Badan Intelijen Barat Negara 'Lima Mata' Mau Bedah Fragmen Rudal PL-15 Buatan China yang Ditemukan di India
TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah badan intelijen Barat dan sekutunya dilaporkan telah “menyatakan minatnya” untuk bekerja sama dengan India dalam mempelajari dan menganalisis pecahan rudal udara-ke-udara Beyond Visual Range (BVR) jarak jauh PL-15 buatan China yang ditemukan di beberapa lokasi di India.
Jet tempur Angkatan Udara Pakistan, khususnya J-10C dan JF-17, diketahui telah menggunakan rudal udara-ke-udara jarak jauh BVR PL-15 dalam konflik Pakistan-India baru-baru ini.
Seperti dilaporkan, Angkatan Udara Pakistan mengklaim kalau jet tempur J-10C miliknya menembak jatuh enam jet tempur Angkatan Udara India menggunakan rudal PL-15 selama konflik Pakistan-India.
Selain jet tempur J-10C, jet tempur JF-17 Angkatan Udara Pakistan juga dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara PL-15 BVR.
Keberhasilan Pakistan menembak jatuh enam jet tempur India, nama rudal PL-15 pun menjadi buah bibir media, pengamat, dan analis yang ingin mengetahui lebih jauh tentang rudal udara-ke-udara canggih buatan China ini.
Enam jet tempur Angkatan Udara India yang berhasil ditembak jatuh oleh Pakistan dalam konflik tersebut termasuk tiga jet tempur Rafale, satu Sukhoi Su-30MKI, satu MiG-29 dan satu Mirage 2000.
Meskipun jet tempur J-10C Angkatan Udara Pakistan berhasil menembak jatuh enam jet tempur India, rupanya rudal udara-ke-udara PL-15 BVR juga meleset.
Pecahan rudal PL-15, termasuk beberapa yang masih dalam kondisi baik, telah ditemukan oleh militer India.
Media India melaporkan kalau penduduk setempat telah menemukan pecahan rudal PL-15 Pakistan di desa Kamahi Devi di distrik Hoshiarpur, provinsi Punjab dan di beberapa lokasi lainnya.
"Dan pecahan rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15 yang ditemukan oleh pihak India adalah apa yang badan intelijen beberapa negara Barat coba peroleh untuk tujuan pengumpulan informasi," kata laporan situs militer dan pertahanan, DSA, dikutip Minggu (18/5/2025).
Menurut media pertahanan India, badan intelijen Barat yang ingin "melihat lebih dekat" pecahan rudal PL-15 buatan China berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, yang disebut sebagai negara "Lima Mata".
Selain negara-negara kerja sama intelijen "Five Eyes", negara-negara lain termasuk Prancis dan Jepang juga dilaporkan telah menunjukkan minat untuk bekerja sama dengan India agar mereka dapat menganalisis pecahan rudal udara-ke-udara PL-15 buatan China.
Analisis ini akan memungkinkan negara-negara Barat untuk mengamati lebih dekat dan lebih rinci teknologi pertahanan tercanggih milik Tiongkok, yang kini mampu bersaing dengan dan bahkan melampaui teknologi pertahanan Barat.
Bagi badan intelijen seperti CIA, NSA, maupun intelijen militer AS dan sekutunya, pecahan rudal seperti PL-15 merupakan 'harta karun' yang sangat berharga untuk dianalisis dari berbagai sudut teknis dan strategis.
Di antara tujuan utama mereka adalah melakukan uji forensik pada komponen rudal, termasuk sistem pemandu, mesin penggerak, pencari radar, dan sistem komunikasi data.
Melalui analisis ini, mereka dapat mempelajari lebih lanjut tentang frekuensi radar , jenis gelombang pencari target , dan kemampuan pengacauan elektronik rudal — informasi penting untuk membangun sistem pengacauan dan metode pertahanan elektronik yang lebih efektif.
Jika rudal PL-15 diluncurkan oleh pesawat Pakistan, itu akan mengonfirmasi bahwa China kini telah mentransfer teknologi rudal generasi baru ke Pakistan , sesuatu yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan Angkatan Udara China.
Hal ini secara tidak langsung memberikan peringatan dini kepada negara-negara Barat tentang luasnya penyebaran senjata canggih Tiongkok di kawasan Asia Selatan, dan bagaimana hal itu dapat mengubah keseimbangan kekuatan militer di kawasan tersebut.
