TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pemberdayaan generasi muda di sektor pertanian melalui pelaksanaan kegiatan District Multi Stakeholder Forum (DMSF) yang digelar di Ruang Rapat Pangripta, Bappeda Kabupaten Banyuwangi, 8 Mei 2025 lalu. Forum ini menjadi ruang sinergi lintas sektor untuk menguatkan kelembagaan dan keberlanjutan Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services) di daerah.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menilai peran pemuda sangat krusial dalam mewujudkan swasembada pangan.
"Anak muda sekarang tidak akan turun ke pertanian kalau tidak menguntungan, tidak akan turun ke lahan kalau tidak menggunakan teknologi, untuk itu pemerintah menyiapkan anggaran 68 Trilyun untuk pertanian" tegasnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat kepala BPPSDMP Idha Widhi Arsanti integrasi antara bidang pertanian dan teknologi mampu mewujudkan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
"Sudah saatnya petani Indonesia maju di bidang pertanian melalui adopsi teknologi melalui smart farming yang mengedepankan teknologi pertanian yang dapat mempermudah kegiatan usaha tani," kata Santi, sapaan akrabnya.
Kegiatan DMSF dihadiri oleh perwakilan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perguruan tinggi, penyuluh pertanian, pelaku usaha muda, hingga pihak swasta. Forum ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan demi kesinambungan dukungan terhadap petani milenial dan pengembangan usaha muda berbasis pertanian.
Dalam arahannya, Asisten II Bidang Ekonomi Pemkab Banyuwangi, Dwiyanto, menyampaikan capaian positif daerah, salah satunya penurunan tingkat pengangguran dari 5,42% pada tahun 2021 menjadi 4,03% pada tahun 2024. Hal ini didorong melalui berbagai program inovatif seperti Jagoan Tani, Jagoan Bisnis, Banyuwangi Ayo Kursus, dan Job Fair Banyuwangi.
"Banyuwangi juga berhasil dinobatkan sebagai Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terbaik di Provinsi Jawa Timur. Pencapaian ini tak lepas dari sinergi seluruh elemen daerah, termasuk peran pemuda dalam mengoptimalkan lahan pertanian agar tidak terbengkalai atau beralih fungsi," ujar Dwiyanto.
Ia menekankan pentingnya kesinambungan Program YESS meskipun secara formal akan berakhir pada 2025. "Marwah dari program ini harus terus hidup, dan OPD harus mengambil peran untuk mendampingi klaster dan komunitas petani muda yang telah terbentuk,” tambahnya.
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Banyuwangi, Muh. Lukman Hadi, menegaskan pentingnya keberlanjutan dukungan terhadap petani milenial.
“Petani milenial adalah aset strategis daerah. Ke depan, kita perlu memperkuat pembinaan, akses modal, serta pemasaran agar para petani muda tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh menjadi pelaku utama pembangunan pertanian yang modern dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar sinergi lintas OPD, dunia pendidikan, dan sektor swasta terus ditingkatkan dalam ekosistem kewirausahaan muda berbasis pertanian.
Diskusi DMSF juga mencatat sejumlah masukan dari berbagai stakeholder. Universitas Bakti Indonesia menyampaikan kekhawatiran terkait minimnya tenaga penyuluh pasca berakhirnya program, sementara Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) menawarkan kerja sama melalui inkubator bisnis milik Fakultas Pertanian dan Perikanan yang bisa disinergikan dengan YESS atau Polbangtan Malang.
Dinas Penanaman Modal menegaskan kesiapan mendampingi perizinan usaha petani milenial, khususnya di sektor jagung dan pengembangan tata ruang. Penyuluh pertanian mengusulkan kolaborasi aktif dengan PM untuk mendukung target swasembada pangan nasional.
Program Petik Koin Bermantra, yang memiliki sasaran serupa dengan YESS, juga menyatakan kesiapan berkolaborasi, sementara BPVP (Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas) Banyuwangi menawarkan fasilitas pelatihan untuk pengolahan industri pertanian dan irigasi.
Diskusi turut menyoroti pentingnya penguatan data dan kolaborasi dengan Dinkes, Dinkop, dan DIT, serta penguatan sektor hilir untuk mencegah pengiriman hasil pertanian ke luar kabupaten akibat minimnya investasi lokal.
Melalui DMSF ini, Pemkab Banyuwangi berharap dapat merumuskan strategi bersama untuk memperkuat peran generasi muda dalam pertanian modern yang berdaya saing, produktif, dan berkelanjutan. (*)