Mempertahankan Reputasi Perguruan Tinggi: Pilar Utama Mutu Pendidikan Tinggi
GH News June 01, 2025 02:04 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Topik ini diangkat dari pertanyaan yang digelar di Talk Show pada Pengenalan Kandidat Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2025–2029 tentang strategi menjaga kohesi antar-sivitas akademika.

Dalam arus deras globalisasi dan kompetisi pendidikan tinggi yang semakin ketat, mempertahankan reputasi perguruan tinggi bukan lagi sekadar prestise, melainkan menjadi kunci strategis dalam menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan. Di tengah cepatnya perubahan zaman, digitalisasi, dan tuntutan pasar kerja yang semakin kompleks, perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana tetap relevan, adaptif, dan unggul di mata masyarakat?

Reputasi bukanlah sesuatu yang dibentuk dalam semalam. Reputasi merupakan hasil dari konsistensi kualitas, integritas, dan pelayanan pendidikan yang bermutu dalam jangka panjang. Dalam konteks ini, mempertahankan reputasi berarti menjaga kepercayaan publik, mahasiswa, dosen, industri, dan para pemangku kepentingan terhadap kemampuan institusi dalam menyelenggarakan pendidikan yang unggul, profesional, dan berkarakter.

Reputasi organisasi adalah persepsi kolektif yang dibentuk oleh berbagai stakeholder berdasarkan tindakan masa lalu dan prospek masa depan institusi. Dengan demikian, menjaga reputasi perguruan tinggi tidak terlepas dari konsistensi dalam pencapaian visi, pelaksanaan misi, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai dasar institusi.

Reputasi: Gambaran Integritas dan Mutu Akademik

Secara sederhana, reputasi adalah citra atau persepsi yang terbangun dalam benak publik. Namun lebih dari itu, dalam konteks pendidikan tinggi, reputasi adalah cerminan dari kredibilitas, keandalan, dan mutu akademik sebuah institusi. Reputasi menjadi indikator utama dalam penilaian masyarakat, baik dalam hal pengakuan akademik, pemeringkatan nasional dan internasional, hingga pilihan utama calon mahasiswa.

Reputasi juga menjadi modal sosial yang tak ternilai. Kepercayaan masyarakat kepada sebuah perguruan tinggi akan berdampak langsung terhadap jumlah pendaftar, kualitas mahasiswa, kemitraan akademik, bahkan pendanaan dan hibah riset. Tidak heran jika reputasi disebut sebagai “aset tidak berwujud” yang sangat menentukan keberlangsungan lembaga.

“Reputasi yang unggul adalah produk dari akumulasi kerja keras yang konsisten, bukan hasil dari pencitraan sesaat,” tegas Prof. Dr Suhartono Guru Besar Bidang Ilmu Komputer UIN Maliki dalam salah satu pidatonya (Maret 2025).

Namun, apa strategi yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi agar reputasi tersebut tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang?

1. Memperkuat Identitas dan Misi Institusi

Strategi pertama adalah memperkuat identitas dan misi institusi. Identitas bukan hanya soal nama, logo, atau warna almamater. Identitas mencerminkan nilai-nilai, tujuan, dan arah jangka panjang perguruan tinggi. Keteguhan terhadap visi dan misi menjadi kompas moral dan strategis dalam setiap kebijakan, inovasi, dan pengembangan institusi.

Sayangnya, tidak sedikit perguruan tinggi yang terseret pada arus pragmatisme dan melupakan jati diri. Ketika orientasi bergeser hanya pada komersialisasi tanpa mempertimbangkan visi-misi edukatif, maka krisis identitas pun menggerus reputasi.

Untuk itu, penguatan visi dan misi harus ditanamkan ke seluruh lini organisasi, mulai dari rektorat, dosen, staf, hingga mahasiswa. Visi institusi harus menjadi narasi hidup yang memandu seluruh aktivitas, bukan sekadar hiasan di dinding kampus.

2. Meningkatkan Visibilitas melalui Komunikasi yang Efektif

Di era digital, perguruan tinggi harus mampu menunjukkan eksistensinya secara luas dan positif. Komunikasi yang efektif menjadi jembatan strategis antara kampus dan masyarakat. Visibilitas yang tinggi akan memperkuat citra dan memudahkan publik untuk mengenali kualitas dan keunggulan institusi.

Strategi visibilitas tidak hanya melalui brosur dan media cetak, tetapi melalui media sosial, situs resmi yang informatif, kanal YouTube, webinar, kolaborasi dengan media massa, dan publikasi ilmiah. Publik ingin melihat hasil konkret, cerita sukses, inovasi, dan kiprah alumni dalam dunia kerja.

“Perguruan tinggi harus mampu mem-branding dirinya secara cerdas di ruang publik. Reputasi perguruan tinggi dibentuk oleh persepsi yang lahir dari komunikasi,” kata Prof. Dr Suhartono Guru Besar Bidang Ilmu Komputer UIN Maliki (Januari 2025).

Dalam hal ini, peran Humas kampus menjadi krusial. Humas bukan sekadar petugas pemberi informasi, melainkan duta citra institusi. Humas harus mampu mengelola komunikasi publik, membangun narasi positif, merespon krisis reputasi, serta menjadi agen promosi akademik yang efektif.

