Sembilan tahun Stela menunggu suaminya, Johny Indo, bebas dari penjara Nusakambangan. Selama itu, dia banting tulang menghidupi lima anaknya.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Betapa bahagianya Stela Thia saat itu ketika mendengar suami yang sudah sembilan tahun dia tunggu bebas dari penjara.
Benar, ini adalah Stela-nyaJohanes Hebertus Eijenboom alias Johny Indo. Hari itu hari pembebasan sang penjahat kelas kakap, yang dipenjara di Nusakambangan karena melakukan serangkaian perampokan di toko-toko emas di Jakarta.
Awalnya dia ragu mendengar kabar itu. "Mimpikah saya? Benarkah Johny bebas 100 persen?" Begitu tanya dalam hari, sebagaimana ditulis oleh Tabloid NOVA edisi Maret 1988 di bawah judul "Setelah Johny Bebas Rasanya Seperti Mimpi".
Sembilan tahun Johny Indo dipenjara. Selama itu pula Stela banting tulang: jadi bar tender, dagang baju, juga tukang gunting rambut -- di samping bolak-balik ke Menteri Kehakimah saat itu, Ismail Saleh, menanyakan status suami tercinta.
Ibarat murid sekolah, kalau rapornya "kebakaran", berarti tak naik kelas. Tapi kalau merahnya satu dua, pasti bisa pindah ke kelas berikutnya. Itulah Johny Indo yang pada akhir Februari 1988 bebas bersyarat setelah 8 tahun 11 bulan mendekam di LP Nusakambangan, ditambah sebulan di LP Tangerang.
"Rasahya seperti mimpi. Ya, mimpi," kata Stela dengan mata berbinar.
Rasa bahagia terpancar jelas di wajah wanita bertubuh kecil yang telah mendampingi Johny sejak usianya masih 16 tahun itu. Kegembiraan ibu lima anak dan nenek dua cucu ini memang tak bisa disembunyikan, meski ia berusaha tampil setenang mungkin.
Dan hari-hari setelah Johny bebas, jadi hari-hari manis mereka berdua."Saya selalu menemani ke mana pun Bang Johny mau pergi. Ke Pasar Senen, Pasar Baru, pokoknya saya ikuti saja kehendaknya. Tapi ada kalanya dia ingin pergi sendiri, tak mengajak saya. Biarlah, mungkin sesekali ia ingin jalan sendirian," lanjutnya.
Hamil
Stela memang amat mewakili gambaran wanita bijak, istri penuh pengertian dan tetap tabah mendampingi suami dalam suka dan duka. Sembilan tahun dia ditinggal sendiri, harus berperan ganda sebagai ibu sekaligus kepala keluarga, menghidupi lima anaknya yang kala itu masih amat bergantung padanya.
Bahkan ketika Johny harus masuk tahanan divonis 14 tahun penjara karena terlibat peristiwa perampokan toko emas tahun 1979, Stella tengah hamil besar 8 bulan. "Di rumah bersalin pun ditunggui petugas keamanan. Bang Johny tak bisa hadir waktu Daniel (anak bungsu mereka, red) lahir. Baru setelah Daniel berusia 40 hari, saya membawa Daniel menemui Johny di tahanan di Polda," kisah Stella.
Dan mulailah hari-hari suram wanita tamatan SMP ini. Dia pun melakukan apa saja demi kelangsungan hidup ia dan anak-anaknya.
"Saya pernah bekerja membantu mengepelkan rumah tetangga. Juga sebagai bar tender di pub, restoran atau bar. Semua itu saya lakukan karena terpaksa. Soalnya kalau saya tak kerja, mau makan apa?" katanya.
Menjualkan baju dan memotongkan rambut orang juga dikerjakan Stella. Bantuan keuangan memang pernah diterimanya dari gereja, yayasan, tetangga, teman sampai bintang film. "Tapi saya kan nggak bisa terus-terusan menunggu uluran tangan pihak luar," ujarnya kepada NOVA.
Bekerja sebagai bar tender memang tak luput dari berbagai godaan. Pernah ketika dia kerja di sebuah bar, Stella yang sangat ahli meramu macam-macam minuman pernah dijanjikan dibelikan mobil dan rumah mewah oleh seorang tamu.
