TRIBUNNEWS.COM - Masa depan Nicolas Vives bersama Jakarta LavAni masih tanda tanya seusai kegagalan meraih juara Proliga 2025.
LavAni gagal menjadi juara setelah kalah secara dramatis melawan Jakarta Bhayangkara Presisi dalam laga grand final di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Minggu (11/5/2025).
Sebenarnya LavAni menang di dua set pertama, namun memasuki set ketiga, saat hanya butuh satu set untuk mengunci kemenangan, penampilan mereka justru menurun.
Penurunan performa masih terjadi di set keempat dan set kelima hingga akhirnya kalah dengan skor 3-2 (19-25, 23-25, 25-22, 25-22, 15-9).
Di musim ini, LavAni sebenarnya cukup luar biasa. Tim asuhan Nicolas Vives melahap babak reguler dengan catatan tanpa pernah kalah.
LavAni baru mendapat kekalahan di laga terakhir final four, saat melawan Bhayangkara Presisi, itupun karena mereka memainkan skuad pelapis.
Namun sayang, strategi LavAni menyimpan kekuatan para pemain inti dengan tak memainkan di dua laga terakhir ternyata justru berakhir buruk.
LavAni underperform. Ini jadi kekalahan final kedua secara beruntun bagi skuad Nicolas Vives setelah di partai puncak Proliga 2024 juga kalah dari Bhayangkara Presisi.
Catatan untuk Nicolas Vives, pelatih asal Kuba itu total telah membawa LavAni tiga kali ke final Proliga.
Namun dari tiga final itu, hanya sekali ia mempersembahkan gelar juara, yakni di musim debutnya pada 2023.
Vives kala itu datang untuk melanjutkan estafet Jeff Jiang Jie yang sebelumnya juga memberikan gelar juara Proliga 2022.
Namun rupanya keberhasilan Vives tak berlanjut, mereka akhirnya kalah dua kali di final dengan lawan yang sama, Bhayangkara Presisi asuhan Reidel Toiran.
Kekalahan LavAni di final Proliga 2025 ini tentu memberi luka mendalam bagi para penggemarnya. Terlebih penampilan mereka sebelum laga final cukup meyakinkan.
Namun rupanya kedidayaan LavAni tak terjadi di final. Di sisi lain, kegagalan ini juga membuat penggemarnya bertanya-tanya apakah LavAni akan mengganti pelatih di musim ini.
Assisten Pelatih LavAni, Erwin Rusni mengaku masa depan Nicolas Vives masih belum diketahui kejelasannya.
Untuk diketahui, kontrak pelatih asal Kuba bersama LavAni itu hanya berlaku hingga berakhirnya musim 2024-2025.
"Belum tahu. Nanti kita lihat aja," ujar Erwin kepada awak media, setelah laga final selesai.
Erwin sendiri mengakui kekalahan di final ini disebabkan receive yang buruk hingga membuat terjadinya kebuntuan strategi.
Erwin menyebut bahwa ketika receive hilang, peluang menyerang pun lenyap. Hal itu membuat timnya terus digempur oleh lawan.
"Saat set ketiga, keempat, kami ada banyak error terutama di receive. Makanya kami suruh pemain untuk penyerang. Itu kekurangannya," kata Erwin.
Kelelahan fisik juga memperburuk situasi, terutama pada Taylor Sander yang kehilangan tajinya di akhir laga.
Di posisi setter, pergantian antara Dio Zulfikri dan Jasen Kilanta justru mengacaukan ritme tim.
Ditambah minimnya opsi di posisi libero karena Irpan absen, LavAni terlihat kehabisan ide untuk merespons tekanan Bhayangkara.
"Receive, bola pertama, tidak ada. Set ketiga, keempat, kelima, Sander sudah habis (tenaganya). Semua sudah habis."
"Tidak ada (kesempatan) untuk spike, hanya kena blok, counter attack, serangan balik, mati. Ya buntulah," kata dia.
(Tio)