John Kei, Satu Lagi 'Penguasa' Jakarta yang Pernah Bentrok dengan Hercules
Moh. Habib Asyhad May 15, 2025 11:34 AM

Ada beberapa sosok yang dianggap sebagai "pesaing" Hercules di Jakarta, salah satunya adalah John Kei. Keduanya pernah bentrok di Cengkareng pada 2012 lalu.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Tak hanya Ucu Kambing, John Kei juga pernah bentrok dengan Hercules. Bentrokan itu terjadi pada 2012 lalu di kawasan Cengkareng terkaitpengambilan alihan kekuasan tanah PT Sabar Ganda yang beralamat di Jl Cengkareng Kamal, RT 02/07, Cengkareng Barat, Jakarta Barat.

Bentrokan itu bermula ketika sekitar 100an orang kelompok John Kei mendatangi PT Sabar Ganda pada Rabu, 29 Agustus 2012. Ternyata di situ sudah berjaga sekitar 10 orang dari kelompok Hercules.

Saat itulah terjadi bentrokan tapi langsung dihalau oleh Polsek Cengkareng. Singkat ceritanya, kelompok John Kei akhirnya yang berhasil menguasa lokasi tersebut.

Siangnya, datang lagi kelompok Hercules. Martin, kuasa hukum kelompok Hercules bertemu Patrialis, pimpinan kelompok John Kei. Hadir juga Waka Polsek Cengkareng dan Danramil Cengkareng. Mereka sepakat untuk mengosongkan lahan dan masalah lahan akan diselesaikan secara hukum (lahan dalam status quo).

Tapi ternyata, kedua kelompok tawuran lagi meski berhasil diredam oleh polisi dari Polres Jakarta Barat dan Polsek Cengkareng. Setengah jam kemudian, kelompok Hercules kembali menyerang kelompok John Kei.

Kapolres Jakarta Barat, Kombes Pol Sutan, kemudian memerintahkan kelompok Jhon Kei keluar dari lahan yang diperebutkan dan menjamin lahan itu sebagai status Quo. Mereka pun keluar dari lokasi dari lahan sengketa, tujuan mereka adalah perumahan Taman Palem Lestari dengan melawan arah arus lalu lintas jalan yang hanya satu arah.

Tak lama kemudian, Hercules datang ke lokasi diPT Sabar Ganda. Dia memaksa anak buahnya tetap menguasai lokasi tersebut. Pihak Polres Jakarta Barat menjelaskan bahwa lokasi dalam status quo. Akhirnya Hercules dan sekitar 10 orang pengikutnya tetap berada di lahan sengketa.

Dengan bantuan dari Sabhara Polda yang banyaknya 1 pleton, Kapolres Jakarta Barat mendorong kelompok Hercules menjauh ke arah Pintu Air Jl. Kamal Raya. Polisi juga menyita sejumlah senjata tajam milik kelompok Hercules di sekitar Ruko Seribu.

Siapa John Kei?

John Kei bukan nama baru dalam dunia hitam Jakarta. Dia tercatat pernah terlibat dalam kasus pembunuhan dan dikenal sebagai mafia. Dia bahkan sempat disandingkan dengan mafia-mafia di Italia serta diberikan gelar "Godfather Jakarta".

Alasannya, dia mampu berbisnis layaknya mafia, tetapi jarang tersentuh aparat kepolisian. Menurut catatan Kompas.com, hanya satu kasus pembunuhan yang membuat John Kei mendekam di jeruji besi, yakni pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung (45).

Ayung merupakan seorang pengusaha perusahaan peleburan besi baja, PT Sanex Steel Indonesia (SSI), yang kini berubah nama menjadi PT Power Steel Mandiri. Ayung diduga dibunuh pada 26 Januari 2012. Saat itu, dia ditemukan tewas dengan 32 luka tusuk di bagian pinggang, perut, dan leher di dalam kamar 2701, Swiss-Belhotel.

Tak butuh waktu lama, polisi mengendus keterlibatan John Kei dan anggotanya dalam kasus pembunuhan tersebut. Polda Metro Jaya kemudian menangkap lima anak buah John Kei, yakni Tuce Kei, Ancola Kei, Chandra Kei, Deni Res, dan Kupra. Kelimanya mengaku John Kei tidak terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut, tetapi polisi yakin John terlibat dalam kasus itu berdasarkan pada keterangan saksi dan rekaman CCTV.

Pada 17 Februari 2012, Polda Metro Jaya menangkap John Kei di Hotel C'One, Pulomas, Jakarta Timur. Penangkapan John disaksikan oleh sang adik, Tito Refra, yang tak sengaja berada di hotel itu saat ditangkap.

