TRIBUNNEWS.COM - Selebgram Cut Intan Nabila menilai tidak ada keselarasan antara ucapan dan perilaku mantan suaminya, Armor Toreador, usai menjadi korban KDRT.
Seperti diketahui, Cut Intan Nabila sempat menjadi korban tindak Kekerasan Dalam rumah Tangga (KDRT), oleh Armor Toreador yang kala itu masih berstatus sebagai suaminya.
Bahkan selama menikah dengan Armor Toreador, Cut Intan Nabila tak hanya sekali mendapatkan perlakuan keji dari Armor Toreador.
Dikutip dari YouTube Ana Sofa Yuking, Cut Intan Nabila membeberkan soal tindak KDRT yang pernah dialaminya.
Dikatakan Cut Intan Nabila, Armor Toreador cukup sadar saat melakukan tindakan keji kepada dirinya.
"Yang Intan rasakan itu bahwa pelaku ini cukup sadar melakukan tindakannya," aku wanita yang akrab disapa Intan tersebut.
Namun di waktu-waktu tertentu Armor Toreador mengaku hilang kendali saat dirinya melakukan tindakan tak pantas kepada Cut Intan Nabila.
"Tapi waktu-waktu tertentu selalu mengatakan bahwa hilang kendali."
"Tapi saat melakukan sesuatu saat melakukan, maksudnya melakukan kekerasan itu dalam penuh kesadaran. Tapi pengakuannya bahwa itu di luar kendali gitu," jelasnya.
Atas hal itu, Cut Intan Nabila menilai adanya ketidakselarasan antara ucapan dan perilaku mantan suaminya itu.
"Jadi ada apa namanya ketidakselarasan dalam pendapatnya dan perilakunya."
"Jadi untuk bisa mengetahui apakah itu kesengajaan atau memang itu satu gangguan atau lain sebagainya itu memang mungkin pelakunya sendiri yang bisa menjawab dan menyadari," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Cut Intan Nabila juga mengungkap kondisinya saat menjadi korban KDRT yang dilakukan oleh orang terdekatnya kala itu.
"Sebagai korban saat mengalami kekerasan seperti itu kita ini seperti apa ya, seperti tidak bisa berbuat apa-apa."
"Jadi tidak mampu tidak berdaya tidak mampu melakukan pembelaan tidak mampu berbuat apa-apa."
"Bukan karena tidak bisa tapi karena di satu waktu itu sangat syok dan kaget karena hal-hal seperti ini kan tidak pernah didapatkan sebelumnya."
"Jadi ketika akhirnya didapatkan itu kita tuh seperti tidak bisa memahami situasi apa yang kita hadapi dan harus bagaimana gitu," ungkapnya.
Kendati demikian, ibu tiga anak tersebut beruntung bisa mengakhiri hubungannya dengan sang mantan suami.
"Pasti yang pertama Intan merasa bersyukur eh akhirnya bisa keluar dari hubungan yang toxic waktu itu," akunya.
Berawal dari hal itu pula, Cut Intan Nabila tersadar bahwa wanita yang menjadi korban KDRT berhak mendapatkan perlindungan hukum.
"Membuka mata Intan bahwa dunia hukum perlindungan terhadap perempuan itu sangat ada."
"Dan kita berhak mendapatkan hak-hak kita sebagai seorang wanita di mata hukum dan di mata agama serta sebagai seseorang yang berhak mencintai dan melindungi dirinya," imbuhnya.
Intan menyebut apa yang pernah dialaminya itu cukup berat.
Terlebih orang terdekatnya sendiri yang melakukan tindakan keji itu.
"Kalau berbicara tentang KDRT ini sebenarnya cukup berat karena pelaku utamanya adalah orang terdekat kita," tuturnya.
Wanita asal Aceh itu menyadari butuh keberanian lebih untuk melaporkan orang terdekatnya ke polisi.
"Jadi untuk bisa melapor itu butuh keberanian yang menurut Intan sangat besar, tekad dan keberanian."
"Kita untuk bisa melaporkan itu karena itu tadi orang terdekat."
"Jadi bagaimana kita bisa melaporkan orang yang mungkin saat itu kita merasa bahwa dialah yang seharusnya melindungi, namun pada kenyataannya seperti yang pernah Intan alami dialah orang yang akhirnya Intan laporkan dan itu cukup berat," ungkapnya.
Alhasil kini ia pun pun tergerak untuk memutus mata rantai kekerasan.
Meski berat di awal saat melakukan hal tersebut, Cut Intan Nabila pun akhirnya memetik buah manis dari apa yang ia lakukan.
"Sebagai seorang perempuan kita harus dihadapi dengan pilihan yang di mana kita harus mempunyai keberanian untuk memutus rantai kekerasan itu tersendiri."
"Jadi memang (awalnya) cukup berat tapi melegakan," pungkasnya.
(Gabriella)