Menteri LH Ungkap 184 Titik Panas Potensi Karhutla Terdeteksi di Beberapa Wilayah
GH News May 13, 2025 02:03 AM

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengingatkan kepada semua pihak bahwa kesiapsiagaan dini dalam menghadapi musim kemarau yang meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) harus diantisipasi secara serius. 

Hanif menegaskan, antisipasi kebakaran hutan tidak bisa menunggu sampai api menyebar. Namun diperlukan tindakan sebelum terjadinya kebakaran. 

"Kebakaran hutan dan lahan adalah ancaman yang nyata. Kita tidak bisa menunggu hingga api mulai menyebar, kita harus bertindak sebelum itu terjadi,” ujar Hanif dalam keterangannya, Senin (12/5/2025).

Pemerintah sendiri sudah mengidentifikasi perubahan iklim dan pola cuaca yang mengarah menuju ekstrem, termasuk musim kemarau panjang. Hal ini menjadi faktor utama terjadinya karhutla.

"Dalam kondisi ini, kita perlu memperkuat upaya preventif dan memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat dan sektor industri memahami perannya dalam pengendalian kebakaran lahan," jelasnya.

Berdasarkan data terbaru, Hanif menyebut ada 184 titik panas atau hotspot di seluruh Indonesia hingga 9 Mei 2025.

Meskipun angka titik panas ini punya jumlah yang turun 61 persen ketimbang tahun 2024, potensi karhutla tetap menjadi ancaman besar utamanya di wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Riau. 

“Angka hotspot ini adalah indikator nyata dari meningkatnya kerawanan kebakaran. Meskipun ada penurunan, kita tidak boleh lengah," ujarnya.

Lebih lanjut, Hanif menyoroti 5 faktor utama yang menyebabkan kebakaran lahan, meliputi penyiapan lahan untuk pertanian, kebakaran di lahan konflik, dan kebakaran yang terjadi di area gambut selama musim kering. 

Ia menegaskan perlunya kolaborasi yang kuat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam memitigasi bencana kebakaran lahan.

"Kolaborasi inilah yang akan membuat kita lebih siap menghadapi musim kemarau dan kebakaran lahan yang datang,” jelas Hanif.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.