Prancis Dibuat Gempar oleh Dokter Bedah yang Mengaku Lecehkan Ratusan Anak sejak 1989
M Syofri Kurniawan May 29, 2025 08:30 AM

TRIBUNJATENG.COM - Prancis dibuat gempar oleh pengakuan pensiunan dokter bedah bernama Joel Le Scouarnec.

Pria itu mengaku telah melakukan pelecehan seksual terhadap ratusan pasien, sebagian besar anak-anak, antara tahun 1989 hingga 2014 alias 25 tahun lamanya. 

Pengadilan di Prancis memutus hukuman 20 tahun penjara kepada Le Scouarnec dalam sebuah sidang yang mengguncang Prancis pada Rabu (28/5/2025).

Persidangan berlangsung di Vannes, sebuah kota kecil di Brittany, Prancis.

Le Scouarnec melakukan pelecehan terhadap para korban yang merupakan pasiennya.

Aksinya tersebut dicap sebagai kasus kriminalitas anak terburuk di Prancis yang pernah diadili.  

Dia didakwa melakukan pemerkosaan berat atau kekerasan seksual terhadap 299 korban, sebagaimana dilansir CNN.

"Saya sadar bahwa kerugian yang telah saya timbulkan tidak dapat diperbaiki lagi," kata Le Scouarnec dalam persidangan sebelumnya pada Februari.

"Saya berutang kepada semua orang ini dan orang-orang yang mereka cintai untuk mengakui tindakan saya dan konsekuensinya, yang telah mereka tanggung dan akan terus mereka tanggung sepanjang hidup mereka," tambahnya.

Le Scouarnec sudah dijebloskan di balik jeruji besi atas dakwaan pemerkosaan sebelumnya.  

Pada 2020, dia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena memperkosa dan melakukan pelecehan seksual terhadap empat anak, termasuk dua keponakannya.

Para korban dan keluarga mereka telah mempertanyakan mengapa otoritas kesehatan lokal dan nasional gagal menghentikan aksi Le Scouarnec.  

Pada 2005, ia sempat dihukum karena mengunduh gambar pelecehan seksual anak dan menerima hukuman penjara yang ditangguhkan, tetapi dapat terus bekerja di rumah sakit.

Buku harian

Banyaknya kekerasan seksual yang dilakukan Le Scouarnec terungkap setelah ia ditangkap kembali pada 2017 atas dugaan memerkosa tetangganya yang berusia 6 tahun.  

Polisi menemukan buku harian elektronik yang tampaknya merinci pemerkosaan dan kekerasan seksual yang dilakukannya terhadap para pasiennya di berbagai rumah sakit di wilayah tersebut.

Ia membuat catatan harian yang menggambarkan serangan-serangan seksual yang dilakukannya secara terperinci, yang memungkinkan polisi melacak para korbannya.

Banyak di antaranya tidak ingat akan pelecehan yang mereka alami saat berada dalam perawatan Le Scouarnec.

Pasalnya, korban dilecehkan atau diperkosa saat mereka dalam pengaruh obat bius atau saat bangun setelah operasi.

Pada Maret, dalam sidang yang diadakan secara tertutup, Le Scouarnec mengakui melakukan pelecehan seksual terhadap 299 korban.

"Saya tidak bisa lagi memandang diri saya dengan cara yang sama karena saya seorang pedofil dan pemerkosa anak," kata Le Scouarnec dalam pernyataan terakhirnya di pengadilan pekan lalu.

"Banyak hal telah dikatakan.

Saya tidak selalu mengingat semuanya sekarang.

Tidak diragukan lagi hal itu akan kembali kepada saya saat saya berada di sel, tetapi apa yang saya saksikan (di pengadilan) adalah penderitaan yang menjadi tanggung jawab saya," ujar  Le Scouarnec.

Korban kecewa

Banyak korbannya yang tidak terkesan dengan sikapnya.  

"Kata-katanya selalu sama, dengan nada yang sama, saya tidak melihat ketulusan di dalamnya," kata Louis-Marie (35) kepada BBC.

Satu-satunya yang Louis-Marie harapkan adalah Le Scouarnec tidak melakukan hal yang lebih buruk lagi terhadap masyarakat dia tetap mendekam di balik sel penjara.

"Saya tidak pernah melihat air mata mengalir di pipinya," kata korban lain bernama Manon Lemoine.

Maxime Tessier, salah satu pengacara Le Scouarnec, mengatakan dia yakin kliennya tulus.  

"Dia sangat tersentuh selama persidangan ini.

Sangat penting baginya untuk mengaku seperti itu.

Itu adalah momen kebenaran dan keadilan," jelasnya.

Tessier juga menyalahkan lembaga medis, yang dituduh tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan Le Scouarnec melakukan praktik bahkan ketika rumor tentang pedofilianya beredar luas.

"Tidak seorang pun mengaku bertanggung jawab, sedangkan semua korban mengatakan bukan hanya seorang pria yang melakukan itu - tetapi juga sistem yang membiarkannya melakukannya," kata Tessier kepada BBC. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.