Selain itu, badan intelijen tersebut juga ingin memastikan apakah spesifikasi sebenarnya dari rudal PL-15 — termasuk klaim jangkauan maksimum lebih dari 300 km dan kemampuan anti-siluman — benar-benar asli atau hanya propaganda militer China.
Informasi ini penting untuk menyederhanakan strategi udara Barat , terutama dalam menghadapi potensi konflik di Indo-Pasifik yang melibatkan aset China atau sekutunya.
Rudal BVRAAM “PL-15” dan WVRAAM “PL-10” yang akan melengkapi pesawat JF-17 “Thunder” dan J-10C Pakistan.
Selain itu, para ahli intelijen juga akan memeriksa apakah ada komponen buatan Rusia dalam sistem rudal tersebut, mengingat China sebelumnya telah menggunakan teknologi mesin dan radar dari Moskow.
Temuan semacam itu dapat membantu mengungkap jejak kerja sama "diam-diam" antara industri pertahanan Tiongkok dan Rusia , yang sekarang menjadi fokus utama Washington dan sekutunya dalam konteks sanksi dan kontrol ekspor senjata.
Dari perspektif geopolitik, informasi yang diperoleh melalui analisis fragmen-fragmen ini dapat digunakan oleh negara-negara Barat untuk menekan China dan Pakistan di panggung internasional , serta mempertahankan posisi India dalam masalah keamanan regional.
Hal yang lebih penting, penemuan ini akan memberikan dorongan bagi perusahaan pertahanan Barat seperti Raytheon, Lockheed Martin dan MBDA untuk mengembangkan rudal baru atau sistem pertahanan udara yang mampu melawan ancaman PL-15.
Secara keseluruhan, analis militer melihat insiden ini bukan sekadar masalah teknis, tetapi perkembangan strategis yang memiliki dampak besar pada keseimbangan kekuatan udara di Asia Selatan , dan mempercepat perlombaan senjata antara kekuatan besar dunia.
Rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15 memiliki kecepatan Mach 4 dan dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanned Array (AESA ) dan dirancang untuk pertempuran di luar jangkauan visual (BVR).
Ia memiliki kemampuan mengebom target udara sejauh 300 km.
Dikembangkan oleh Akademi Rudal Lintas Udara China (CAMA), PL-15 sekarang dianggap sebagai salah satu rudal BVR paling berbahaya di dunia, setara dengan AIM-120D AMRAAM buatan AS dan METEOR buatan Eropa .
Menurut analis militer regional, kehadiran rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15 yang berkemampuan tinggi dengan jangkauan hingga 300 kilometer akan memberikan Pakistan kemampuan untuk melancarkan serangan terhadap target musuh dari jarak jauh.
Ini akan menciptakan tantangan taktis yang serius bagi Angkatan Udara India (IAF), terutama untuk pesawat tempur utama seperti Su-30MKI, Rafale, dan Mirage 2000, yang mungkin harus mengubah taktik operasi udara mereka.
Kemampuan radar AESA pada PL-15, dipadukan dengan sistem tautan data dua arah, juga memungkinkan Pakistan untuk melakukan serangan udara yang lebih tepat dan koordinasi pertempuran udara yang lebih baik dan lebih efektif.
Rudal udara-ke-udara BVR PL-15 menggunakan sistem propulsi motor roket bahan bakar padat pulsa ganda, yang memungkinkannya mempertahankan kecepatan tinggi di seluruh lintasan penerbangannya untuk meningkatkan kemungkinan mencegat target udara berkinerja tinggi seperti pesawat tempur generasi kelima.
Dalam hal teknologi deteksi target, PL-15 dilengkapi dengan radar aktif AESA frekuensi tinggi mini yang mampu beroperasi secara mandiri, membuat rudal ini sulit dihindari oleh sistem pertahanan udara yang ada.
Rudal tersebut juga memiliki kemampuan tautan data dua arah yang memungkinkan koreksi lintasan secara real-time oleh pesawat peluncur untuk beradaptasi dengan perubahan taktis di medan perang.
Dengan panjang sekitar 4 meter, berat sekitar 200 kilogram, dan kecepatan maksimum sekitar Mach 4, PL-15 dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi dominasi udara lawan, termasuk menjadi penantang langsung bagi rudal udara-ke-udara generasi terbaru seperti AIM-120D AMRAAM dari Amerika Serikat dan Meteor dari Eropa.