Mie Ayam Pak No: Cita Rasa Legendaris dari Gerobak Sederhana di Tengah Kota Malang
GH News May 31, 2025 05:04 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah deru kendaraan dan hiruk-pikuk Kota Malang, ada satu sudut jalan yang selalu ramai disambangi. Bukan karena bangunan megah atau spanduk mencolok, melainkan karena aroma gurih yang menyeruak dari sebuah gerobak kayu sederhana: Mie Ayam Pak No. Tak ada papan nama besar atau bangku empuk, namun antrian panjang setiap harinya menjadi bukti bahwa rasa tetap menjadi daya tarik utama sebuah kuliner.

Kontributor TIMES Indonesia, Endah Cahyani Puliken, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmer Malang, melaporkan Gerobak yang dominan berwarna cokelat tua dengan kesan klasik dan natural itu dimiliki oleh Agung Setiawan, pria ramah yang setiap hari setia melayani pembeli. “Sejak pertengahan 2004 saya mulai jualan. Ini usaha keluarga yang saya teruskan dari bapak,” tutur Mas Agung saat ditemui, tersenyum sambil menuangkan kuah ke dalam mangkuk.

Usaha ini bermula dari sang ayah, Pak No, yang memutuskan berjualan mie setelah keluar dari pekerjaan lamanya. Awalnya hanya menyajikan mie pangsit dengan harga Rp2.000, dan tak lama kemudian merambah ke mie ayam seharga Rp2.500 per porsi. Sejak saat itu, Mie Ayam Pak No berkembang menjadi salah satu kuliner jalanan yang paling diburu di kawasan tersebut.

Apa yang membuatnya berbeda? Menurut Mas Agung, ada banyak alasan mengapa pelanggannya setia. “Porsi kami lebih banyak, harga tetap terjangkau, dan topping-nya khas. Ada banyak jenis mie ayam yang bisa dipilih juga,” jelasnya. Salah satu ciri khas yang paling digemari adalah bumbu merah spesial yang dibalurkan di atas mie—rahasia keluarga yang tidak ditemukan di tempat lain.

Mienya berwarna kuning cerah, kenyal, dan selalu direbus segar setelah pesanan masuk. Sementara potongan ayam kecapnya dimasak dengan bumbu manis dan gurih, sedikit sentuhan rempah memberi kekayaan rasa yang khas. Satu porsi mie ayam dijual antara Rp9.000 hingga Rp13.000 saja—harga yang sangat bersahabat di tengah naiknya biaya hidup.

Setiap hari, Mie Ayam Pak No mulai buka pukul 10.00 WIB hingga stok habis. “Kadang siang udah habis, apalagi kalau akhir pekan,” ujar seorang pelanggan yang sudah langganan sejak masa kuliah. Bagi Mas Agung, harapan ke depan sederhana namun berarti: agar usahanya makin dikenal luas, bisa membuka cabang, dan tetap menjaga konsistensi rasa.

Di tengah dunia kuliner yang kian modern dan serba cepat, kehadiran Mie Ayam Pak No menjadi pengingat bahwa makanan yang dibuat dengan sepenuh hati akan selalu punya tempat tersendiri. Dari gerobak kayu sederhana, senyum hangat Mas Agung, hingga resep turun-temurun yang terus dijaga, warung ini menyajikan lebih dari sekadar mie ayam. Ia menyajikan kenangan, kesederhanaan, dan rasa yang membekas di hati.

Bagi siapa pun yang sedang berada di Malang, mencicipi Mie Ayam Pak No bukan sekadar soal mengisi perut. Ini tentang menyelami cita rasa masa lalu yang jujur, hangat, dan terus hidup di setiap helai mie yang disajikan dengan tulus. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.