Grid.ID-Tragis, pria di Malang dibacok hingga tewas karena berebut kamar mandi. Pembacokan terjadi di sebuah kafe di Malang.
Satreskrim Polres Malang telah mengamankan pelaku pembacokan terhadap korban, Ahmad Husaini (25) di sebuah kafe sekaligus tempat cuci motor di Jalan Raya Mbureng, Desa Bulupitu, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Kapolres Malang AKBP Danang Setiyo mengatakan bahwa pelaku diamankan pada Sabtu (18/5/2025) malam. Setelah diamankan, pelaku menjalani pemeriksaan di Polres Malang.
"Sudah diamankan semalam, pelaku saat ini masih diperiksa," kata Danang dikutip Grid.ID dari TribunJatim.com.
Adapun dari Kapolsek Gondanglegi AKP Lukman Hudin membenarkan terkait pengamanan pelaku pembunuhan yang terjadi pada Sabtu (17/5/2025) sekitar pukul 22.30 WIB. Pelaku bernama Fikri alias Bondet, warga desa Ganjaran, kecamatan Gondanlegi, Kabupaten Malang, melakukan pembunuhan karena kesal dengan korban.
Sebelumnya korban dan pelaku sempat cekcok berebut kamar mandi. Korban yang terus mengetuk pintu kamar mandi membuat pelaku kesal hingga akhirnya terjadi insiden pembacokan.
"Saling emosi rebutan kamar mandi, pelaku sedang kencing terus diketuk pintunya dari luar sama korban. Akhirnya pelaku marah," jelas Lukman.
Karena emosi yang tinggi, pelaku lalu mengeluarkan pisau kecil yang selalu dia bawa. Pisau tersebut kemudian diarahkan ke tubuh korban hingga mengalami luka di bagian kepala, leher, punggung, lengan, pundak, serta paha.
Korban yang mengalami luka serius terutama di bagian leher, akhirnya tewas.Jasad korbankemudian dievakuasi ke RSSA Kota Malang untuk dilakukan visum.
Diketahui bahwa pelaku dan korban tidak memiliki hubungan apapun. Kejadian ini murni terjadi karena pelaku emosi terhadap korban.
Sebelumnya pernah terjadi juga kasus pembacokan di Nusa tenggara Timur (NTT). Seorang kakek berusia 66 tahun asal Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, melakukan pembacokan terhadap LB alias Leonel yang merupakan siswa sekolah dasar berusia 12 tahun.
Kepala Kepolisian Resor Rote Ndao, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mardiono memutuskan untuk tidak menahan pelaku yaitu EA alias Efraim. Keputusan ini diambil berdasarkan informasi dari masyarakat dan Kepala Desa Daiama mengenai kondisi mental Efraim.
"Berdasarkan info dari masyarakat dan Kepala Desa Daiama, yang bersangkutan (Efraim) depresi," ujar Mardiono.
Berbeda dari kasus pria di Malang dibacok hingga tewas karena pelaku kesal, Efraim diketahui telah lama mengalami depresi setelah kehilangan anak laki-laki tunggalnya yang meninggal tenggelam di laut, dan hingga kini jenazah anaknya belum ditemukan.
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, kasus ini sebelumnya sempat ditangani polisi. Namunkeluarga korban menolak untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.
"Ayah korban juga bersedia untuk membuat surat pernyataan bahwa menolak membuat laporan polisi atas peristiwa yang dialami oleh korban," kata Mardiono.
Akibat kejadian tersebut, Leonel mengalami luka serius di bagian kepala hingga telinga dan harus menjalani perawatan medis di Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Sotimori.Korban mendapat empat jahitan atas lukanya.
Leonel telah keluar dari Puskesmas dan kembali ke rumahnya. Sementara itu, Efraim tetap berada di bawah pengawasan polisi dan aparat desa setempat.
Insiden pembacokan ini terjadi pada selasa (13/5/2025) sekitar pukul 15.00 Wita, saat Leonel sedang bermain bersama dengan tiga temannya di sekitar sumur belakang Gereja GMIT Ebenhaeser Soao. Saat korban berpapasan dengan Efraim yang memegang parang,pelaku langsungmembacok Leonel di bagian kepala.