TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui kehebatan kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman.
Trump mengatakan para militan Houthi adalah pejuang tangguh. Adapun saat ini, menurut Trump, AS sudah melancarkan lebih dari 1.100 serangan yang menargetkan Houthi di Yaman.
Kata dia, serangan-serangan itu berhasil membuat Houthi "mundur".
"Kita punya senjata terbaik di dunia ini, tetapi kita tidak ingin menggunakannya. Namun, jika mereka mengancam Amerika atau rekannya, mereka akan akan menghadapi kekuatan yang sangat besar." ujar Trump saat berpidato di Arab Saudi, Selasa, (13/5/2025), dikutip dari Roya News.
"Mereka tangguh, mereka pejuang, tetapi mereka setuju untuk berhenti menyerang kapal AS."
Beberapa hari lalu Trump telah mengumumkan gencatan senjata antara AS dan Houthi. AS akan menghentikan serangan ke Yaman.
NBC News melaporkan operasi militer AS yang menargetkan Houthi sejak Maret kemarin telah menelan biaya lebih dari $1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun.
Menurut dua pejabat AS, dalam operasi itu AS telah menggunakan ribuan bom dan rudal. Tujuh drone dan dua jet tempur AS tenggelam.
Tingkat kesuksesan AS susah diukur karena drone AS yang dikirim untuk menentukan apakah target telah diserang justru kerap ditembak jatuh oleh Houthi.
Di samping itu, tidak ada pasukan AS di Yaman yang bisa menilai keberhasilan operasi militer itu.
Akan tetapi, dua pejabat AS tersebut mengatakan serangan-serangan AS menghabiskan biaya besar dan menguras persediaan senjata.
Houthi dikabarkan hampir membuat AS kehilangan muka karena rudalnya hampir menghantam Lockheed Martin F-35 Lightning II, jet tempur canggih generasi kelima milik AS
Tidak hanya F-35, jet tempur lainnya, yakni beberapa F-16 Fighting Falcon, juga disebut nyaris dihantam rudal Houthi.
The New York Times melaporkan hal itu dengan mengutip pernyataan para pejabat AS yang mengetahuinya.
"Beberapa F-16 dan satu F-35 nyaris dihantam oleh sistem pertahanan udara Houthi, memunculkan kemungkinan nyata adanya korban tewas, menurut perkataan beberapa pejabat AS," kata media itu.
Sementara itu, Eurasian Times menyebut peristiwa tersebut memunculkan pertanyaan mengenai keampuhan teknologi siluman F-35.
"Jika satuan sitem pertahanan udara Houthi bisa mendeteksinya, pastinya sistem pertahanan Tiongkok dan Rusia yang jauh lebih canggih juga bisa mendeteksi F-35," kata Eurasian Times.
"Apabila Houthi berhasil menjatuhkan F-35, hal itu akan AS dan Lochkeed Martin kehilangan muka, dan bisa berdampak terhadap kesepakatan di masa depan mengenai pesawat siluman, yang bernilai miliaran dolar."
Sementara itu, sudah ada setidaknya tujuh drone MQ-9 Reaper AS yang dijatuhkan Houthi.
Satu unit drone itu bernilai sekitar setengah triliun rupiah sehingga kerugian AS mencapai Rp2,5 triliun.
Di samping itu, AS kehilangan dua jet tempur F/A-18 Super Hornets saat operasi militer melawan Houthi. Masing-masing bernilai $65 juta.