Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Jelang pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia melawan China, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman Dicky Budiman mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi penyebaran penyakit.
Termasuk COVID-19 dan infeksi saluran pernapasan lainnya.
“Nah saya dengar ada gelaran bola timnas Indonesia lawan China. Sebetulnya tidak masalah, hanya dengan situasi bukan hanya infeksi COVID-19 saluran nafas lain, flu. Dan kita tidak tahu orang ini lagi flu atau lagi sakit saluran nafas apa kan ya,” kata Dicky pada keterangannya, Kamis (5/6/2025).
Menurutnya, berbagai penyakit menular melalui saluran pernapasan kini menjadi endemik di Indonesia, tak hanya COVID-19, tetapi juga influenza dan tuberkulosis (TBC).
Oleh karena itu, ia menyarankan penggunaan masker terutama di tempat yang ramai dan berventilasi buruk.
“Kita juga endemik ini banyak di kita, bukan hanya COVID ataupun influenza ataupun TB juga. Jadi kalau padat seperti itu dan kita tahu sirkulasi ventilasinya buruk ya pakailah masker,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak memaksakan diri datang ke stadion jika sedang dalam kondisi kurang sehat.
Selain itu, penting untuk menjaga kebersihan tangan, menghindari kerumunan jika memungkinkan, dan menjaga jarak.
“Apa lagi di transportasi umum. Walaupun sulitnya menghindari kerumunan, ya kalau bisa jalan lagi padat ya hindari saja, tunggu sampai agak lebih longgar gitu. Dan kebiasaan membawa hand sanitizer, mencuci tangan itu sangat penting ya, terutama karena kan banyak fasilitas umum yang kita pegang,” jelasnya.
Kemudian ia mengimbau pada masyarakat untuk tidak memaksa menonton ke stadion atau di luar rumah jika alami demam, batuk atau sedang tidak enak badan.
"Nonton aja di rumah gitu. Padahal ya stadion itu kan lingkungannya sirkulasi udara yang terbatas, penonton juga ramai ya bersorak dan semacam,” imbuh Dicky.
Ia juga menyinggung kondisi cuaca di Indonesia saat ini yang tengah memasuki musim kemarau basah.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kelembapan tinggi dan perubahan suhu ekstrem antara siang dan malam dapat meningkatkan stabilitas virus di udara dan permukaan serta melemahkan daya tahan tubuh.
Kemudian perubahan suhu ekstrim antara siang dan malam ini yang juga dapat melemahkan daya tahan tubuhnya.
Dengan kondisi tersebut, masyarakat cenderung lebih sering berada di dalam ruangan saat hujan turun, sehingga risiko penularan virus semakin besar.
Oleh karena itu, Dicky menekankan pentingnya menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk mengupayakan ventilasi udara yang baik.