TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah infeksi saluran pernapasan kembali meningkat di sejumlah negara Asia.
Selain COVID-19 dan Influenza, satu virus lain yang mulai mendapat perhatian serius adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Ketiga virus ini kini bersirkulasi bersamaan dalam fenomena yang dikenal sebagai tripledemic.
Kelompok lanjut usia (lansia) disebut sebagai populasi paling rentan terhadap dampak serius dari ketiga virus tersebut.
Situasi ini pun menjadi sorotan Kementerian Kesehatan RI, seiring laporan lonjakan kasus COVID-19 di Singapura, Bangkok, dan Hong Kong.
Di Singapura, lonjakan kasus terjadi dua tahun setelah status endemi diberlakukan dan menurunnya imunitas kelompok diyakini sebagai penyebab utama.
RSV Bukan Lagi Sekadar Penyakit Anak
RSV selama ini dikenal sebagai virus yang sering menyerang anak-anak.
Namun, sejumlah studi menunjukkan bahwa pada orang dewasa—terutama lansia—RSV justru dapat menimbulkan gejala yang lebih parah dibandingkan Influenza atau bahkan COVID-19.
Gejala RSV antara lain batuk, pilek, demam, sesak napas, dan mengi.
Pada lansia atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, infeksi RSV bisa berkembang menjadi pneumonia atau bronkiolitis (radang saluran napas bawah).
Penularannya pun tergolong cepat, melalui percikan napas, sentuhan langsung, atau permukaan yang terkontaminasi.
Sayangnya, infeksi RSV masih jarang menjadi perhatian dalam proses diagnosis infeksi saluran napas pada orang dewasa di Indonesia, sehingga potensi bahayanya kerap luput dari deteksi dini.
Praktisi kesehatan dr. Ngabila Salama menjelaskan, RSV merupakan virus yang umum menyerang bayi, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh rendah.
"Gejala RSV biasanya berupa hidung tersumbat, batuk kering atau berdahak, demam ringan, dan napas berbunyi (mengi)," ujarnya seperti dikutip dari Wartakotalive belum lama ini.
"Pada bayi, RSV dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menyusu. Virus ini menular melalui droplet serta kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi. Komplikasi serius dari RSV adalah bronkiolitis dan pneumonia,” tambahnya.
Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang jatuh setiap 29 Mei menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran akan perlindungan lansia dari ancaman infeksi pernapasan.
Langkah-langkah preventif seperti menjaga kebersihan diri, menggunakan masker saat sakit, mencuci tangan secara teratur, serta membatasi kontak fisik saat terjadi lonjakan kasus perlu diperkuat.
Salah satu bentuk perlindungan tambahan yang kini tersedia adalah vaksinasi RSV untuk kelompok rentan.
“Vaksin RSV saat ini sudah tersedia dan direkomendasikan bagi lansia serta individu dengan risiko tinggi. Ini menjadi upaya nyata untuk melindungi kelompok rentan dari komplikasi berat,” ujar Reswita Dery Gisriani, Communication, Government Affairs & Market Access Director GSK Indonesia.
GSK juga aktif mengedukasi masyarakat melalui kampanye media sosial seperti AyoKitaVaksin dan situs informasi CegahRSV, untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan. (Eko Sutriyanto)