Hotman Skak Rocky Gerung yang Kritik Barak Militer Dedi Mulyadi dengan Segudang Teori: Omon-omon!
Pravitri Retno W May 24, 2025 04:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini muncul kritikan untuk program barak militer Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, termasuk dari Rocky Gerung.

Kritikan Rocky Gerung pun viral lantaran menggunakan banyak teori untuk menyudutkan Dedi Mulyadi.

Kini Hotman Paris ikut bersuara menjadi tameng bagi Dedi Mulyadi.

Pengacara kondang asal Laguboti itu menyebut Rocky Gerung kebanyakan omon-omon hanya dengan hafal teori filsafat tanpa kerja nyata.

Pembelaan tersebut diungkap Hotman Paris melalui unggahan Instagram pada Sabtu (24/5/2025).

Akun @hotmanparisofficial mengunggah kolase pendapat penuh teori Rocky Gerung hingga tanggapan sederhana dari Dedi Mulyadi.

Hotman Paris lantas mempertanyakan prestasi dari Rocky Gerung yang selalu muncul dengan banyak bicaranya.

"Hotman Dukung KDM! Apa prestasi dari Rocky? Hanya omon omon! Karya nyata mana? Karir? Harta? Bantu orang? Nafkahin orang?? Bantu Rakyat?

Semua nol besar! Rocky hanya mampu hafal teori filsafat tapi tdk mampu mewujudkan dalam karya nyata yg menghasilkan!" tulis Hotman Paris.

Lebih lanjut, Hotman Paris bahkan menyebut Rocky Gerung hanya mencari nafkah lewat menghafalkan teori filsafat.

Hotman Paris juga menilai Rocky Gerung lebih pantas dimasukkan ke barak militer.

"Cari nafkah dari honor narsum Tv dgn hapalin teori teori filsafat! Rocky yg cocok di kirim ke barak militer agar tubuh dan mulutnya disiplin!!

Orang berotak normal dan berprestasi adalah orang yg mampu menerapkan teori menhasilkan manfaat bagi manusia terutama keluarganya!

Tanpa hasil nyata maka otaknya tdk berfungsi normal," tegas Hotman Paris.

Rocky Gerung Kutip Berbagai Teori demi Hajar Dedi Mulyadi, Balasannya Justru Kalimat Sederhana

Pengamat Rocky Gerung mengutip berbagai teori untuk mengkritik Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Ia menyoroti gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dinilai hanya menjual penampilan visual, bukan visi yang mendalam.

Lebih jauh, Rocky Gerung bahkan menyamakan Dedi Mulyadi dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).

Kali ini Rocky Gerung mengutip teori Guy Debord dalam buku The Society of the Spectacle (1967).

Berdasarkan teori itu, Rocky Gerung menjelaskan masyarakat saat ini lebih suka mengonsumsi penampilan dangkal dibandingkan gagasan mendalam.

Ia menyebutnya sebagai "masyarakat yang doyan nonton kedangkalan".

"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan. Visualisasi, bukan visi," ujar Rocky.

"Jokowi dan Dedi Mulyadi sama-sama besar lewat intensitas kemunculan mereka di media, bukan karena visinya,” jelas Rocky.

Rocky bahkan menyinggung program Dedi yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai contoh kebijakan dangkal.

Menurutnya, pendekatan seperti itu hanya mendisiplinkan tubuh, bukan mengajak berpikir.

Rocky kemudian mengutip teori disciplinary society ala Michel Foucault, fungsi barak militer itu untuk mendisiplinkan tubuh, bukan membentuk pemikiran.

Tak berhenti di situ, Rocky juga menyentil tingkat IQ masyarakat Indonesia yang disebut stagnan di angka 78 selama satu dekade terakhir. Ia menyebut kondisi ini sebagai penyebab larisnya "kedangkalan" dalam politik.

"Hanya dalam masyarakat dengan IQ 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya cek WHO dan World Bank, datanya masih 78," katanya.

Apa jawaban Dedi Mulyadi?

Dedi Mulyadi tak mempedulikan kritikan keras yang terus datang kepadanya, termasuk dari Rocky Gerung.

Ia lebih memilih fokus menjalankan kebijakan serta memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Kini setelah diberi komentar negatif, Dedi Mulyadi memberikan jawaban santai hingga memberikan sindiran balik yang menohok kepada Rocky Gerung.

KDM menyinggung pemikiran dangkal tapi mampu memberikan pengaruh besar bagi masyarakat luas.

Dibanding mengaku-ngaku punya pemikiran hebat tapi menjatuhkan orang lain.

"Saya memilih menjadi orang yang berpikiran dangkal namun melahirkan hamparan tanaman," ujar Dedi Mulyadi, dikutip dari Instagram @dedimulyadi71.

"Daripada orang yang mengakui pikirannya dalam malah membuat banyak orang tenggelam," lanjutnya. (*)

( Siti N/ Malvyandi Haryadi)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.