Kronologi Mahasiswa Unila Tewas Diduga Disiksa Senior Mapala, Ditampar Bolak-balik hingga Disuruh Minum Spiritus
Widy Hastuti Chasanah May 31, 2025 05:34 PM

Grid.ID - Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) bernama Pratama Wijaya Kusuma dikabarkan tewas. Ia diduga disiksa senior saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar (diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (Mahepel).

Insiden ini pun membuat ratusan mahasiswa FEB Unila menggelar aksi unjuk rasa di depan Rektorat Unila pada Rabu (28/5/2025).

Adapun, kegiatan diksar Mahepel FEB Unila itu berlangsung pada 11-14 November 2024 di Gunung Betung, Kabupaten Pesawaran. Pratama meninggal dunia pada 28 April 2025 usai mendapat perawatan.

Insiden ini membuat ratusan mahasiswa FEB Unila menggelar aksi unjuk rasa di depan Rektorat Unila pada Rabu (28/5/2025). Aksi ini dilakukan sebagai wujud solidaritas atas meninggalnya Pratama.

Koordinator aksi, Zidan mengungkap kronologi mahasiswa Unila tewas diduga siksa senior mapala. Melansir Tribunnews.com, Pratama diduga disiksa dengan cara ditendang di bagian perut hingga dada.

Akibatnya, korban disebut mengalami pecah gendang setelah diduga disiksa oleh seniornya itu.

Bahkan, Pratama disebut disiksa dengan cara disuruh meminum spritus. Rekan Pratama, Muhammad Arnando Al Faaris yang turut ikut dalam diksar tersebut juga mengaku mengalami hal serupa.

Faaris mengaku ada empat rekannya yang turut disiksa oleh senior saat mengikuti diksar, selain dirinya dan Pratama. Hal itu bermula saat dirinya disuruh membawa tas dengan beban berat saat Diksar pada (11/11/2024).

"Kami dikumpulkan di Desa Talang Mulya, HP dan dompet dikumpulkan. Mulai kegiatan harus menyelesaikan dengan datang berenam dan pulang berenam," kata Faaris pada Kamis (29/5/2025).

Selanjutnya peserta diksar disuruh melakukan perjalanan selama 15 jam dengan istirahat minim. Terlalu lelah, rekan Faaris sampai tidak kuat lagi berjalan dan sempat meminta kepada seniornya untuk beristirahat.


Namun, permintaan itu justru diabaikan oleh senior tersebut. Faaris mengaku dirinya dan rekannya akan disuruh push up sebanyak 25 kali jika tidak melanjutkan perjalanan.

"Tidak bisa pulang duluan atau istrahat panjang, istirahat hanya saja 5-30 menit. Jadi dalam perjalanan, teman saya kakinya sudah tidak kuat lagi karena membawa tas gunung yang berat."

"Bukannya beban dikurangi tapi malah kasih tongkat untuk berjalan," kata Faaris.

Ia juga menyebut bahwa fisik Pratama paling lemah di antara yang lain. Faaris mengetahui hal itu ketika melihat kaki Pratama terluka saat membuka sepatu.

Selain itu, punggung Pratama juga merah diduga keberatan membawa beban. Akibatnya, Pratama paling banyak mendapat penyiksaan oleh senior.

"Kami juga harus bangun tenda dengan kayu ranting, kalau tidak hafal yel-yel akan dihukum push up lagi," tambahnya.

"Panitia diksar bilang jangan berpura-pura lemah dan Pratama paling lemah yang paling banyak dapat penyiksaan," tutur Faaris.

Menurutnya, panitia diksar selalu menyalahkan dirinya sebagai pemimpin karena dinilai tidak becus memimpin rombongan hingga ditampar semua peserta. Ia mengaku, pada suatu malam mereka dihukum seperti ditampar hingga 34 seri push up.

Faaris mengaku sudah keluar dari FEB Unila dan tengah mencoba mencari tempat kuliah lain. Ia berharap penyiksaan sejenis itu tidak terjadi lagi dan UKM Mahepel di Unila segera dibekukan.

"Karena masalah ini pengkaderan menggantikan kekerasan fisik dan seharusnya tidak ada lagi. Tetapi alumni selalu ikut, diharapkan Mahepel dibekukan," tuturnya.

Itulah kronologi mahasiswa Unila tewas diduga disiksa senior Mapala.


Reaksi Dekan Kampus

Melansir Kompas.com, Dekan FEB Unila, Prof Nairobi, mengungkapkan bahwa pengurus Mahepel telah mengakui adanya kelalaian dalam pelaksanaan diksar. Dekanat telah melakukan sidang terhadap ketua dan pengurus Mahepel pada 12 Desember 2024, yang juga dihadiri pembina dari unsur alumni.

Dalam sidang itu, pengurus Mahepel berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Menurut Nairobi, pada 14–17 November 2024, pihak Mahepel mengajukan izin untuk mengadakan diksar bagi enam calon anggota baru.

“Panitia dan pengurus menyadari terjadinya kelalaian pelaksanaan tersebut, dan memohon maaf kepada pihak yang dirugikan. Saya terima mereka pada 12 Desember 2024,” ujar Nairobi, Rabu.

Dalam pelaksanaanya, salah satu peserta berinisial MAF mengalami gangguan pendengaran dan diduga menerima perlakuan fisik yang berlebihan. Adapun panitia diksar menyatakan siap bertanggung jawab dan bahkan bersedia menerima sanksi pembekuan organisasi.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.