TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Qatar menegaskan bahwa pemberian jet mewah 747-8 untuk presiden Donald Trump akan dibatalkan jika hal itu dianggap melanggar hukum.
Pernyataan tersebut diungkap usai pemberian jet untuk presiden Trump telah menimbulkan kontroversi di Amerika Serikat.
Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa penerimaan hadiah dari pemerintah asing dapat melanggar Klausul Emolumen dalam Konstitusi AS, yang melarang pejabat federal menerima hadiah dari negara asing tanpa persetujuan Kongres.
Lantaran pemberian hadiah dari negara asing kepada tokoh politik AS berisiko dianggap sebagai bentuk lobi terselubung atau pembelian pengaruh.
Dalam konteks Qatar, negara tersebut dikenal aktif secara diplomatik dan ekonomi, termasuk dalam investasi dan kebijakan energi global.
Sehingga pemberian ini bisa dilihat sebagai strategi untuk mendapatkan kedekatan dengan Trump.
Merespon munculnya isu kontroversi, PM Qatar menolak anggapan bahwa hadiah itu merupakan bentuk upaya untuk mempengaruhi kebijakan AS secara tidak semestinya.
PM Qatar menjelaskan bahwa niat mereka murni sebagai bentuk penghargaan ia juga menyatakan kesediaannya untuk membatalkan pemberian tersebut jika ditemukan pelanggaran hukum serta dianggap ilegal.
"Ini adalah hubungan antara pemerintah dengan pemerintah. Transaksi ini tidak ada hubungannya dengan individu, apakah itu di pihak AS atau di pihak Qatar,“ kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dikutip CNN International.
“Jika Anda tahu, dalam 10 tahun terakhir hubungan AS-Qatar, Qatar selalu ada untuk AS,” tambahnya.
Kendati pemberian jet menuai kontroversi, namun Trump membela keputusan untuk menerima jet tersebut.
Ia menyatakan bahwa menolak hadiah semacam itu akan menjadi tindakan bodoh, menyebut jet Qatar "lebih mengesankan" dibandingkan dengan Air Force One saat ini.
“Saya tidak akan pernah menolak tawaran seperti ini,” kata Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
“Saya bisa saja berkata tidak, kami tidak ingin pesawat mahal gratis ini. Namun untuk apa? Lebih baik kita terima,” lanjutnya.
Donald Trump mengatakan pesawat itu nantinya akan dijadikan bagian dari pameran di perpustakaan kepresidenannya.
Seperti yang dilakukan perpustakaan Ronald Reagan terhadap jet Air Force One lama.
Ketika ditanya apakah ia akan menggunakan pesawat itu untuk kepentingan pribadi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden, Donald Trump menanggapi dengan marah.
“Pertanyaan seperti itu memalukan,” ujarnya kepada seorang reporter.
“Saya bisa saja bilang, tidak usah, kami bayar saja US$ 400 juta. Namun saya memilih berkata, terima kasih banyak,” ujarnya.
Jet mewah yang ditawarkan oleh Qatar kepada mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah Boeing 747-8, pesawat berbadan lebar terbesar yang pernah diproduksi oleh Boeing.
Pesawat ini dikenal sebagai simbol kemewahan dan kekuasaan global, serta kerap digunakan sebagai armada kepresidenan atau kerajaan.
Dengan panjang mencapai 76,3 meter, 747-8 adalah pesawat penumpang terpanjang di dunia. Rentang sayapnya mencapai 68,4 meter, sementara tinggi pesawat sekitar 19,4 meter.
Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan jelajah Mach 0,85 atau sekitar 907 kilometer per jam, memiliki jangkauan hingga 14.010 kilometer, cukup untuk penerbangan nonstop antara Doha dan Washington D.C.
Beralih ke bagian mesin, Pesawat ini ditenagai oleh empat mesin General Electric GEnx-2B67 turbofan.
Masing-masing menghasilkan daya dorong sekitar 66.500 pon yang dirancang untuk efisiensi bahan bakar tinggi serta tingkat kebisingan yang lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya.
Terlepas dari kontroversi, tidak dapat disangkal bahwa Boeing 747-8 merupakan salah satu pesawat paling mengesankan di dunia, dan kehadirannya dalam arena politik internasional menambah dimensi baru dalam diskusi soal diplomasi, etika, dan kekuasaan.
Dalam versi yang dimiliki oleh keluarga kerajaan Qatar yang ditawarkan kepada Trump, interior pesawat telah diubah secara menyeluruh untuk menghadirkan kemewahan setara istana di udara.
Beberapa fitur yang lazim ditemukan di dalamnya meliputi kamar tidur utama dengan suite pribadi, ruang konferensi dan ruang makan resmi, lounge eksekutif serta sistem komunikasi dan pertahanan canggih.
Terlepas dari kontroversi, tidak dapat disangkal bahwa Boeing 747-8 merupakan salah satu pesawat paling mengesankan di dunia, dan kehadirannya dalam arena politik internasional menambah dimensi baru dalam diskusi soal diplomasi, etika, dan kekuasaan.
(Tribunnews.com / Namira)