TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Finex, Agung Wisnuaji mengatakan, kondisi pasar di tengah ketidakpastian ekonomi sebagai momentum strategis mendorong edukasi dan partisipasi masyarakat instrumen derivatif.
Menurut dia gejolak pasar yang ditandai dengan lonjakan harga emas hingga menembus level USD 3.700 per troy ons menjadi bukti bahwa volatilitas tidak selalu identik dengan risiko.
“Pasar yang fluktuatif justru menawarkan peluang investasi dua arah, selama direspons dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang memadai. Meski sebagian investor global cenderung mengadopsi pendekatan konservatif “cash is king”, situasi saat ini juga membuka ruang bagi investor lokal untuk mengakses aset dengan valuasi yang lebih menarik,” katanya, dalam keterangannya pada Jumat (23/5/2025).
Menurut Agung, instrumen seperti emas, minyak, perak, dan pasangan mata uang dinilai tetap menjanjikan, terutama dalam konteks pasar derivatif yang memungkinkan fleksibilitas posisi beli maupun jual.
Ia menambahkan, Finex sendiri telah menyelenggarakan lebih dari 60 seminar edukasi trading di berbagai kota sepanjang tahun ini.
Perusahaan juga memperkenalkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu trader dalam proses pengambilan keputusan.
“Namun, AI sebaiknya dipandang sebagai alat bantu, bukan pengganti analisis fundamental dan teknikal,” katanya.
Perusahaan berjangka yang terdaftar Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ini menargetkan pertumbuhan pengguna aktif sebesar 40 persen hingga akhir 2025, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap diversifikasi investasi.
Bertahan di Zona Hijau
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat reli Panjang sepekan terakhir. Pada perdagangan Jumat IHSG bertahan di zona hijau.
Mengutip Kontan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) via RTI, IHSG menguat 0,65 persen ke level 7.214,16 pada perdagangan Jumat (23/5).
Akumulasi kenaikan IHSG dalam sepekan terakhir mencapai 1,51%.
Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di zona hijau dengan level terendah 7.177 dan level tertinggi 7.223.
Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 16,79 miliar dengan nilai transaksi Rp 12,14 triliun.
Sebanyak 280 saham naik, 315 saham turun dan 211 saham stagnan.
Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 589,18 miliar di seluruh pasar. Sementara itu, akumulasi net buy asing tembus Rp 2,07 triliun dalam sepekan.
Eropa Terpukul Kebijakan Trump
Di akhir pekan ini, saham-saham barang mewah Eropa anjlok pada Jumat (23/5/2025), karena Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia merekomendasikan tarif langsung sebesar 50% atas barang-barang dari Uni Eropa mulai tanggal 1 Juni.
Industri mewah Eropa, yang memproduksi tas tangan, sepatu, barang-barang mode, dan sampanye di antara barang-barang berharga lainnya, sangat bergantung pada pasar AS, yang dipandang sebagai harapan terbaik sektor tersebut untuk pertumbuhan tahun ini karena permintaan dari China menurun.
Saham Louis Vuitton (LVMH) dan Hermes, perusahaan-perusahaan terdaftar terbesar di Prancis berdasarkan kapitalisasi pasar, masing-masing turun sekitar 3n 4% setelah pengumuman Trump, sejalan dengan rekan-rekan sektor tersebut termasuk Kering, Prada, dan Burberry.
Kelompok terbesar di sektor ini menjual sekitar seperempat produk mereka ke konsumen AS, sementara paparan di antara merek-merek yang lebih kecil bervariasi, dari 14% di perusahaan pakaian luar Moncler hingga 46% pada pembuat sandal Birkenstock.
Analis S&P mengutip sektor mewah dalam catatan terbarunya sebagai salah satu yang paling terpapar tarif AS, karena perusahaan hanya memiliki kemampuan terbatas untuk memindahkan produksi ke Amerika Serikat.
"Jika Anda ingin membuat pabrik di AS untuk mengatasi masalah tarif, itu mustahil saat ini ... Anda tidak memiliki orang-orang, pengetahuan," kata mitra Bain Claudia D'Arpizio di sebuah acara industri pada hari Kamis.