Grid.ID - Hari Raya Idul Adha diketahui bakal segera tiba. Di momen ini, umat muslim biasanya melakukan penyembelihan hewan kurban yang ternyata memiliki sejarah di baliknya.
Yang bermula dari kisah sejak zaman Nabi Ibrahim. Hingga pada akhirnya terus dilakukan atau dijalankan hingga masa sekarang.
Sejarah Hari Raya Idul Adha: Jejak Pengorbanan dan Ketaatan Nabi Ibrahim
Idul Adha, salah satu hari besar dalam kalender Islam, tak lepas dari sejarah pengorbanan yang penuh makna. Dalam penamaan, istilah "Idul Adha" berasal dari bahasa Arab.
Kata "Id" berarti kembali, diambil dari akar kata 'ada-ya'udu, sementara "Adha" adalah bentuk jamak dari udhiyah, yang berarti kurban. Secara harfiah, Idul Adha dapat dimaknai sebagai "kembali berkurban".
Perayaan ini merujuk pada peristiwa monumental yang melibatkan dua sosok besar dalam sejarah kenabian Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Kisah ini mengandung pesan mendalam tentang keikhlasan, kepatuhan, dan keyakinan terhadap perintah Tuhan.
Menurut narasi dalam ajaran Islam, Nabi Ibrahim menerima mimpi selama tiga malam berturut-turut yang mengisyaratkan perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Meski sempat diliputi kebimbangan, Ibrahim tak serta-merta menolaknya. Ia memilih untuk merenung dan memohon petunjuk dari Allah SWT.
Setelah yakin bahwa mimpinya adalah bentuk wahyu, ia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ismail. Respons Ismail pun luar biasa. Ia menerima perintah itu dengan lapang dada dan menyatakan kesiapannya, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an Surat Ash-Shaffat ayat 102.
"Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu!', Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Keteguhan iman keduanya membuahkan rahmat: Allah menggantikan posisi Ismail dengan seekor hewan sembelihan sebagai bentuk ujian yang telah mereka lalui dengan penuh ketundukan.
Peristiwa ini kemudian menjadi dasar ibadah kurban yang dijalankan umat Islam setiap tanggal 10 Zulhijah, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan, kurban juga menjadi simbol solidaritas sosial melalui pembagian daging kepada mereka yang membutuhkan.
Sebagaimana tertulis dalam Surat An-Nahl ayat 120:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah)."
Nabi Ibrahim dikenal sebagai sosok teladan dalam kepatuhan kepada Allah. Ia digelari Abul Anbiya, Bapak Para Nabi, dan dikenang dalam sejarah bukan hanya sebagai nabi, tetapi juga sebagai lambang ketulusan dalam menjalankan perintah Ilahi.