Bakesbangpol Banyuwangi Ajak Santri Tanamkan Nilai Kebangsaan dan Pancasila
GH News May 21, 2025 11:04 PM

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dalam rangka memperkuat karakter generasi muda yang berjiwa nasionalis dan menjunjung tinggi nilai persatuan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menggelar program kegiatan edukatif Road Show Pendidikan dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan. 

Kali ini, fokus utamanya adalah memperkuat toleransi antar santri, mengingat keragaman latar belakang santri dari berbagai daerah, suku, budaya, dan etnis di satu pondok pesantren.

Yuli-Fitria.jpgSeorang dosen dan konselor dari STIKes Banyuwangi, Yuli Fitria, S.Psi., M.Si,  saat memaparkan materi.  (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

Kegiatan yang mengusung tema ‘Membentuk Karakter Anti Bullying dan Kekerasan Santri Menuju Indonesia Emas’ ini digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) MAU Mamba’ul Huda, Tegalsari, Banyuwangi, Rabu (21/5/2025). 

Para peserta berasal dari berbagai ponpes di Banyuwangi, diantaranya yakni, Ponpes Mamba’ul Huda Krasak, Bustanul Makmur, Almunawiri, Al Qibtiyah, Subulussalam, Tsamaroturroudoh, serta Muhtarsyafaat.

Kepala Bakesbangpol Banyuwangi, Drs. R. Agus Mulyono, M.Si., dalam sambutannya, berharap para santri dapat menjauhi tindakan bullying dan menolak segala bentuk kekerasan, serta membangun budaya damai. 

Para-santri-lintas-Ponpes-Kerja-Bakti.jpgPara santri lintas Ponpes Kerja Bakti di Ponpes MAU Mamba’ul Huda, Tegalsari, Banyuwangi.   (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

“Santri memiliki potensi luar biasa dalam menjaga persatuan bangsa. Untuk itu, mereka perlu dibekali pemahaman wawasan kebangsaan dan bahaya bullying serta pentingnya saling menghormati dan menghargai perbedaan,” ujar Agus.

Untuk memperkaya wawasan peserta, Bakesbangpol menghadirkan narasumber yang kompeten. Seorang dosen dan konselor dari STIKes Banyuwangi, Yuli Fitria, S.Psi., M.Si, memaparkan dampak psikologis bullying. Menurutnya, bullying bisa terjadi di ponpes karena adanya tradisi turun temurun dari senior. 

“Bullying tidak hanya melukai fisik, tapi juga bisa menghancurkan kepercayaan diri dan masa depan korban. Karena itu, kita harus menciptakan lingkungan pesantren yang ramah, aman, dan inklusif,” jelas Yuli Fitria.

Sementara itu, Dr. Muhammad Endy Fadlullah, SS., M.Fil.I, Dosen IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi, menyoroti bullying dari sudut pandang nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Dia menekankan bahwa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi prinsip kasih sayang, persaudaraan, dan anti kekerasan. 

“Islam mengajarkan kita untuk saling menolong, bukan saling menyakiti. Bullying adalah bentuk kezaliman yang bertentangan dengan nilai-nilai pesantren,” tegas Endy.

Selain materi wawasan kebangsaan seperti patriotisme dan kepemimpinan, kegiatan ini juga dirangkai dengan aksi bersih-bersih lingkungan pesantren. Para santri lintas ponpes diajak melakukan kerja bakti sebagai wujud nyata semangat gotong royong.

Bakesbangpol Banyuwangi menegaskan komitmennya dalam membina generasi muda yang bebas dari kekerasan dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Semangat kebersamaan dan nilai-nilai kebangsaan diharapkan tumbuh subur di lingkungan pesantren, menjadikan santri sebagai agen perubahan sosial yang positif. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.