"Saat itu, saya pulang kantor bersama rekan satu kantor juga kami berempat ke sana, tempat tongkrongan kami karena ada live music saat datang itu sepi," kata Tito, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (18/2/2012).

Proses penangkapan John Kei pun tak memakan waktu lama, hanya 15 menit, kemudian dia dipapah oleh beberapa anggota kepolisian tak berseragam.

SejatinyaJohn Kei dan Ayung pernah dekat, sejak berkenalan di tahanan Polda Metro Jaya pada tahun 2007. Ketika itu Ayung terlibat masalah identitas palsu, sedangkan John Kei tersandung persoalan perusakan di Pondok Gede, Jakarta Timur.

Sejak itulah, keduanya menjadi dekat. Bahkan, John Kei kerap membantu Ayung jika ada permasalahan. Dia bahkan tak segan membentak salah seorang anak buahnya, yang sempat menyerang pabrik Ayung di Tangerang.

Menurut sumber Kompas.com, sosok Ayung bagi John Kei bukan sekadar teman biasa. Ayung telah dijadikan "tambang emas" oleh John Kei lantaran pengusaha muda itu terbilang royal dan tidak pernah macam-macam.

Sifat Ayung yang royal terhadap John Kei ini pun dibenarkan kuasa hukum Ayung, Carel Ticualu. "Tidak ada persaingan di antara mereka. Saat John Kei perlu duit, minta ke Ayung dikasih. Kalau ada bisnis apa, dan dinilai Ayung visible, dia bantu dan ini berjalan terus. Saya juga agak aneh kalau John Kei sampai bunuh Ayung, apa enggak suatu kebodohan?" kata Carel, Selasa (28/2/2012) malam.

Nama John Kei disebut dalam pembunuhan Ayung lantaran sesaat sebelum pembunuhan terjadi, Ayung memang mendatangi John Kei di dalam kamar lokasi penemuan jenazah. Namun, pertemuan tersebut memang tidak pernah diceritakan Ayung ke siapa pun.

Menurut sumber Kompas.com, pada siang harinya, Ayung mengaku akan bertemu dengan seorang menteri. Sang kuasa hukum mengetahui kliennya berbohong dan dia sebenarnya akan bertemu John Kei malam itu.

"Tapi, kalaupun dia mau ketemu, ya itu biasa saja buat saya. Karena John Kei kan sudah sangat dekat dengan Ayung," ucap Carel.

Berdasarkan hasil reka adegan yang dilakukan jajaran Polda Metro Jaya, John Kei diketahui berada di dalam kamar Ayung saat pembunuhan terjadi. Saat anak buahnya menghabisi nyawa Ayung, John Kei saat itu duduk mengamati.

John Kei terlibat dalam kasus pembunuhan ini diduga dilatarbelakangi motif yang lebih kuat dan lebih menguntungkan bagi John Kei ketimbang perkara jasa fee Rp600 juta. Keraguan motif pembunuhan Ayung itu salah satunya disampaikan oleh Wakil Direktur Reserse Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Nico Afinta.

"Kalau motifnya menagih utang atau menagih fee, cara yang mereka tempuh sudah sangat berlebihan. Sepengetahuan dia, tak ada kelompok penagih utang menempuh cara brutal seperti yang mereka lakukan," kata Nico, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 1 Maret 2012.

Sejumlah pihak menduga, pembunuhan Ayung diduga dilatarbelakangi oleh perseteruannya dengan Ho Giok Kie alias Arifin terkait bisnis di PT Sanex Steel.

Atas keterlibatannya dalam pembunuhan Ayung, John Kei dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan divonis penjara selama 12 tahun pada akhir 2012. Vonis tersebut lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan jaksa penuntut umum, yakni pidana 14 tahun.

Pada 29 Juli 2013, Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada John Kei dari 12 tahun menjadi 16 tahun penjara. Sehingga pada 2014, John Kei dipindah dari Rumah Tahanan Negara Salemba Jakarta ke Lapas Permisan Nusakambangan.

Walaupun belum mendekam selama 12 tahun, John Kei dinyatakan bebas bersyarat pada 26 Desember 2019. Keputusan bebas bersyarat berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor Pas-1502.PK.01.04.06 Tahun 2019 tanggal 23 Desember 2019.

Namun, tak sampai setahun, John Kei kembali ditangkap polisi. Kali ini karena kasus penembakan di Green Lake City dan penganiayaan di Cengkareng.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.