"Syaratnya, saya harus meninggalkan suami," tutur Stella. Tentu saja Stella menolak. "Meski gaji saya kecil, tapi halal. Yang penting, saya bisa selalu kumpul dengan anak-anak, meski harus kerja keras sekali."
Dari kerja kerasnya, ketika itu dia bisa memperoleh Rp50-Rp150 ribu per bulan. Dengan uang itu Stella membiayai makan dan sekolah lima anaknya. "Tapi sekecil apa pun uang yang saya dapat, selalu saya sisihkan untuk ongkos menengok Bang Johny," kenangnya.
Pekerjaan menjadi bar tender kemudian dia tinggalkan karena anak-anaknya yang menyuruh. "Mereka bilang, saya sudah tua," katanya.
Figuran
Lalu bagaimana komentar Johny Indo sendiri? "Saya salut sekali pada Stella. Dia istri yang amat tabah. Selama saya ditahan, dialah tulang punggung keluarga. Dan meskipun kerja sebagai bar tender, tak pernah saya dengar gunjingan tentang Stella," kata Johny.
Johny, lengkapnya Yohanes Hubertus Eijkenboom, dan Stella sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bertetangga juga duduk di sekolah yang sama, SD Darma Bhakti di Mangga Dua, Jakarta Barat.
"Kami pacaran sejak kelas VI SD. Lalu lulus SMP menikah," kisah Stella.
Nama Johny Indo diperoleh Johny ketika dia menginjak usia remaja. Waktu itu dia tinggal di daerah yang banyak orang indonya. Untuk membedakan Johny yang satu dengan lainnya, maka anak tunggal pasangan alm Matheo Lonardos Eijkenboom dan Sofia Jana ini diberi embel-embel Indo.
Setelah tamat SMA,Johny pernah kursus modelling. Hingga pernah menjadi bintang iklan dan foto model. Bersama rekan-rekannya dia pernah mengusahakan bioskop layar tancap. Tapi ditutup karena tak punya izin.
Johny Indo juga pernah menjadi petani bawang merah di Brebes (Jateng). Juga gagal. Tahun 1972-1977, dia bekerja di salah satu penerbangan domestik di bagian catering.
Setelah menganggur, Johny mulai terjun ke layar perak. Sembilan judul film pernah dibintanginya (sebagai figuran). Antara lain, Pahitnya Cinta danManisnya Dosa.
Dia pernah main sebagai pemeran utama dalam Kisah Nyata Seorang Narapidana (1987), produksi Tobali Film. Itu adalah film yangmengisahkan dirinya sendiri, yaitu ketika Johny melarikan diri dari LP Nusakambangan tahun 1982.
"Waktu itu saya emosi. Saya merasa tak puas dengan hukuman selama 14 tahun. Tapi sudahlah. Yang penting sekarang saya sudah berkumpul lagi dengan keluarga," ujarnya sambil menahan tetesan air mata.
Cerah
Sembilan tahun di penjara memang banyak merubah dalam diri Johny. Selama itu pula dia amat merasakan kehilangan kehangatan keluarganya. Termasuk istrinya. Mula-mula menghuni penjara, godaan bilogis sering muncul, "Tapi setelah memperdalam ajaran agama, saya bisa mengatasi hal itu," tutur Johny.
Setelah bebas dari penjara, pihak Tobali Film memberinya Rp2,5 juta. Tak hanya itu, Gunawan Prihatna dari Tobali Film juga sudah mengontrak Johny untuk main dalam Brama Manggala Satria Mandra Guna.
"Karena Johny sudah bebas, saya ingin memberinya kesibukan. Memang bukan peran utama," kata direktur perusahaan film ini ketika itu.
Tawaran kerja langsung berdatangan. Lima produser film sudah siap menerkamnya. Juga Musica Studio telah menawari rekaman lagu-lagu rohani dengan aransemen musik karya Minggus Tahitu. Dia punberangkat ke Yogyakarta untuk pengambilan film Brama Manggala Satria Mandra Guna.