Telanjur Dipenjara 38 Tahun, Pria di Inggris Ini Ternyata Tidak Bersalah dalam Kasus Pembunuhan
Pravitri Retno W May 13, 2025 11:34 PM

TRIBUNNEWS.COM - Seorang terpidana di Inggris bernama Peter Sullivan (68) dinyatakan tidak bersalah setelah dipenjara selama 38 tahun terkait kasus pembunuhan disertai mutilasi.

Sullivan didakwa membunuh, lalu memutilasi ]seorang penjual bunga bernama Diane Sindall.

Insiden itu terjadi pada 1986 silam, di Bebington, Merseyside.

Dikutip dari The Guardian, Sullivan mulanya sudah selalu membantah telah terlibat dalam tewasnya Diane.

Bahkan, pengacaranya sudah dua kali mengajukan banding terkait vonis Sullivan tetapi selalu berujung ditolak.

Lalu, berdasarkan tes terbaru yang diperintahkan oleh Komisi Peninjauan Kasus Pidana (CCRC), menunjukkan DNA milik Sullivan tidak ada dalam sampel yang diawetkan saat itu.

Perwakilan dari Crown Prosecution Service, Duncan Atkinson KC, mengungkapkan pengadilan banding menyatakan analisis DNA dalam sampel tersebut berasal dari seseorang yang belum diketahui identitasnya.

"Seandainya bukti DNA ini tersedia pada saat keputusan diambil untuk menuntut, sulit untuk melihat bagaimana keputusan untuk menuntut bisa dibuat," kata Duncan, Selasa (13/5/2025).

Setelah adanya bukti tersebut, tiga hakim yaitu Holroyde, Goss, dan Bryan, tidak ragu menyatakan Sullivan tidak bersalah dalam kasus pembunuhan tersebut.

Sullivan yang menghadiri sidang tersebut melalui sambungan video, mendengarkan putusan tersebut dengan kepala tertunduk dan tangan terlipat, dan tampak menangis serta meletakan tangannya ke mulutnya saat vonisnya dibatalkan.

Senada, kerabat Sullivan yang turut dalam sidang banding tersebut menangis saat putusan tersebut dibacakan.

Di sisi lain, kepolisian Merseyside mengakui, bukti DNA tidak tersedia selama penyelidikan awal saat itu.

Kini, para petugas berkomitmen untuk mencari pemilik sampel DNA yang tertinggal di lokasi kejadian tewasnya Diane Sindall.

Detektif Karen Jaundrill menuturkan sudah ada 260 orang yang telah disaring dan dieliminasi dari penyelidikan sejak kasus ini dibuka kembali pada 2023 lalu.

"Pikiran kami tetap bersama keluarga dan teman-teman Diane Sindall yang terus berduka atas kepergiannya dan harus menanggung dampak dari perkembangan penyelidikan baru ini bertahun-tahun setelah peristiwa pembunuhan tersebut."

"Kami berkomitmen untuk melakukan segala cara untuk menemukan siapa pemilik DNA yang tertinggal di lokasi. Sayangnya tidak ada kecocokan dengan DNA yang teridentifikasi di database DNA nasional," kata Karen.

Karen mengatakan pihaknya telah meminta Badan Kejahatan Nasional untuk melakukan identifikasi orang yang memiliki profil DNA tersebut.

Sementara, peristiwa pembunuhan ini berawal ketika Diane Sindall hendak pulang kerja.

Namun, mobil van yang dikendarainya tiba-tiba mogok. Lalu, Diane pun berjalan menuju ke sebuah pom bensin.

Hanya saja, Diane justru tewas setelah dipukuli dan mengalami kekerasan seksual.

Adapun jasad korban ditemukan dalam kondisi tanpa busana dan termutilasi.

Sullivan pun saat itu dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap Diane karena ketika itu dirinya disebut membawa linggis sebelum bertemu dengan korban.

(Yohanes Liestyo Poerwoto)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.