3. Fokus pada Pelayanan Mahasiswa

Mahasiswa adalah pusat dari proses Pendidikan di perguruam timggi. Memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa adalah salah satu strategi paling efektif dalam menjaga reputasi. Institusi yang peduli pada kesejahteraan, pengembangan, dan kebutuhan mahasiswanya akan mendapat tempat istimewa di hati publik.

Pelayanan mahasiswa mencakup bimbingan akademik, dukungan psikologis, layanan kesehatan, beasiswa, layanan karier, fasilitas yang ramah, serta sistem administrasi yang efisien. Mahasiswa ingin merasa dihargai, didengar, dan diberdayakan.

“Pelayanan kepada mahasiswa mencerminkan kualitas kepemimpinan dan tata kelola perguruan tinggi,” ungkap Prof. Dr. Suhartono Guru Besar Bidang Ilmu Komputer UIN Maliki (Februari 2025).

Salah satu cara untuk meningkatkan peringkat nasional perguruan tinggi dapat fokus pada layanan akademik dan non-akademik yang prima yaitu perguruan tinggi dapat menyediakan layanan konseling gratis, program mentoring antar mahasiswa, dan platform digital untuk administrasi.

4. Peningkatan Kualitas Pendidikan Secara Holistik

Mutu pendidikan adalah jantung dari reputasi. Tanpa kualitas yang nyata dalam proses pembelajaran, dosen yang kompeten, kurikulum yang relevan, dan riset yang produktif, maka reputasi hanyalah hiasan kosong. Kualitas pendidikan harus ditopang dengan proses pembelajaran aktif dan inovatif, dosen dengan kompetensi pedagogik dan profesional yang kuat, fasilitas laboratorium dan perpustakaan yang lengkap, evaluasi berkelanjutan dan akreditasi yang kredibel, keterlibatan mahasiswa dalam riset, pengabdian, dan publikasi.

Selain itu, perguruan tinggi juga harus menyelaraskan kurikulumnya dengan kebutuhan dunia kerja. Lulusan yang adaptif, kreatif, dan mampu bersaing secara global akan menjadi bukti keberhasilan institusi dalam mencetak generasi unggul.

5. Membangun Kemitraan Strategis dengan Pihak Eksternal

Reputasi tidak dapat dibangun dalam isolasi. Dunia pendidikan tinggi harus berkolaborasi dengan dunia luar yaitu industri, pemerintah, masyarakat, dan lembaga internasional. Kemitraan ini memberikan manfaat besar, mulai dari transfer pengetahuan, peluang magang dan kerja, kolaborasi riset, hingga dukungan dana hibah.

Kemitraan strategis menciptakan sinergi dan memperluas jangkauan pengaruh institusi. Dalam jangka panjang, kemitraan juga dapat meningkatkan kualitas lulusan dan memperkuat daya saing global.

Salah satu contoh maka perguruan tinggi dapat menjalin kerja sama dengan kampus luar negeri untuk program double degree, pertukaran pelajar, dan penelitian bersama. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas akademik, tetapi juga memperkuat posisi institusi dalam kancah internasional.

6. Penguatan Peran Humas dan Media Relasi

Reputasi perguruan tinggi erat kaitannya dengan bagaimana institusi mengelola komunikasi dan citra publik. Dalam hal ini, peran Humas (Hubungan Masyarakat) menjadi ujung tombak. Humas yang proaktif, profesional, dan inovatif mampu mengubah persepsi negatif menjadi positif, serta memperluas pengaruh institusi di tengah masyarakat.

Humas bukan hanya bertugas membuat siaran pers, tetapi juga menjadi manajer krisis, promotor reputasi, dan pengelola narasi institusi. Dengan dukungan teknologi, Humas kini harus menguasai media digital, public speaking, konten kreatif, dan analisis media.

Di sisi lain, Humas juga berperan dalam menjalin kemitraan media, memfasilitasi publikasi akademik, serta menyusun program kampanye yang menampilkan pencapaian dan kontribusi institusi kepada masyarakat.

Penutup: Reputasi adalah Amanah Akademik

Mempertahankan reputasi perguruan tinggi bukanlah kerja sehari, tetapi komitmen jangka panjang yang harus ditopang oleh kepemimpinan yang visioner, tata kelola yang akuntabel, serta semangat kolektif seluruh sivitas akademika.

Reputasi yang baik adalah refleksi dari integritas, mutu, pelayanan, dan dampak institusi terhadap masyarakat. Dalam era global ini, hanya perguruan tinggi yang mampu menjaga reputasi secara berkelanjutan yang akan tetap relevan, dipercaya, dan menjadi rujukan.

Sebagaimana motto pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah "Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Semboyan ini memiliki makna: di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dari belakang memberikan dorongan. Maka menjaga mutu pendidikan tinggi melalui reputasi yang baik bukan sekadar kebutuhan institusi, melainkan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa Indonesia.

***

*) Oleh: Prof. Dr. Suhartono, M.Kom, Calon Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2025–2029. Tulisan ini merupakan opini pribadi, tidak mencerminkan pandangan institusi tempat penulis bekerja.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.