Waspadai Potensi Lonjakan Covid-19 Jelang Idul Adha, Ini Pesan Epidemiolog
Muhammad Zulfikar June 05, 2025 01:33 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menjelang perayaan Idul Adha, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi lonjakan kasus Covid-19.

Hal ini menyusul tren kenaikan kasus di beberapa negara tetangga seperti Thailand, Hongkong, dan Singapura.

"Negara-negara tetangga seperti Thailand, Hongkong, Singapura saat ini memang sudah memperlihatkan data peningkatan kasus Covid-19, terutama memang di varian terbaru dari Omicron yang terbukti lebih mudah menular," kata Dicky pada keterangannya, Kamis (5/6/2025). 

Meski begitu, kenaikan kasus ini tidak menunjukkan gejala yang berat, berkat efektifitas vaksin. 

Dicky menilai, dengan lalu lintas perjalanan internasional yang tinggi di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, maka peningkatan kasus juga berpotensi terjadi di dalam negeri. 

Apalagi, menurutnya, pelaporan kasus di Indonesia saat ini sangat bergantung pada laporan mandiri.

Sementara kapasitas testing dan surveillance sudah jauh menurun dibanding masa pandemi.

Lebih lanjut, ia menyebut turunnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan di ruang-ruang publik yang padat juga turut meningkatkan risiko penularan.

"Artinya ya kita tidak boleh mengingat remeh, tapi juga tidak usah dan tidak perlu panik. Meskipun angka resmi saat ini rendah, sebetulnya kalau kasus infeksi bisa banyak. Tapi kan mayoritas memang selain tidak bergejala, kalaupun bergejala sangat ringan," katanya.

Menurut Dicky, pola ini juga terjadi di negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, yang menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi mengikuti tren serupa sebagaimana terjadi pada masa pandemi.

Menjelang Idul Adha, Dicky mengingatkan bahwa mobilitas masyarakat yang tinggi serta keramaian di tempat ibadah dan aktivitas indoor lainnya meningkatkan risiko penularan Covid-19.

Terutama pada kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan penderita komorbid.

"Karena namanya juga padat manusia, mobilitas juga masyarakat tinggi, ada juga mudik, lokal ataupun antar daerah. Dan ini yang tentu meningkatkan risiko itu. Selain juga tentu ada aktivitas indoor di dalam ruangan tertutup," ujarnya.

Ia pun menyarankan penggunaan masker di ruang-ruang tertutup atau bila berada dekat orang yang sedang sakit, sebagai bentuk perlindungan terhadap kelompok rentan.

"Kalau dalam konteks saat ini misalnya dianggap risikonya tinggi di dalam ruangan ataupun ada orang yang sakit atau tidak diketahui, ya pakai masker kan gak ada salahnya dan itu akan menurunkan risiko. Dan itu yang akan juga melindungi kelompok rawan seperti lansia dan komorbid ini," jelasnya.

Terakhir, Dicky menegaskan bahwa meskipun data resmi dari Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus relatif rendah, namun risiko penularan di masyarakat bisa lebih tinggi dari yang terlaporkan.

"Jadi respon saya, meskipun data menunjukkan kasus yang masih relatif rendah, risiko nyata di masyarakat bisa lebih tinggi. Terutama di daerah padat dan saat momen mobilitas tinggi seperti Idul Adha," pungkasnya.

Meski begitu, Dicky menjelaskan masyarakat tidak perlu khawatir karena kondisi saat ini sudah jauh lebih aman dibanding masa pandemi.

Mengingat kekebalan komunitas sudah terbentuk melalui vaksinasi maupun infeksi alami.

"Tapi ya bukan berarti Idul Adha tidak perlu ya, tetap jauh lebih aman lah sekarang dibanding waktu pandemi ya. Cuma yang paling harus diperhatikan ya kelompok rawan," imbaunya. 

"(Sedangkan) Untuk masyarakat umum ya karena sudah terbentuk kekebalan imunitas, kekebalan komunitas dari vaksinasi dan juga terinfeksi ya, tidak usah terlalu khawatir ya," tuturnya.
 

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.