pendidikan karakter di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, selama 14 hari.

Menurut Dedi, hasilnya cukup menggembirakan.

Para siswa menunjukkan perubahan positif dalam perilaku dan gaya hidup dari pola makan hingga kebiasaan sosial.

Namun, perubahan itu tak akan berarti bila lingkungan di rumah tak mendukung.

“Kalau mereka pulang ke rumah dan lingkungannya kembali rusak, ya percuma,” ujarnya.

Langkah lanjutan pun disiapkan Dedi.

ASN yang terindikasi bermalas-malasan, menghindari tanggung jawab, atau kerap mangkir akan dibina di barak.

“Jadi bukan cuma siswa, tapi juga ASN-ASN malas akan menjadi target kita. Mereka juga perlu dididik ulang soal tanggung jawab,” tegas Dedi.

Ia juga menyebut para suami yang tidak memberi nafkah atau kerap mabuk sebagai bagian dari lingkaran sosial yang perlu 'diperbaiki'.

Menurut Dedi, pendekatan barak militer bukan bentuk hukuman, melainkan alternatif terhadap sistem peradilan yang kerap tidak menyentuh akar persoalan sosial.

“Kita ingin bangun budaya disiplin dan tanggung jawab, bukan semata menghukum. Kalau penjara penuh dengan orang kecil dan tak ada rehabilitasi moral, ya tak akan ada perubahan sosial,” tambahnya. (Tribun Cirebon/Eki Yulianto)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.