TRIBUNNEWS.COM - Cerita tak biasa terjadi sesaat setelah pergantian Soeharto ke BJ Habibie sebagai Presiden RI pada tahun 1998 lalu.
Pasalnya, sehari setelah menjadi Presiden ke-3 RI, BJ Habibie justru diinfokan akan diracun.
Cerita ini disampaikan oleh mantan ajudan Habibie, TB Hasanuddin.
Hasanuddin yang saat ini menjadi anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP, mengatakan informasi Habibie akan diracun diperolehnya dari Kepala Badan Koordinasi Intelijen atau BAKIN (saat ini Badan Intelijen Negara atau BIN) saat itu, Letjen TNI Zaini Azhar Maulani.
"Malam-malam (Maulani) menyampaikan 'Hasanuddin hati-hati!', (Hasanuddin menjawab) siap ada apa jenderal?', 'Pak Habibie mau diracun'," katanya dikutip dari program BRIGADE Podcast yang ditayangkan di YouTube Kompas.com, Rabu (14/5/2025).
Setelah menerima informasi tersebut, Hasanuddin diperintah oleh Maulani untuk melakukan tindakan preventif agar Habibie tidak diracun.
Kemudian, Hasanuddin memanggil juru masak kepresidenan untuk mengganti lokasi pembelian bahan makanan untuk hidangan Habibie.
Namun, menurutnya, juru masak sempat menolak permintaan tersebut.
Hanya saja, Hasanuddin kembali memaksa agar tempat pembelian bahan makanan untuk hidangan Habibie diganti.
Setelah itu, dia pun memutuskan agar juru masak membeli bahan makanan dengan lokasi yang acak.
"Saya nggak (memberitahu) bahwa itu akan ada peracunan. Jadi sudah ikuti saya saja, kita belanja secara acak, jangan ke langganan," katanya.
Kemudian, Hasanuddin mengubah SOP yaitu larangan orang lain masuk ke dapur dan saat membawa bahan makanan untuk dimasak, harus dikawal.
Lalu, dia pun melaporkan perubahan SOP untuk memasak makanan Habibie tersebut ke Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Namun, sebagai ajudan, Hasanuddin tetap memeriksa sendiri makanan yang dihidangkan ke Habibie.
Bahkan, demi membuktikan ada racun atau tidak, dirinya mencicipi makanan Habibie tersebut.
"Saya cicipi sedikit juga. Mudah-mudahan saja saya tidak keracunan. Saya ini perisai hidup, mau bagaimana? ajudan kan fungsinya seperti itu," jelasnya.
Gangguan keamanan terhadap Habibie ternyata tidak hanya sampai situ saja. Ternyata, kata Hasanuddin, ada informasi penyerangan oleh 'pasukan liar'.
Setelah ada informasi tersebut, Hasanuddin mengatakan anak dari Habibie dijemput dan diantarkan ke Istana Kepresidenan.
"Malam-malam lagi nih, ada informasi 'pasukan liar' sehingga atas perintah para senior, itu putra-putri (Habibie) supaya ngumpul di Istana dan mendapat pengawalan lebih khusus," jelasnya.
"Walaupun putra-putri Pak Habibie (mengatakan) 'ngapain om, kan saya nggak ikut politik?" sambung Hasanuddin.
Tak sampai di situ, Hasanuddin mengatakan ada pasukan lain bernama 'pasukan khusus' yang diisukan akan menyerang langsung kediaman Habibie.
Lantas, dirinya khawatir bahwa kedua pasukan tersebut mencoba menyerang Habibie.
Akhirnya, Hasanuddin pun berinisiatif tidur di depan pintu kamar Habibie demi menjaga sang Presiden dari isu serangan 'pasukan liar'. Dia mengaku tidur dengan beralaskan tikar.
Bahkan, ketika tidur, Hasanuddin sampai masih membawa senjata miliknya yang diletakkan di atas dadanya.
"Ya sudah, ini pintu (kamar) Pak Habibie, saya buka tikar, ya sudah saya pakai bantal dan tidur di sana. Bawa AK."
"Maksud saya kalau ada 'pasukan liar', paling tidak ngelewati saya dulu lah ya," cerita Hasanuddin.
Ternyata, inisiatif Hasanuddin itu tidak diketahui Habibie. Namun, dia tidak memberitahu ke Habibie bahwa dirinya tidur di depan pintu kamarnya karena ada isu serangan dari 'pasukan liar'.
Hasanuddin mengungkapkan baru menceritakan soal isu 'pasukan liar' itu ke Habibie saat sang Presiden sudah sampai ke kantornya.
"Saya ceritakan (ke Habibie) ada informasi 'pasukan liar'. (Habibie bertanya) 'Terus gimana?'. Selesai pak, bisa diatasi, cuma saya berjaga-jaga saja," ujar Hasanuddin.
Hasanuddin menduga ada berbagai isu serangan tersebut karena Habibie dianggap bagian dari rezim Orde Baru.
(Yohanes Liestyo Poerwoto)