Ini Peran Strategis Badan Gizi Nasional dalam Program Makan Bergizi Gratis, Diungkap Lodewyk Pusung
Alpen Martinus May 18, 2025 11:32 PM

Manado,TRIBUNMANADO.CO.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Badan Gizi Nasional (BGN) menjadi institusi kunci dalam implementasi program ini. 

Pada acara podcast yang digelar di Kantor Tribun Manado pada Sabtu, 17 Mei 2025, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Mayjen TNI (Purn) Lodewyk Pusung, menjelaskan tugas, tantangan, dan harapannya terhadap program MBG. 

Berikut petikannya:

TM : Bagaimana perjalanan karier Bapak hingga bergabung dengan BGN?

Lodewyk Pusung : Saya berasal dari Desa Paslaten, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara. Lahir dan besar di sana, saya menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di kampung halaman. Sejak kecil sudah di tinggal ayah, dan dibesarkan oleh ibu saya. Di kampung, banyak pohon seho, jadi saya belajar membuat gula batu atau gula aren dan menjualnya untuk membantu biaya sekolah. Saya kemudian masuk Akabri karena orang tua saya tidak mampu membiayai kuliah. Sebenarnya saya ingin kuliah, tetapi kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Setelah lulus, saya bertugas di Brawijaya, lalu berpindah ke Kalimantan. Terakhir, saya dipercaya oleh Pak Prabowo untuk menjadi Wakil Kepala Badan Gizi Nasional.

TM : Apa tugas dan fungsi utama Badan Gizi Nasional?

Lodewyk Pusung : Ini adalah bagian dari program Asta Cita Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, termasuk dalam delapan program cepat yang kami kampanyekan, salah satunya makan siang gratis. Presiden selalu menekankan bahwa tidak boleh ada anak Indonesia yang kelaparan. Inilah tugas pokok BGN: memastikan anak-anak Indonesia, mulai dari dalam kandungan hingga SMA, mendapatkan makanan bergizi.

TM : Bagaimana cara BGN mengimplementasikan tugasnya agar program ini sukses?

Lodewyk Pusung: Secara bertahap kami akan membentuk kantor wilayah. Di Sulawesi dan Gorontalo, misalnya, nanti akan ada satu kantor wilayah di Manado. Ke depannya, setiap provinsi akan memiliki satu kantor. Saat ini, sudah ada 1.335 dapur yang beroperasi di seluruh Indonesia, melayani sekitar 3 juta anak. Kami berharap program ini berjalan maksimal.

TM : Bagaimana pelaksanaan MBG di Sulawesi Utara, kampung halaman Bapak?

Lodewyk Pusung: Di Sulut, dari 15 kabupaten/kota, baru ada 9 dapur yang beroperasi. Kini ada tambahan dua dapur lagi. Jumlah murid di Sulut sekitar 400–500 ribu, artinya perlu lebih dari 100 dapur untuk mencukupi semuanya. Kami berharap pelaksanaannya bisa dipercepat.

TM : Apa syarat untuk membuat dapur MBG atau menjadi mitra BGN?

Lodewyk Pusung: Silakan daftar di tautan mitra.bgn.co.id. Kami akan meninjau lokasi agar tidak terjadi penumpukan dapur di satu area. Misalnya, jika sudah ada dapur di Kairagi, tidak perlu ada dapur baru di lokasi yang sama.

TM : Berapa banyak tenaga kerja yang bisa diserap dari dapur MBG?

Lodewyk Pusung: Satu dapur bisa menyerap sekitar 50 tenaga kerja. Jika ada 100 dapur, maka kita bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Bagaimana BGN memastikan makanan yang disajikan bergizi dan aman?

Lodewyk Pusung: Setelah dapur siap, kami kirimkan satu kepala dapur, dibantu oleh seorang ahli gizi dan seorang akuntan. Mereka bertanggung jawab atas pengawasan nutrisi. Mereka digaji oleh BGN, bukan pemilik dapur, dan akan berstatus P3K terlebih dahulu sebelum diproses menjadi ASN. Saat ini sudah ada 1.964 calon tenaga ahli, dan sekitar 1.300 sudah terpakai.

TM : Apa tantangan terbesar dalam distribusi MBG?

Lodewyk Pusung: Sejak mulai beroperasi pada 6 Januari 2025, ada beberapa kendala, termasuk kasus keracunan dan bahan makanan tidak layak. Kami menekankan kepada mitra dan kepala SPPG untuk sangat berhati-hati. Pengawasan bahan baku sangat penting. Misalnya, ayam yang tidak disimpan di kulkas bisa berbahaya. Jarak distribusi maksimal 20–25 menit agar makanan tetap segar. Namun, karena kepala SPPG hanya satu per dapur, kami butuh bantuan semua pihak, termasuk guru-guru di sekolah.

TM : Apa yang harus dilakukan agar kasus serupa tidak terulang?

Lodewyk Pusung: Kami berterima kasih kepada guru-guru yang tidak langsung membagikan makanan yang tidak layak. Ahli gizi harus memastikan bahan baku, termasuk daging, sayuran, dan minyak goreng yang harus diganti setiap 6 kali pemakaian. Seleksi bahan baku dan pengawasan adalah kunci utama.

TM : Masih ada 140 dapur yang perlu dibangun di Sulut. Bagaimana upaya BGN untuk mempercepat itu?

Lodewyk Pusung: Kami berterima kasih kepada Tribun Manado yang membantu menyampaikan informasi. Kami berharap mitra tertarik bergabung. Kalau ada informasi yang diragukan, silakan hubungi kami langsung melalui Tribun Manado. Saya pribadi siap dihubungi 24 jam.

TM : Bagaimana ibu hamil bisa mendapat manfaat dari MBG?

Lodewyk Pusung: Kepala SPPG akan mendata ibu hamil di wilayah layanan dapur. Dari sekitar 3.000 penerima, biasanya ada 5–10 persen ibu hamil dan bayi. Makanan akan diantar langsung. Ini bagian dari pengabdian demi generasi masa depan. Kami juga mendidik mereka selama 3 bulan dalam 55 lokasi di Indonesia.

TM : Apa harapan Bapak untuk pelaksanaan MBG di Sulut?

Lodewyk Pusung: Mari kita bersama-sama mendukung dan memperbanyak mitra untuk mendirikan dapur MBG. Mei hingga Agustus ini, kami membangun 1.542 dapur di seluruh Indonesia. Kami harap bupati dan wali kota bisa menyiapkan 3–5 lokasi karena BGN hanya bisa menyewa, tidak membeli lahan. Jangan percaya calo yang tidak bertanggung jawab. Mari sukseskan program makan bergizi gratis untuk anak-anak kita.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.