Ada Cuan di Balik Bisnis Kloset Bekas
GH News May 18, 2025 09:03 AM

Apa yang terpikirkan ketika mendengar kloset bekas? Bagi sebagian orang, hal tersebut seolah menggambarkan kondisi kloset yang kotor dan menjijikan.

Namun kesan berbeda akan terasa jika berkunjung ke kawasan Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan. Berbagai macam kloset tertata rapi di trotoar, mulai dari model kloset duduk hingga kloset jongkok.

Apabila melihat dari dekat, siapa yang menyangka bahwa kloset-kloset bening ini merupakan produk bekas yang bisa menghasilkan banyak cuan.

Kawasan yang terletak di persimpangan Jalan Minangkabau Barat dan Jalan Sultan Agung itu memang terkenal sebagai sentra penjualan kloset bekas. Produk yang ditawarkan berasal dari merek-merek ternama, paling banyak ada dari merek Toto, ada juga yang menyediakan merek American Standard.

"Toko-toko sudah ada dari sekitar tahun 1980-an. Dulu orang tua saya, bapak yang bangun ini. Kebetulan orang tua sudah almarhum, sudah meninggal, ya anaknya yang lanjutin," ujar Akbar, pemilik Toko Usaha Baru, ditemui detikcom di lokasi, Kamis (15/5/2025).

Pemilik toko kloset Toko Usaha Baru, Akbar

Ternyata, kios penjual kloset bekas tidak hanya ada di pinggir jalan. Seperti halnya toko milik keluarga Akbar, ada beberapa toko yang lokasinya agak masuk ke dalam gang. Namun jumlahnya sempat berkurang, seiring perkembangan zaman menuju era digital.

Akbar mengatakan, dirinya menjalankan usaha ini bersama dengan kakak dan adik-adiknya. Tumbuh besar di kawasan tersebut, ia sudah sedari kecil bersinggungan dengan produk kloset bekas, sehingga sudah terbiasa ketika akhirnya harus meneruskan usaha keluarganya itu.

Kloset-kloset bekas ini ia dapatkan dari berbagai macam sumber, ada yang dari pengepul rongsok, 'lapak Madura', hingga jual-beli langsung dari sang pemilik kloset. Setelah menerima kloset-kloset bekas ini, proses pembersihan dilakukan, hingga akhirnya kloset disulap seolah seperti baru lagi dan kemudian siap dijual kembali.

"Kloset bekas ini harganya sekitar Rp 500 ribu sampai dengan Rp 20 juta. Ada yang semahal itu karena harga barunya misal Rp 150 juta, itu yang biasa di hotel-hotel. Perbedaan kloset bekas dari harga baru tuh rata-ratanya bisa setengahnya, bisa sampai 60%-70%," ujarnya.

Meski penjualan mulai menurun seiring perkembangan zaman, Akbar mengatakan, konsumen kloset bekas terbilang masih cukup banyak. Tokonya juga mulai mengaktifkan toko online untuk menjangkau para pelanggan baru.

Pelanggannya pun beragam, mulai dari individu hingga perusahaan. Tidak jarang juga ia menerima pesanan dalam jumlah besar, seperti untuk pembangunan kosan hingga keperluan perkantoran. Salah satu pesanan terbesarnya ialah pembelian 150 buah keran air dengan total nilai hingga Rp 60 juta.

"Berjualan kloset bekas masih ada untung, dan pasti tetap masih ada yang cari. Hanya proses jualnya aja yang agak lama. Perkiraan pendapatan kotor atau omzet per bulan bisa sekitar Rp 10 juta sampai dengan Rp 20 juta lah, itu tergantung juga," kata Akbar.

Pengalaman berbeda dialami oleh Rusmanap, pemilik Toko Sinar Mandiri Closet. Pria asli Brebes ini mulanya adalah seorang pekerja di salah satu toko kloset bekas. Ia akhirnya memberanikan diri untuk membeli kios dan membuka tokonya sendiri pada tahun 1997.

Kloset bekas yang dijual Rusmanap berasal dari berbagai merek di mana salah satu yang paling banyak dicari ialah merek Toto. Harga jualnya juga beragam, bergantung pada model kloset, mulai dari Rp 500 ribu hingga ada yang sampai jutaan.

"Tapi kalau orang mau jual ke kita, kita biasanya beli dengan kisaran Rp 400 ribu sampai dengan Rp 1 jutaan lebih juga bisa, tergantung merek dan model. Warna juga berpengaruh, paling banyak peminatnya yang warna putih atau cream," terang Rusmanap.

Pemilik Toko Sinar Mandiri Closet Rusmanap

Rusmanap mengatakan, memang bila dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun lalu, pengunjung tokonya berkurang drastis, dari yang semula bisa dikunjungi 4-5 orang per hari, hingga bisa sepi pengunjung dalam 1-2 hari. Untungnya, ia kini juga membuka toko online.

Di samping itu, menurutnya bisnis kloset bekasnya saat ini masih cukup untuk menghidupi ia dan keluarga, serta membayar gaji dua orang pegawainya. Bahkan, bisnis ini masih lebih menguntungkan dari bisnis kloset baru yang butuh modal besar di awal.

"Modalnya gede (jual kloset baru), terus orang kita kan kebanyakan cari yang second tapi bagus gitu. Daripada beli barang yang baru harga Rp 2 juta sekian, kita jual cuma Rp 900 ribu kan bedanya hampir Rp 1 juta lebih. Kita juga jaga kualitas," kata dia.

Berkat usaha dan kerja kerasnya, kini usahanya bisa berjalan selama lebih dari 15 tahun. Setiap bulannya, ia juga mampu menghasilkan omzet lebih dari Rp 10 juta, dari berjualan kloset bekas hingga perlengkapan kamar mandi lainnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.