223 Siswa Keracunan MBG di Bogor, Badan Gizi Nasional akan Tegur Keras SPPG yang Lalai
Dian Anditya Mutiara May 14, 2025 12:31 PM

WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Keracunan menimpa 223 siswa di Bogor Jawa Barat, Badan Gizi Nasional akan beri teguran keras pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) jika ditemukan kelalaian SPPG.

Teguran keras akan diberikan jika hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa keracunan massal terjadi akibat kualitas makanan.

"Jika terjadi seperti ini, kami itu biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan," ujar Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan dalam keterangan resmi, Selasa (10/5/2025).

"Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik. Maka kami melakukan teguran keras itu kepada Satuan Pelayanan jika melakukan hal tersebut," sambungnya.

Setelah kasus keracunan MBG terulang, BGN akan memberikan pelatihan kepada SPPG agar kejadian serupa tak kembali terjadi.

BGN juga akan menyetop pasokan bahan makanan apabila ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya yang menyebabkan keracunan.

“Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu supplier-nya, maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan, kita setop supplier tersebut," ujar Tigor.

Saat ini, uji lab tengah terhadap makanan yang menjadi penyebab keracunan MBG terjadi di Bogor.

BGN juga memastikan akan bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan terkait masalah keracunan MBG.

"Kita bekerja sama dengan Puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," ujar Tigor.

Sebelumnya, hasil uji sampel Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor menunjukkan adanya kandungan bakteri E.coli dan bakteri Salmonella di paket menu MBG yang disediakan oleh dapur SPPG Bosowa Bina insani.

Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan, kedua bakteri itu ditemukan di dua jenis makanan yaitu ceplok telur yang dicampur bumbu barbeque serta tumis tahu dan tauge.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sendiri telah menetapkan kasus keracunan MBG tersebut sebagai kejadian luar biasa (KLB), setelah 223 siswa menjadi korban.

Bakteri ada di telur ceplok

Kepercayaan masyarakat terhadap program andalan Presiden Prabowo Subianto yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) kian menurun.

Hal itu dipicu oleh kualitas makanan yang terkadang kurang bagus, sehingga memicu keracunan pada siswa.

Kasus terbaru adalah ratusan siswa di Kota Bogor jadi korban keracunan MBG.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor per Sabtu (10/5/2025), jumlah korban keracunan MBG mencapai 217 orang. 

Jumlah siswa yang keracunan tersebut meningkat dari sebelumnya 210 orang.

Penyebaran kasus keracunan terjadi setelah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani turut melayani distribusi MBG terhadap 12 sekolah lainnya.

Kasus keracunan ini pertama kali dilaporkan pada Rabu (7/5/2025).

Dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan, ditemukan sembilan sekolah yang telah melaporkan kejadian keracunan itu.

Dinkes Kota Bogor merinci, sekolah-sekolah yang siswanya mengalami keracunan berasal dari TK Bosowa Bina Insani (25 orang), SD Bosowa Bina Insani (10 orang), SMP Bosowa Bina Insani (94 orang), SMA Bosowa Bina Insani (1 orang), SDN Kukupu 3 (8 orang), SDN Kedung Waringin (7 orang), SDN Kedung Jaya 1 (16 orang), SDN Kedung Jaya 2 (45 orang), dan SMP Bina Graha (8 orang).

Hasil uji sampel Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor, Jawa Barat, menunjukkan adanya kandungan bakteri E.coli dan bakteri Salmonella di paket menu makan bergizi gratis (MBG) yang disediakan oleh dapur SPPG Bosowa Bina insani.

Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan, kedua bakteri itu ditemukan di dua jenis makanan, yaitu telor ceplok yang dicampur bumbu barbeque serta tumis tahu dan toge.

"Bakteri ini muncul dari ceplok telor yang dipakai bumbu barbeque. Kemudian ada juga tumis toge dan tahu yang terindikasi mengandung Salmonella," ujar Dedie dikutip dari Kompas.com.

"Jadi ada dua, bakteri E.coli dan Salmonella ini kita peroleh dari dua jenis makanan yang kita periksa," tambah dia.

