Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktor senior Atalarik Syach harus menelan pil pahit setelah rumah yang ia tempati selama lebih dari 20 tahun dibongkar akibat sengketa lahan.
Keluarga artis Atalarik Syach terlihat berdebat. Ia tak terima rumahnya akan dibongkar.
Atalarik Syach terlihat berdebat saat perwakilan PT Sapta, pihak yang akan melakukan ekskusi pembongkaran rumah.
Lazuardi Hasibuan dari PT Sapta menegaskan bahwa eksekusi tidak bisa terus-menerus ditunda.
“Gini aja, ini (eksekusi) harus dilakukan. Kalau bicara terus nggak ada ujungnya,” ucap Lazuardi di kediaman Atalarik Syach di kawasan Cibinong Kabupaten Bogor, Jumat (16/5/2025).
Menanggapi hal tersebut, Atalarik menyampaikan bahwa pihaknya sudah menunjukkan itikad baik dengan menyepakati pengurangan masa tenggang.
“Loh, kan itu dari tiga bulan jadi satu bulan kan sesuai dengan anjuran kalian. Kemarin kan ada pembicaraan dari tiga bulan jadi sebulan,” ujar Atalarik.
Namun Lazuardi membalas dengan menuntut penghargaan terhadap tim eksekusi yang sudah bersiap di lapangan.
“Ini tim udah siap semua, loh, Pak. Hargai mereka dong. Jangan jadinya Bapak datang seolah-olah menghalang-halangi,” kata Lazuardi.
Perdebatan pun berlanjut karena Atalarik menegaskan bahwa kehadirannya bukan untuk menghalangi, melainkan membuka ruang negosiasi.
Ia juga mengeluhkan pemberitahuan mendadak mengenai pembayaran yang disebutnya terlalu besar dan sulit dipenuhi dalam waktu singkat.
“Kalau tadi malam tiba-tiba mendadak harus mengeluarkan uang segitu besar, jujur nggak sanggup,” ujar Atalarik.
Di tengah diskusi yang makin panas, Lazuardi menuntut kejelasan realisasi dari pihak Atalarik.
Namun Atalarik menegaskan bahwa mereka sudah menyepakati harga dan kini hanya meminta waktu tambahan untuk membicarakan teknis pembayaran.
“Kita harga udah deal, loh, udah setuju. Tinggal sekarang kemanusiaannya aja, perlu waktu aja. Kami mau nanya sistem pembayarannya gimana dan lain sebagainya,” jelas Atalarik.
“Jaminannya apa?” timpal Lazuardi.
Atalarik merespons dengan menyebut bahwa pihaknya masih akan mendiskusikan hal tersebut dengan kuasa hukum.
“Saya banyak bicara ke kuasa hukum, nanti bicarakan bareng sama dia,” tutupnya.
Sekedar informasi, kediaman Atalarik terancam dibongkat sebagian karena sebagian tanahnya itu merupakan sengketa.
Sengketa itu sudah berjalan sejak tahun 2016 dan Atalarik selalu kalah dalam persidangan.
Dalam kondisi penuh emosi, Atalarik mengungkapkan kisah pilu di balik eksekusi rumahnya yang dilakukan oleh eksekutor Pengadilan Negeri Cibinong.
Permasalahan ini bermula dari sengketa tanah seluas 7.000 meter persegi yang telah dibeli Atalarik Syach pada tahun 2000 dari PT Sabta. Ia mengaku telah menyelesaikan seluruh proses legalitas lahan sesuai prosedur hukum yang berlaku saat itu.
“Tanah ini saya beli dari PT Sabta. Waktu itu tahun 2000. Surat-menyurat saya urus, ada yang sudah bersertifikat, ada yang masih AJB,” ujar Atalarik Syach saat ditemui di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (15/5/2025).
Atalarik bahkan menyebut bahwa sejak tahun 2002, ia telah memiliki sertifikat tanah atas nama pribadi dan membangun pagar rumah sejak tahun 2003. Namun, ia mengalami kendala dalam proses legalisasi lanjutan karena salah satu dokumen penting, yakni surat pelepasan hak, dilaporkan hilang.
Yang memperumit keadaan, Atalarik mengaku saat itu tidak menggunakan jasa notaris dan mempercayakan sepenuhnya proses administrasi kepada pihak Kelurahan dan Kecamatan.
Kini, kedua lembaga tersebut turut digugat oleh pihak yang mengklaim memiliki hak atas tanah tersebut.
“Dulu gak ada notaris waktu itu. Jadi semuanya saya serahkan ke Kelurahan dan Kecamatan. Nah, sekarang mereka juga ikut digugat,” tambah Atalarik.
Pihak penggugat dalam kasus ini diketahui bernama Dede Tasno, sosok yang bahkan tidak dikenal oleh Atalarik.
Tak hanya dirinya, penggugat juga menggugat Kelurahan, Kecamatan, hingga orang-orang yang sudah meninggal dunia, termasuk almarhum Pak Purnomu dan mantan direktur PT Sabta.
“Saya gak tahu siapa Dede Tasno ini. Tapi dia menggugat semua, termasuk orang-orang yang sudah meninggal,” ungkap Atalarik dengan nada kecewa.