Dedie mengungkapkan, uji sampel itu dilakukan terhadap sisa-sisa makanan yang dikonsumsi oleh sejumlah siswa setelah mengalami keracunan.

Sisa makanan itu kemudian dibawa petugas kesehatan ke Labkesda Kota Bogor untuk dilakukan uji laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan.

"Saya menerima laporan hasil uji lab dari Labkesda. Hasilnya memang menunjukkan beberapa bahan makanan mengandung bakteri," ucap dia.

Kepala Sekolah SD Negeri Kedung Jaya 1 Kota Bogor, Rudi Hartono, mengaku sejumlah siswanya mengalami gejala muntah, mual, dan pusing usai mengonsumsi paket menu makan bergizi gratis (MBG).

Rudi menyampaikan, beberapa siswanya diduga keracunan usai menyantap menu MBG yang diterima pada Selasa (6/5/2025).

Menu MBG tersebut diterima dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina insani.

"Menunya waktu itu ada telor, tahu, sayur toge, sama pisang. Itu menunya murni dari dapur MBG Bina Insani," kata Rudi.

Rudi menceritakan, keluhan diare hingga muntah-muntah yang dialami siswa SDN Kedung Jaya 1 terjadi pada Rabu (7/5/2025) atau sehari setelah mereka menerima paket menu MBG.

Usai mendapat laporan kasus tersebut, sambung Rudi, pihak sekolah langsung berkoordinasi dengan Puskemas, Dinas Kesehatan, serta pihak MBG untuk penanganan korban keracunan.

"Kita memang nerima MBG hanya khusus kelas enam saja. Pada saat kejadian, saya juga enggak tahu apa itu makanan di hari Selasa atau yang Rabu, karena kami mendapatkan laporan ada anak yang sakit," ujar dia.

Badan Gizi Nasional (BGN) akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses atau alur penyajian makanan dalam program makan bergizi gratis (MBG).

Langkah itu dilakukan menyusul ditemukan banyaknya siswa yang diduga keracunan usai mengonsumsi menu MBG di sejumlah wilayah termasuk di Kota Bogor, Jawa Barat.

Kepala BGN Dadan Hindayana menyampaikan, evaluasi standar operasional prosedur (SOP) akan dilakukan mulai dari pemilihan bahan baku makanan, proses memasak, hingga alur distribusi makanan dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Saat ini sumber masalah dalam pendalaman. Kita masih nunggu hasil laboratorium," kata Dadan.

BGN juga akan meningkatkan uji organoleptik yaitu metode penilaian kualitas suatu produk, bahan, atau komoditas yang menggunakan pancaindra manusia.

Selain itu, BGN juga berencana akan melakukan penyegaran tiga bulan sekali di setiap dapur SPPG dengan melakukan pelatihan rutin terkait peningkatan kualitas makanan, pemilihan bahan baku, dan lain sebagainya.

"Kami juga bekerja sama dengan BPOM, Dinkes, dan para profesional yang terlibat dalam tata boga food and beverage. Jadi itu langkah-langkah yang akan kami lakukan kepada para SPPG, dan kami meminta mereka untuk meningkatkan lagi kewaspadaan," ujar Dadan.

Status KLB

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, menetapkan kasus keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang terjadi sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Penetapan KLB dilakukan menyusul meningkatnya sebaran kasus yang memapari 214 siswa dari sejumlah sekolah di Kota Hujan itu.

"Atas kejadian ini Pemkot Bogor telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB)," kata Wali Kota Bogor Dedie Rachim.

Dedie menyampaikan, saat ini Pemkot Bogor telah berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk melakukan evaluasi termasuk penanganan atas kasus tersebut.

Dedie menuturkan, sejauh ini pengobatan terhadap korban keracunan, pencegahan, hingga penyelidikan epidemiologi (PE) dan kesiapsiagaan telah dilakukan.

"Kita pastikan mereka yang terkena dampak ini biaya medisnya ditanggung Pemkot Bogor," pungkas dia.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.